Emma tidak tahu akan dibawa kemana oleh Devan saat ini karena mereka melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil, hingga akhirnya mereka berhenti didepan rumah tempat semalam mereka bersama dan menjadi saksi bisu pernikahan mereka berdua tadi pagi dengan pakaian seadanya.
“Siapkan barang – barang kamu beberapa jam lagi kita berangkat.”
Menatap bingung pada Devan meski begitu tetap melakukannya karena Emma tidak tahu daerah Kalimantan, melangkah keluar dari kamar dimana Devan sedang memainkan ponselnya entah menghubungi siapa. Seketika Emma teringat belum memberi kabar Richard sejak bangun tadi, mengambil ponselnya yang langsung penuh dengan pesan dan panggilan tidak terjawab. Memilih sedikit menjauh untuk menghubungi Richard dan tepat saat diangkat kata – kata tidak enak harus didengarnya, menghembuskan nafas panjang akhirnya Emma menjelaskan alasan kenapa dirinya tidak menghubungi Richard kecuali masalah pernikahan.
Pelukan dari belakang membuat Emma hampir saja teriak jika tidak menyadari Devan pelaku yang sebenarnya, tangan Devan yang berada di perut memberikan sensasi yang sangat berbeda membuat jantungnya berdetak kencang. Emma langsung memberikan alasan pada Richard jika saat ini sedang sibuk dan akan menghubunginya nanti jika istirahat, Devan membalikkan tubuh Emma tepat ketika sambungan terputus dengan mencium bibirnya lembut membuat Emma larut dalam ciuman yang diberikan.
“Kita harus segera berangkat,” ucap Devan saat melepaskan ciuman mereka dengan memberikan tatapan lembut.
“Kita akan kemana, Payang?”
Sedikit aneh memanggil atasan dengan panggilan seperti ini, Devan yang melihat Emma tidak nyaman saat memanggilnya seperti itu hanya tersenyum kecil.
“Panggil Devan saja tanpa kata – kata itu karena aku tahu kamu tidak nyaman,” ucap Devan menggenggam tangan Emma “Bali.”
Membawa Emma keluar rumah dimana tasnya sudah berada didalam mobil, sopir kantor mengantar mereka ke bandara dan saat sampai Devan langsung mengajak Emma masuk kedalam pesawat dimana tampaknya sudah mendekati jam keberangkatan.
“Tas aku?”
“Kita hanya bulan madu jadi nggak butuh bawa pakaian lagipula selama bulan madu hanya berada dalam kamar.”
Emma membelalakkan matanya mendengar perkataan Devan “hanya didalam kamar?”
Devan memilih menggunakan headset dengan tidak peduli pada apa yang menjadi kekesalan Emma dan berbagai macam pertanyaan yang ada dalam dirinya, seketika Emma tersadar akan berapa lama dia berada di Kalimantan.
“Kita akan berapa lama di Kalimantan?”
“Kita bicarakan nanti setelah bulan madu kita selesai.”
Memberikan tatapan tajam pada Emma yang akhirnya terdiam saat menatap bagaimana Devan menatap dirinya, memilih terdiam dengan membaca cerita yang ada di ponselnya tanpa peduli akan keberadaan Devan. Genggaman tangan membuat Emma menatap kearah Devan yang kali ini menatapnya dengan sangat lembut, membelai pipinya dengan menggunakan punggung tangannya membuat Emma memejamkan matanya.
“Bisakah kita bersenang – senang dulu sebelum pekerjaan dimulai?” Emma mengangguk pelan.
Menarik tangan Emma dengan mencium punggung tangannya lembut, menatap pemandangan dihadapannya membuat jantung Emma berdetak dengan sangat kencang dan bisa dipastikan pipinya berwarna merah.
Bandara Ngurah Rai menyambut mereka semua yang sampai di Bali dengan tangan Emma yang berada didalam genggaman tangan Devan, langkah mereka yang bersamaan karena tangan menyatu membuat Emma tidak bisa melakukan apapun sampai akhirnya mereka masuk kedalam mobil. Emma tidak tahu akan dibawa kemana oleh Devan karena yang dirinya tahu hanya Pantai Kuta setiap datang kesini bersama Richard, tapi saat ini dirinya bersama dengan anak pertama pemilik H&D Group.
“Kita mau apa?”
“Kamu nggak lupa kalau kita tidak membawa pakaian satupun?” Emma langsung teringat kalau mereka tidak membawa apapun “jadi beli pakaian yang kita butuhkan selama berada disini selama tiga hari.”
“Kita?”
Devan mengangguk “pakaian untukku juga dan ini adalah tugas pertama kamu memilihkan pakaian untuk suami,” bisik Devan sambil menggigit telinga Emma yang semakin membuatnya malu “aku bukan pemilih masalah pakaian.”
Mengikuti permintaan Devan dengan mencarikan pakaian untuk mereka berdua selama berada di Bali, pakaian pendek menjadi pilihan Emma karena pastinya mereka berada di Bali dan tidak lupa membeli pakaian dalam. Devan tadi sudah menyebutkan ukuran pakaiannya jadi memudahkan Emma dalam memilihkan pakaiannya termasuk pakaian dalam, meski malu tapi bagaimana pun Devan adalah suaminya saat ini meski hanya simpanan.
Devan sendiri memilih berada di pakaian dalam wanita mencari pakaian yang harus digunakan oleh Emma selama berada didekatnya baik itu nanti disini atau saat mereka kembali ke Kalimantan. Mengambil beberapa pakaian sebelum akhirnya menyatukan dengan pilihan Emma, menatap wanita yang menjadi simpanannya sedang berbelanja membuatnya hanya bisa tersenyum kecil.
Menatap semua barang – barang yang Emma beli membuat Devan menghitung berapa potong pakaian yang harus dipakai selama di Bali dan saat bekerja, pegangan tangan di lengannya membuat Devan menatap Emma bingung.
“Kenapa banyak sekali habisnya?”
Menatap jumlah yang tertera dengan cepat langsung membayarnya membiarkan Emma dengan segala pikiran yang ada di kepalanya, mengambil beberapa kantong belanjaan dimana tangan yang lain menggenggam tangan Emma erat. Masuk kedalam mobil yang mereka dari bandara dan melanjutkan perjalanan dimana sekali lagi Emma tidak tahu akan kemana, perjalanan yang tidak terlalu jauh jika dari bandara tapi terasa lama karena mereka harus membeli pakaian terlebih dahulu.
Menatap bangunan yang ada dihadapannya dengan berbagai macam pikiran, tapi Devan tidak membiarkan Emma terlalu lama berada didalam mobil dengan segera mengajaknya keluar. Membiarkan Devan mengurus administrasi dengan Emma memandang sekitar seakan menilai apa yang ada di balik tempat ini, tempat daerah Legian yang dari bandara hanya membutuhkan tiga puluh menit.
“Ayo,” ajak Devan memberi kode untuk jalan.
Emma yang masih berjalan dalam genggaman tangan Devan dimana matanya menatap sekitar, pemandangan layaknya penginapan seperti villa bukan hotel menyambut mereka. Pegawai hotel menunjukkan kamar mereka setelah membukanya dan memberikan kartu kamar, Devan mengeluarkan uang sebagai ucapan terima kasih dan mereka masuk kedalam setelahnya. Pintu tertutup dimana pemandangan pertama yang dilihat Emma adalah kolam renang, mengalihkan pandangan dimana terdapat kursi dan meja serta televisi dan tidak lupa meja makan membuat Emma mengalihkan pandangan kearah Devan yang hanya diam dan tersenyum.
Devan melangkah kearah Emma yang hanya diam dengan tatapan mereka saling bertemu, menarik Emma kedalam pelukannya dengan mencium bibirnya lembut membuat tangan Emma melingkar pada leher Devan seakan membiarkan semua yang pria tersebut lakukan. Melepaskan ciuman mereka dengan tangan Emma yang masih berada di lehernya membuat Devan tersenyum kecil, tanpa melepaskan tangannya pada pinggang Emma dengan membawanya masuk kedalam.
“Pasti habis banyak?”
Devan tersenyum mendengarnya “sesuai untuk kepuasan kita berdua.”
Meletakkan barang – barang disalah satu sofa yang langsung duduk dengan menarik Emma untuk duduk dipangkuannya, membelai wajah Emma yang memerah atas apa yang Devan perbuat saat ini. Memejamkan matanya saat Devan mencium bibirnya kembali dan kali ini sedikit lebih kasar dari sebelumnya, membuat Emma akhirnya mengikuti seluruh gerakan yang Devan lakukan pada bibirnya dan pengalaman bersama Richard mengajarkan bagaimana caranya.
“Lakukan apapun padaku mulai saat ini, sayang.”
Udara panas jadi aku kasih sesuatu yang menyenangkan untuk kalian semua ☺️ semoga suka
jangan lupa baca ceritaku di Innovel dan juga follow IG nura0484 😉

KAMU SEDANG MEMBACA
Thief of Heart
RomanceEmma gadis berusia tiga puluh tahun yang baru saja diterima bekerja di perusahaan H&D Group harus berhadapan dengan pria yang bernama Devan anak pertama dari pemilik H&D Group, kehidupan mereka berdua baik - baik saja hingga kejadian di Kalimantan s...