Emma menatap pria yang duduk disampingnya dimana saat ini mereka berada di pesawat untuk perjalanan ke Kalimantan, meski Emma pernah melihatnya tapi tidak pernah sedekat ini dengan Devan yang tidak lain anak pertama dari pemilik H&D Group. Emma memutuskan untuk mengalihkan pandangan kearah lain agar tidak terlalu menatap pria disampingnya ini, suara dari pilot yang mengatakan bahwa pesawat mereka akan segera tiba di Kalimantan dengan segera Emma bersiap - siap.
Emma hanya bisa mengikuti langkah Devan karena tidak mengetahui tentang Kalimantan, menunggu tas miliknya sebelum akhirnya keluar dari bandara. Mereka disambut oleh seorang pria yang sepertinya sopir dari perusahaan, Emma duduk didepan dengan Devan berada dibelakang yang ternyata orang menjemput mereka adalah salah satu pegawai. Emma tidak tahu akan dibawa kemana oleh Devan saat ini dan karena baru Emma tidak banyak bertanya, mereka sampai disalah satu rumah dimana sekelilingnya tampak sepi membuat Emma sedikit ketakutan. Barang - barang mereka dibawa masuk kedalam, orang yang menjemput mereka langsung berpamitan meninggalkan mereka berdua.
"Pak, kita disini hanya berdua?" sedikit keberanian Emma bertanya yang hanya dijawab anggukan oleh Devan.
Emma menatap sekelilingnya yang tampak gelap dan sepi dimana jarak antara rumah satu dengan yang lain sangat berjauhan, menghilangkan pikiran negatif Emma melihat sekeliling dimana tampak rapi dan Devan sendiri duduk salah satu sofa sambil membaca iPad yang entah isinya apa. Memutuskan berkeliling melihat keadaan rumah termasuk isi dari dapur, sedikit terkejut karena semuanya lengkap tanpa ada yang kurang sedikit pun. Emma kembali keliling dan kali ini dirinya bingung karena ada dua kamar yang pastinya salah satu akan ditempatinya, tapi Emma tidak yakin berani menempati kamar tersebut.
"Ayo kita tidur karena besok masih banyak yang harus dikerjakan" suara Devan mengaggetkan Emma "jangan banyak melamun karena disini tempatnya sepi."
"Pak" Devan menghentikan langkah menatap Emma "saya tidur disebelah?" Devan mengangguk "saya takut sendirian" Devan mengangkat alisnya.
"Kamu mau tidur bersama?" Emma terdiam tidak tahu harus bicara apa "saya hanya tidur dengan istri bukan wanita lain, kecuali kamu mau menjadi istri saya."
Devan menatap Emma dari atas kebawah lalu tersenyum simpul, tidak mendapatkan jawaban akhirnya Devan masuk kedalam kamarnya meninggalkan Emma seorang diri. Emma sedikit ragu membuka kamar lain yang berada tepat didepan kamar yang Devan masuki, masuk kedalam membuat Emma harus berpikir positif bahwa tidak terjadi apa pun nanti kedepannya. Emma memiliki tunangan dan Devan memiliki istri tidak mungkin mereka mengkhianati pasangan masing - masing, meski Richard sering kasar saat melakukan seks tapi bisa membuat Emma melayang jika dalam keadaan normal. Mencoba memejamkan matanya tapi tetap tidak bisa membuat Emma hanya bisa berguling kesana sini di ranjang, memutuskan untuk beranjak dengan keluar dari kamarnya menatap pintu kamar Devan yang tertutup rapat dimana tidak mungkin Emma mengetuk pintunya, tidak peduli dengan keadaan dirinya nanti Emma mengetuk pintu kamar Devan berulang kali.
"Ada apa?" Devan membuka pintu dengan bertelanjang dada membuat Emma menelan salivanya kasar "katakan dengan jelas ada apa karena besok kita masih banyak yang harus dikerjakan."
"Saya tidak bisa tidur" Devan mengangkat alisnya "saya tidak bisa tidur jika dalam keadaan sepi."
Devan menghembuskan nafas pelan "saya hanya tidur bersama istri dan jika kamu ingin tidur bersama maka harus menjadi istri" Emma membelalakkan mata mendengarnya "bukankah enak menikah dengan anak pemilik H&D Group?."
"Bapak pikir saya wanita apaan?" Devan menatap Emma dalam "saya mempunyai tunangan dan sangat mencintainya."
Devan masih menatap Emma membuat yang ditatap hanya bisa diam "pernikahan yang hanya kita ketahui dimana kamu harus mengikuti kemana saya perjalanan dinas dan kita berpisah tiga bulan sebelum kamu menikah dengan tunanganmu."
Emma menggelengkan kepala "saya tidak mau mengkhianati dia" Devan mengangkat bahu dengan masuk kedalam kamar dan hendak menutup pintu "kapan pernikahan terjadi" gerakan Devan terhenti saat Emma mengatakan hal itu "saya serius bertanya, kapan akan terjadi jika saya setuju?."
Devan mengambil ponselnya disaku lalu berbicara dengan seseorang yang Emma yakini bahwa orang tersebut adalah kepala di kompleks rumah ini, Devan membuka pintunya lebar membuat Emma bingung menatap Devan yang memberi kode agar dirinya masuk kedalam. Emma masuk dengan sangat ragu karena bersama atasannya kali ini, pintu ditutup membuat tubuh Emma membeku. Emma tidak tahu apa yang akan dilakukan Devan saat ini didalam kamarnya, pandangan Emma dimana Devan mengambil tempat disisi ranjang melanjutkan tidurnya.
"Jam empat pagi sebelum subuh mereka semua akan datang menikahkan kita."
"Maksudnya?" Emma sedikit ragu dengan pendengarannya "kita benar - benar menikah?."
Devan mengangguk pelan "pernikahan batal jika ketika kamu akan menikah dengan tunangan kamu karena bagaimana pun aku tidak ingin mengganggu hubungan kalian kedepannya cukup sebelum menikah."
"Bagaimana dengan pasangan kita?."
"Mereka tidak akan tahu karena pernikahan ini adalah pernikahan siri atau rahasia tanpa adanya hukum negara didalamnya."
"Berarti saya tidak harus hamil anak anda?."
Devan terdiam menatap Emma "kamu harus hamil anakku" Emma membelalakkan matanya mendengar jawaban Devan "bagaimana caranya kamu hamil anak aku bukan pria itu, jadi sekarang kita tidur" menepuk sisi ranjang yang kosong "aku ingin kamu terlihat cantik besok untuk menjadi istri rahasia."
Devan memejamkan mata setelah mengatakan itu, Emma sendiri sedikit ragu bergabung bersama untuk tidur disamping atasannya itu. Waktu sudah terlalu malam membuat Emma akhirnya bergabung bersama dengan memejamkan matanya, mencoba tidak peduli pria yang berada disampingnya yang tidak lain adalah atasannya. Emma tidur dengan sangat nyenyak bahkan tidak menyadari jika Devan menariknya kedalam pelukan, ditatapnya wajah Emma yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali saat melihatnya dulu. Rencana ke Kalimantan ini adalah pengalihan agar rencananya berjalan lancar, hal yang tidak diketahui orang lain kecuali dirinya sendiri dan menikahi wanita ini sudah direncanakan juga dengan sangat matang.
"Sebentar lagi kamu akan menjadi milikku seutuhnya."
Bisa dibaca langsung di karyakarsa
KAMU SEDANG MEMBACA
Thief of Heart
RomanceEmma gadis berusia tiga puluh tahun yang baru saja diterima bekerja di perusahaan H&D Group harus berhadapan dengan pria yang bernama Devan anak pertama dari pemilik H&D Group, kehidupan mereka berdua baik - baik saja hingga kejadian di Kalimantan s...