1

3.6K 225 33
                                    

Emma menatap penampilannya depan cermin yang sangat sempurna dimana hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris utama untuk bos kedua, hidup tanpa orang tua sudah dijalaninya beberapa tahun semenjak mereka meninggal dan disamping itu Emma tidak memiliki saudara sama sekali. Diusianya yang tiga puluh ini cukup membuat Emma memiliki banyak pengalaman bekerja yang dari awal sudah bekerja di H&D Group yang sangat terkenal tersebut, semua meremehkan kemampuan Emma bahkan ketika sudah bekerja ditempat tersebut.

“Cantik.”

Emma menatap Richard yang berdiri di depan kamar mandi bertelanjang dada “ada jadwal apa hari ini?.”

“Paling di kantor aja, kenapa?” Emma menggelengkan kepala “melihat kamu begini membuat aku ingin menarik ke ranjang.”

Emma melotot mendengarnya “jangan aneh – aneh, aku udah siap ini bekerja.”

Emma berdiri langsung mencium bibir Richard sekilas sebelum meninggalkan apartemen untuk berangkat ketempat kantor terbarunya. Richard adalah tunangan Emma dimana mereka telah menjalin hubungan selama hampir sepuluh tahun dan tidak ada tanda – tanda akan menikah. Keluarga Richard tidak menyukai Emma dan membutuhkan perjuangan besar agar mereka bisa bersama sampai sekarang, pada saat tunangan orang tua Richard semakin tidak suka tapi Emma tidak peduli karena memang bukan urusannya yang terpenting adalah dirinya dan Richard bukan orang lain.

Menatap bangunan yang ada dihadapannya dimana banyak rumor mengatakan bahwa perusahaan ini sangat memperhatikan karyawannya, keluarga Richard tidak percaya Emma bisa masuk kedalam perusahaan ini. Perusahaan yang sudah terkenal di seluruh Indonesia dengan nama berbeda dimana mereka bergerak di properti, tambang, pabrik makanan dan minuman, pabrik penghasil plastik, hotel, restoran dan banyak lagi. Emma bisa dikatakan beruntung masuk di perusahaan ini dan sangat penasaran bagaimana sosok dari pemilik ini sebenarnya, meskipun pernah melihat di berita tetap saja belum secara langsung berinteraksi dan pekerjaannya adalah wakil asisten dari sekretaris yang berarti dimana akan langsung berhubungan dengan orang yang memiliki jabatan tinggi di perusahaan ini.

“Emma?” Emma mengangguk pelan pada wanita yang tampak tegas ini “Saya Lila, ikut saya keatas.”

Emma mengikuti Lila dengan masuk kedalam lift sampai pada satu ruangan dimana tampak sepi yang sepertinya hanya orang – orang tertentu saja berada diruangan ini, dalam diam Emma masih mengikuti gerakan Lila yang melangkah menuju salah satu tempat dimana terdapat dua meja dan Lila menuju kesalah satu meja.

“Ini adalah meja kamu dimana setelah ini kamu berada dibawah Pak Devan yang merupakan anak pertama” Emma mengangguk pelan “beliau adalah petinggi kedua setelah Pak Lucas, tapi karena Pak Lucas masih proses belajar maka posisi beliau tetap di petinggi kedua.”

“Lalu ibu disebelah?.”

Lila menggelengkan kepala “saya berada dilantai atas ini membantu Pak Lucas” Emma mengangguk pelan “Pak Devan ini asisten baru yang diminta semoga sesuai dengan harapan.”

Emma memandang pria yang akan menjadi atasannya ini dimana sangat berbeda jauh dengan Richard, berkenalan singkat sebelum akhirnya masuk kedalam ruangannya. Suara Lila membuat Emma tersadar atas apa yang baru saja dilakukannya dengan membayangi bentuk dari tubuh atasannya tersebut. Emma menghembuskan nafas pelan dan selanjutnya mendengarkan Lila menjelaskan mengenai pekerjaannya yang akan berhubungan dengan Devan, Emma mencatatnya dalam buku agar tidak terlalu lupa. Suara telepon membuat Emma mengangkatnya dimana Lila lupa untuk membawakan minuman di mejanya, Emma langsung menghubungi office boy agar membawakan minuman.

“Besok sepertinya Devan akan ke Kalimantan untuk melakukan kunjungan kurang lebih seminggu dan kamu harus ikut.”

Emma membelalakkan matanya mendengar kata – kata Lila “bagaimana bisa saya ikut sedangkan masih baru, mbak?.”

Lila tersenyum “masuk aja” saat melihat office boy datang “Devan bukan orang yang ribet karena dia hanya kunjungan sebentar sisanya menikmati waktu seperti liburan begitu.”

Emma mengernyitkan keningnya “maksudnya liburan sama kerja?” Lila mengangguk pelan “kalau begitu aku gak perlu ikut, mbak.”

“Harus ikut karena tiket sudah dibayar untuk dua orang.”

Lila berpamitan pada Emma menuju ruangannya meninggalkan dirinya seorang diri, Emma menghembuskan nafas pelan karena hanya seorang diri berada di lantai ini. Lila mengatakan jika beberapa lantai hanya ditempati seorang diri termasuk mereka berdua, meski ada ruangan asisten bersama dilantai bawahnya dimana menurut Lila jarang digunakan dan berakhir dengan digunakan oleh putra putri keluarga ini jika datang dan melakukan rapat keluarga.

“Kamu dibayar untuk bekerja bukan melamun” Emma terkejut dengan suara Devan yang sudah berada dihadapannya “kamu pulang kemasi barang – barang dan kita bertemu di bandara jam enam sore.”

“Memang kita akan kemana?.”

“Kalimantan karena sepertinya ada masalah serius, lakukan kata – kataku sekarang” Emma terdiam “itu nomerku kalau tidak percaya.”

Emma menghembuskan nafas panjang saat melihat Devan berjalan menjauhi ruangan dan sepertinya akan turun kebawah, Emma menghubungi Lila untuk bertanya namun diminta untuk keatas agar lebih enak berbicara dengan membawa barang bawaannya. Emma yang sudah diberi akses dengan mudah naik keatas dimana sepertinya tidak jauh berbeda dengan ruangan tempatnya berada.

“Maaf sepertinya ke Kalimantan hari ini karena ada sedikit masalah, tidak masalah kan?”  Emma tersenyum lalu menggelengkan kepala “nggak perlu bawa apa – apa karena cukup membawa diri dan pakaian saja, jadi lebih baik pulang dan nanti supir kantor akan jemput.”

Emma hanya mengangguk mengikuti permintaan Lila, perlahan dirinya keluar dari gedung dimana cukup aneh hanya bekerja beberapa jam saja dan sekarang harus kembali meski dirinya nanti harus kembali bekerja untuk berangkat ke Kalimantan dan dirinya harus segera memberi kabar pada Richard saat ini juga. Perjalanan ke tempat tinggal dirinya tidak membutuhkan waktu lama, memasuki kamarnya dimana sedikit terkejut Richard berada didalam menatap dirinya tajam.

“Pekerjaan ini, sayang” memberikan tatapan memohon “kalau bukan pekerjaan nggak mungkin juga aku mau.”

“Awas sampai melakukan sama bos kamu” Emma mengangguk pelan “layani aku saat ini.”

“Bukankah sudah dan kamu minta lagi?.”

“Tentu karena kamu sangat menggairahkan.”

Richard membuka paksa pakaian Emma dengan memintanya menunduk dalam satu kali dorongan dimana juniornya masuk semua membuat Emma menjerit tertahan, selalu seperti ini sampai Richard merasakan puas telah membuat Emma terkapar bahkan tidak bisa jalan. Richard telah mencapai klimaks dengan segera dikeluarkan juniornya yang membuat Emma sedikit bernafas lega, ditepuknya pelan bokong Emma dimana dari dalam miliknya dapat terlihat cairan Richard keluar hingga di kaki. Richard menggendong Emma kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu dan pastinya setelah itu dirinya, Emma keluar dalam keadaan segar yang membuat Richard tersenyum. Meski Richard selalu memperlakukan hal baik tapi ketika melakukan hubungan intim dimana harga dirinya seakan diinjak oleh pria tersebut.

“Aku mencintaimu.”

Thief of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang