tujuh belas

5K 1K 36
                                    

Desi kembali dua puluh menit kemudian, perlahan Hali menjatuhkan bahunya, kembali memulai aktingnya yang layak dipuji.
"Aku pikir kau sudah lupa denganku dan memilih menari dengan pria lain di depan sana"
Kekeh Hali menyentuh pipi Desi yang tersenyum malu-malu.

Desi menggeleng.
"Tidak. Tidak mungkin aku memilih bersama pria lain jika ada kau yang menugguku." jawabnya malu-malu.

Hali tersenyum sedih.
"Kau benar-benar seperti Hema, baik dan pengertian" pujinya.
"Aku senang bertemu kau di sini"

Desi menelan ludah.
"Apa Raha dan Lian ada di sini juga?" tanyanya berharap akan mendapatkan perhatian yang sama dari kedua saudara Hali yang lain.
Kalau Hema bisa, kenapa dia tidak bisa?
Selama ini para Alfa selalu bersama Hema jadi mungkin mereka tidak bisa melihat kelebihannya.
Sekarang Hema tidak ada, terbukti  mata Hali mulai terbuka.
Hali menggeleng membuat Desi kecewa.
Tapi apa yang Hali katakan setelahnya membuatnya senang bukan kepalang.

"Aku yakin mereka juga akan senang melihatmu. Kau membuat kami bisa sedikit melepas rindu pada Hema. Aku akan membawamu bertemu mereka"

Jantung Desi memompa begitu cepat, mimpipun dia tidak pernah memikirkan ini.
Sekarang rasa percaya dirinya jadi naik lagi.
Jika dia berdiri di sebelah para Alfa, siapa yang berani merendahkannya.?
Bahkan si Varun sialan juga tidak akan bisa!

"Aku juga tidak sabaran bertemu mereka." jawab Desi.
"Selama ini kalian hanya fokus pada Hema. Jadi aku seperti tidak dianggap"

Hali menahan kata-kata hinaan yang akan meluncur di bibirnya.
Tentu saja Hema spesial karena dia berharga, sedangkan Desi...

"Kalau begitu ayo kita masuk" kata Hali lemah.
"Katakan padaku siapa yang membuat pipimu jadi seperti ini?" bujuknya saat mereka mulai masuk ke lorong yang akan membawa mereka ke kamar khusus tamu VVIP.

Desi diam sampai akhirnya dia menggesek kartu ke pintu dan mereka masuk.
Desi tersenyum saat melihat ruangan tersebut yang ternyata memilik kasur air.
Tersedia juga minuman dan gelas untuk sekelompok orang berpesta.
Dia sudah beberapa kali ke club ini dan tidak tahu kalau mereka menyediakan ruangan sperti ini.
"Darimana kau tahu kalau di sini ada ruangan seperti ini?" tanyanya dengan alis terangkat.

Hali membuat wajahnya terlihat malu dan bersalah.
"Terkadang setelah kerja, aku dan teman datang ke club. Aku juga sudah pernah ke sini jadi aku tahu" jawabnya.

Desi tersenyum, mengadah agar dan menjulurkan lehernya agar bisa melihat mata Hali yang menunduk menatap lantai.
"Temanmu perempuan atau laki-laki?" tanyanya memancing.

Hali menggeleng.
"Aku mencintai Hema. Dia tunanganku" katanya tidak menjawab pertanyaan Desi tapi sengaja mengiring Desi pada kesimpulan yang salah.

Desi tertawa terlihat senang sekali dan itu membuat Hali sangat muak karena dia tahu kalau perempuan ini senang sekali membayangkan kalau Hema telah dibohongi.

Desi menepuk tangan Hali, membimbingnya duduk di pinggir kasur.
"Tenang saja, aku tidak menyalahkanmu. Kau masih muda dan begitu populer jadi wajar kalau kau sedikit bersenang-senang.
Aku tahu Hema kaku dan kekanak-kanakan jadi dia mungkin akan marah kalau tahu.
Tapi yang terpenting di sini kau Happy."

Hali ikut tertawa, menyentuh bokong Desi dengan usapan samar seprti tidak sengaja.
"Dan kau. Apa kau akan marah jika aku tunanganmu lalu aku berselingkuh dibelakangmu?"

Desi terlihat sesak napas membayangkan dirinya sebagai tunangan Hali.
Dia menggeleng.
"Aku sudah sangat bersyukur kau memilihku. Kalau memang kau mau sedikit hiburan, tidak masalah bagiku asalkan kau selalu pulang padaku" jawabnya bersemangat.

(Repost) MEREKA SUAMIKU # 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang