Bab 2. Menculik Sea

397 35 0
                                    

Ting. Tong.

"Mas kehilangan card lock akses ke penthouse kamu nih. Padahal biasanya selalu di dompet. Ini Mas lihat nggak ada."

"Mungkin Mas Bagas lupa aja, siapa tau keselip di mana gitu." Sambil menerima telepon, Sea memasang anting-anting ke telinga sebelah kanannya.

"Seinget Mas sih nggak pernah keluar dari dompet. Gampanglah, nanti tinggal minta aja ke resepsionis. Kamu udah siap?"

"Udah nih Mas, tinggal nungguin kamu aja." Sea menatap kembali wajahnya di cermin, polesan make up sederhana itu tampak membuatnya semakin cantik.

"Mas akan terlambat nih kayaknya."

Ting. Tong.

Terdengar suara bel, Sea langsung ke pintu dan menyalakan video door-phone untuk melihat siapa yang menekan bel. Wajah datar Galen langsung terpampang di sana.

"Ehm, Mas, aku tungguin ya!" balasnya kemudian. Sedikit terburu-buru ingin mematikan telepon, karena penasaran kenapa anak dari pria yang sedang meneleponnya ini ada di sana.

"Oke, Mas on the way sekarang juga."

"Oke." Setelah panggilan telepon terputus, Sea langsung membuka pintu.

"Hai," sapa Galen, dan entah sejak kapan wajah datarnya telah diubah menjadi sangat ramah. Akal sehatnya masih berteriak, karena harus menuruti ide gila Gabby menculik Sea satu hari penuh.

"Hai ..." balas Sea ragu.

"Aku dateng ke sini di suruh Papi. Dia lagi sibuk, jadi aku diminta buat gantiin jadi sopir kamu hari ini. Udah siap?" tanya Galen terlihat gelisah.

Kening Sea berkerut. Tadi di telepon, Bagaskara tidak bilang apa-apa soal ini dan malah mau datang ke sini. Melihat card lock di tangan Galen, Sea pun memahami sesuatu. "Aku ambil tas dulu ke dalem," pamitnya tanpa banyak bicara lagi.

Galen mengangguk.

Sea masuk ke dalam kamarnya. Dia menghubungi Bagaskara. "Halo Mas, kamu lagi di mana?" tanyanya dengan nada yang sangat lembut.

"Mas terjebak macet, Sea. Kamu bisa tunggu lima belas menit lagi, kan?"

Benar dugaan Sea, Galen mengarang cerita. Dia jadi penasaran apa tujuan pria itu berbohong. "Emm, Mas maaf ya kayaknya aku nggak bisa pergi deh. Ini tiba-tiba aja ada kuliah dadakan, mana dosennya nggak bisa diajak kompromi lagi."

"Wah, bisa mendadak gitu ya?"

"Tau nih Mas, aneh banget. Nggak papa, kan, kalau kita pergi lain kali?" rayu Sea.

"Ya udah nggak papa. Mas mau pulang aja kalau begitu. Nanti kalau kamu udah punya waktu kabarin Mas, ya!"

"Oke."

Sea mematikan sambungan telepon. Ini pergulatan batin yang sangat besar, antara dia merasa tidak enak telah berbohong pada Bagaskara, tapi lebih dominan penasaran pada tujuan Galen yang sebenarnya. Setelah mengambil tas, Sea pun keluar lagi menemui Galen.

"Udah?" tanya Galen.

"Udah."

"Langsung aja ya." Galen berjalan lebih dulu menuju lift yang berada tak jauh dari sana.

Sea mengikuti di belakang, melangkah anggun bak seorang model yang sedang berjalan di cat walk.

***

Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang