Bab 6. Don't You Realize?

430 33 0
                                    

Sea mengajak Galen makan di restoran mewah. Dia memilih meja yang sedikit menyudut untuk menjaga privasi. Dilihat dari buku menu yang tersedia, semua harga makanan di sini sangatlah mahal, standar restoran bintang lima.

"Aku penasaran kamu pernah nggak sih makan di pinggir jalan?" tanya Galen.

"Nggak." Sea menggeleng santai. Matanya sedang fokus memilih menu untuk makan malam mereka ini.

"Sekali pun?"

Sea mengangguk.

"Kenapa? Nggak level atau ..."

"Nggak ada alasan buat makan di sana. Nggak ada yang ngajakin juga. Kamu tau, kan, aku nggak suka keramaian dan menurutku tempat-tempat itu sangat ramai." Sea menjelaskan secara detail sebelum Galen menganggapnya yang tidak-tidak.

"Jadi, bukan karena makanannya nggak enak?"

"I've never been, so ... Aku nggak bisa bilang makanannya nggak enak."

"Mau nyoba nggak?"

Sea menatap Galen begitu lekat. Pria itu tiba-tiba saja berdiri, membantunya membawakan semua belanjaan tadi dan kini menggandeng tangannya.

"Excuse me ..."

"Maaf Mbak kita nggak jadi makan di sini," potong Galen pada seorang pelayan restoran yang baru saja akan menghampiri mereka.

Sea cuma bisa mengikuti langkah Galen yang begitu cepat. Tangannya masih di genggaman pria itu, seakan takut dia hilang.

Hingga sampailah mereka di sebuah warung tenda yang menjual nasi goreng. Letaknya persis di pinggir jalan dan sangat ramai. Galen mengajak Sea duduk di kursi kayu panjang bersama dengan para pengunjung lainnya.

Sea terlihat kurang nyaman.

"Nasi goreng di sini enak, kamu pasti ketagihan." Galen memberikan menu yang terbuat dari kertas laminating yang sudah kusut dan kotor.

"Pilih apa aja yang menurut kamu enak," suruh Sea tak ingin menyentuhnya.

"Oke." Galen pun berdiri dan mendekati penjual nasi goreng, menyebutkan pesanan mereka. Dia kembali duduk di sebelah Sea. "Tenang aja, makanan di sini bersih kok." Seakan bisa menebak apa yang ada di kepala wanita itu.

"Tau dari mana kamu?"

"Kamu bisa lihat sendiri cara mereka masak. Peralatan memasaknya bersih. Penjualnya selalu pakai sarung tangan, topi dan masker. Udah kayak chef di restoran, kan?"

"Ya tetep aja ..." Baru saja Sea menaruh tangannya ke atas meja, dia merasakan sesuatu yang basah menyentuh kulitnya. "Ihhhh, kan jorok!" pekiknya.

Galen meringis pada semua orang yang langsung menoleh pada mereka berdua. "Cuma air, santai aja bisa kali." Dia berbicara pelan, sambil mengambil tisu dan mengelap meja itu.

"Tapi ini beneran jorok." Sea merengek, benar-benar seperti anak kecil.

Galen menatap takjub, sosok Sea yang biasanya cool tiba-tiba saja berubah wujud. Tanpa sadar dia terkekeh geli dan begitu menikmati ekspresi wanita itu.

"Kok malah ketawa sih. Bantuin," rengek Sea kembali. Dia menjulurkan tangannya yang basah pada Galen.

"Iya iya ..." Galen masih terkekeh. Dia memegang tangan Sea dan mengelap bagian yang basah dengan tisu. "Manja banget sih," cibirnya.

"Dua nasi goreng spesial buat Mas Galen yang ganteng sudah siap, dimakan sampai habis ya, Mas ..." Jeni, anak dari penjual nasi goreng tercengir pada Galen.

"Makasih, Jeni."

"Sama-sama Mas. Tumben nggak sama Mas Rae yang cooling dan Mas Danial yang comedian."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang