delapan belas

4.6K 1K 26
                                    

"Varun?!" ulang Raha dan Lian dalam irama yang sama.
"Jadi ini semua ulahnya Varun Costa"

Hali mengangguk, memperhatikan tampilan saudaranya.
Dari Club dia menelpon Raha yang masih sibuk dikantor sambil menunggu laporan dari orang-orangnya serta Lian yang tak kenal lelah melakukan apapun agar Albert kembali bangun dan bisa segera membantu menemukan Hema.
Keduanya masih dalam pakaian kerja mereka.
Mereka berdua terlihat lelah menunggu saat akhirnya Hali sampai dan menceritakan apa yang barusan dia lakukan dan info apa yang Desi berikan padanya.

"Walau terlihat tak ada hubungannya apa yang Desi katakan tadi dengan peristiwa hilangnya Hema tapi sedikitpun aku tidak ragu kalau Varun adalah dalang semuanya.
Lagipula sejak kapan Desi dan Varun kenal dekat?" tegas Hali menekankan kesimpulannya.
"Aku yaki sekali mereka pertama kali bertemu di saat yang sama Varun bertemu Hema"

Lian mengangguk.
"Aku sedikitpun juga tidak ragu dengan apa yang kau simpulkan. Aku tahu kau benar.
Varun Costa adalah pelakunya"

Raha mengangguk, tanpa bicara saudaranya pasti tahu kalau dia sependapat dengan mereka.
"Jadi sekarang kita bisa bergerak." tegasnya.
Kedua adiknya mengangguk.
"Aku yakin kalau Varun akan tahu tentang pertemuanmu dan Desi. mungkin dia akan membawa Hema pergi, bersembunyi. Jadia sebelum itu terjadi kita harus segera bertindak" tegasnya lagi.

"Tentu saja" jawab Lian.
"Aku ingin tahu bagaimana caranya menyekap Hema, kenapa Hema tidak juga menghubungi kita, karena aku tahu dia baik-baik saja jadi seharunya Hema sudah memikirkan cara untuk kabur."

Hali mengusap tengkuknya.
"Tapi tadi tidak sekalipun Desi yang meski sudah mabuk berat bicara tentang Hema" gumam Hali mulai ragu.

"Mungkin dia punya alasannya sendiri." jawab Lian.

"Yang terpenting sekarang kita harus mencoba.
Aku akan memgatur rencana agar Varun jadi terlalu sibuk hingga tidak punya waktu memindahkan Hema. Kalian bisa mencari celah untuk masuk ke dalam Villa tersebut. Memastikan apakah benar Hema ada di sana atau tidak" putus Raha yang langsung mengangkat telpon memulai langkah pertamanya.

Hali dan Lian diam mendengarkan semua yang Raha ucapkan pada asisten pribadinya.
Tahu kalau mereka tidak bisa mundur lagi, mereka harus bergerak secepatnya menemukan Hema.

AKIL sudah menberikan detail tentang penjagaan di Villa varun.
Para Alfa tahu kalau Varun selalu siap siaga jadi mereka memang harus memastikan semuanya berjalan lancar dan rencana yang Raha susun tidak jadi sia-sia.
.
.
.

Desi benar-benar membuat kesabaran Varun hilang.
Perempuan itu ceroboh dan emosional.
Kalau saja dia tidak begitu mengenal Hema dan bisa membantu untuk menyakinkan Hema, dari awal Varun pasti sudah melenyapkan Desi.

Baru kemarin malam dia memperingatkan Desi agar tidak mencari masalah dengannya tapi malah hari ini dia membuat masalah lagi.
Varun sudah memikirkan hal ini seharian, dia sampai pada keputusan untuk membawa Hema pergi dari sini.
Tak mungkin selamanya dia menyembunyikan Hema. Saat ini Hema sedang hamil dan tubuhnya kurang fit jadi mungkin itu yang membuatnya tidak mendesak untuk dilepas keluar.
Lagipula tidak mungkin juga dia menyerahkan Hema dibawah pengawasan Rizal dan istrinya Yosa.
Dia cemas kalau dua orang itu salah bicara dan menbuat ingatan Hema kembali padahal membuat Hema lupa dengan para Alfa sangatlah sulit.

Jadi besoknya saat Desi tak kunjung pulang, Varun pergi ke kamar Hema. Sebagai suami tentu saja dia masuk begitu saja.
Hema masih tidur, memakai selimut dari pinggang ke bawah.
Perutnya terlihat membulat kecil dibalik baju tidur sutranya yang berwarna putih.
Rambut pendek Hema menyebar dibantal.

"Miyu?!" bisik Varun mengusap pipi Hema yang jauh lebih tirus semenjak pertemuan pertama mereka.
Padahal seharusnya saat hamil wanita seharusnya tambah gemuk bukan?

Varun meletakan tangannya diatas perut Hema, memejamkan matanya.
"Miyu.. Anak kita" bisiknya parau.
Satu hal lagi yang Varun sesali sebab Hema masih ingat dengan namanya sendiri padahal seharusnya bukan Hema yang tidur tapi Miyu.

Varun menunduk, mengecup bibir Hema, seketika Hema terbangun, mendorong Varun sekuat tenaganya, meloncat turun dari kasur dari arah berlawanan.
Wajah Hema tegang, matanya melotot ketakutan.
Untuk sedetik dia seperti tidak mengenali Varun sebelum akhirnya dia sadar dan mulai bernapas.
"Varun?!" paraunya menahan tangis.

Varun berdiri dan mengangguk.
"Ya ini aku."desahnya kecewa dengan reaksi Hema.
Sampai sekarang dia masih belum bisa melakukan apapun selain dari sebuah kecupan ringan.
Mungkin sebaiknya Varun meminta dokter Mike melakukan hipnotis lagi, lebih kuat meski dokter tersebut bilang kalau hal tersebut sangat berisiko bagi otak Hema.
Varun ingin Miyu kembali bersamanya, bukan Hema nya para Alfa.

"Kau membuatku kaget" lirih Hema menghempaskan bokongnya ke pinggir ranjang.

"Aku suamimu" tegas Varun kesal.
"Apa yang membuatmu kaget dan ketakutan setiap kali aku masuk ke kamarmu dan menyentuhmu. Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini"

Hema menoleh, matanya berkaca-kaca, kepalanya menggeleng rambut pendeknya berayun lemah.
"Aku tidak tahu. Aku tidaj tahu" lirihnya mengadahkan tangan.
"Aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku"

Varun berjalan, memutari ranjang menuju Hema yang kini menutup wajah dengan kedua telapak tangannya, mulai terisak.
Dia menarik Hema berdiri, memeluk pinggang Hema, meletakan telapak tangannya dibokong Hema yang padat, meski tubuh Hema langsung waspada dan kaku.
"Mungkin sebaiknya kita pergi, menghabiskan waktu berdua.
Menjauh sejenak dari segala kesibukan.
Aku akan mengambil cuti, jadi mungkin kau bisa mencoba mengenaliku dan mencintaiku lagi seperti dulu" rayu Varun sedih.
"Ingatlah aku Hema. Jika kau tidak bisa mengingatnya, mulailah belajar mencintaiku lagi. Kalaupun kau tidak bisa, aku tetap takkan melepaskanmu. Karena kau milikku.

Hema menatap mata Varun, mencoba mencari kejujuran yang  sulit ditemukannya setiap kali Varun, Desi, paman Rizal dan bibi Yosa bicara padanya.
Setiap kali itu juga dia bertanya-tanya sebenarnya apa yang sedang dijalaninya.
Apalagi setelah dia mendengar dan melihat apa yang Terjadi kemari malam, dia semakin yakin ada yang salah dengan pernikahannya dan Varun.
Kebaikan Varun pada Desi juga hanyalan sandiwara saja saat di depannya.

Bahkan setelah rasa kaget nya hilang, Hema tidak merasa sedih dengan apa yang dilihatnya semalam, Dia bahkan tidak merasa sedang dikhianati.
Hema lebih merasa kalau dia sedang dikerjai, dibohongi dan dimanfaatkan. Dia marah dan sakit hati, ingin tahu sebenar nya apa yang sedang dibahas Varun dan Desi dan siapa para Alfa yang mereka maksud seakan nama tersebut tidaj asing baginya.
Dan setelah mencoba mengorek ingatannya semalaman, dia ingat kalau Alfa adalah bos dimana dulu paman Rizal pernah bekerja tapi hanya sebatas itu yang dia ingat, lalu apa hubungan mereka dengan dirinya?
Kenapa Varun mengaitkan para Alfa dengannya.?

*******************************
(30112020) PYK.

(Repost) MEREKA SUAMIKU # 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang