"So.. why we are here desu?" Tanya Nagi heran dan melihat teman-teman nya kecuali Iori dan Mitsuki. Orang-orang itu sedang berdiri di bawah lampu jalan memandang sebuah bangunan apartemen 4 lantai di depan mereka.
"Sttt.. ini sudah malam Nagi/Nagi-kun/Nagichi, jangan keras-keras" jawab ketiga orang lain yang sedang, umm.. mengintai? Entahlah, mereka masih sama absurd nya dengan mereka dulu.
"Bukannya kamu juga penasaran dengan anak kecil yang katanya mirip Riku, Nagi?" Sahut Yamato menunjuk gedung apartemen di depan mereka, sedangkan Sougo dan Tamaki hanya memberi anggukan atas pertanyaan Yamato.
"Tapi, apa kita akan kesana? Ini sudah malam, mana mungkin kita bertamu. Dan kalau menunggu anak itu keluar lebih tidak mungkin lagi di malam yang sudah selarut ini" gumam Sougo mengutarakan keraguannya. Suaranya cukup kecil tapi masih bisa didengar yang lain.
"Yah.. karena kita tadi saking penasarannya sampai tidak memperhitungkan waktu perjalanan kesini" jawab Yamato. Mereka tadi memang pergi dengan terburu-buru karena penasaran dan tidak ingat waktu.
Berakhir lah mereka menjadi seperti penguntit di depan rumah mangsanya. Tidak bisa bertamu secara langsung tapi masih belum ingin pergi karena rasa penasaran mereka.
Nagi yang melihat teman-teman nya berdiri seperti penguntit jadi mengingat kenangan lama saat mereka juga menguntit center mereka yang saat itu ingin pergi menemui kakak kembarnya. Keseruan yang sama dan kekonyolan yang sama juga. Sepertinya umur mereka yang bertambah tidak mengubah mereka.
Yang berbeda hanyalah objek yang di intai. Dan orang itu tidak bisa ikut melakukan kekonyolan bersama lagi. Mengingat ini, manik kuning cerah itu sekejap mencerminkan kerinduan. Tanpa sadar bibirnya terangkat membentuk senyum kecil yang terwarnai oleh kesedihan.
"Oh!" Suara Tamaki mengalihkan perhatian Yamato dan Sougo.
"Ouh! That young child" ucap Nagi setelah melihat apa yang Tamaki lihat. Perhatian Yamato dan Sougo kembali teralihkan pada Nagi lalu mengikuti arah pandang Nagi dan Tamaki.Disana dia melihat siluet anak kecil yang berlari di teras depan bangunan apartemen itu. Mereka terus melihat anak kecil itu sampai anak kecil itu lari keluar bangunan dan berlari ke arah mereka. Atau lebih tepatnya akan melewati mereka, sebelum..
"Hey nak!!" Panggil Yamato pada anak kecil itu, membuat anak itu berhenti berlari. Anak kecil itu memakai baju tipis di hari yang sudah malam dan dingin seperti ini. Bibir anak itu sedikit bergetar, entah karena dingin atau karena tangisannya. Karena ada jejak air mata di pipinya, bahkan sesekali masih ada sesenggukan yang keluar.
Yang lebih mengejutkan bagi Yamato, Sougo, Nagi dan Tamaki adalah anak itu benar-benar mengingatkan mereka dengan seseorang. Seseorang yang benar-benar mereka rindukan.
Belum sempat anak itu mengeluarkan suaranya untuk menjawab Yamato, sebuah pelukan erat sudah menghentikan kata-katanya. Mata anak kecil itu melebar tanda terkejut dengan apa yang terjadi. Dia ketakutan dengan orang yang tiba-tiba memeluk nya.
Dia berontak ingin lepas tapi pelukan itu cukup erat dan dia yang anak kecil tidak bisa menandingi kekuatan orang dewasa. Tapi saat dia masih berusaha melepaskan pelukan itu, dia tiba-tiba mendengar isakan dari orang yang memeluknya. Dilihatnya bahu orang dengan surai baby blue itu bergetar menahan isakan.
"Tamaki-kun.."
"Tama.. kamu menakuti anak itu" kata Yamato sambil menepuk pundak Tamaki. Tanda bahwa Tamaki harus melepaskan pelukannya. Tamaki perlahan melepaskan pelukannya, membuat anak itu melihat wajahnya yang memerah karena menangis. Lalu pandangan anak itu beralih pada orang yang membuat Tamaki melepaskan pelukannya.Menyadari tatapan anak kecil itu, Yamato menyunggingkan senyum lembutnya. Lalu pandangan anak kecil itu beralih pada dua orang lainnya yang juga memberikan senyum kecil padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Remember
Fanfic"Ok, aku akan menjadi superstar dan menunjukkan pemandangan yang belum pernah Iori lihat, menjadi legenda dan pada akhirnya...... menghilang seperti ini". -Nanase Riku "Jika aku tau akhirnya akan seperti ini, aku akan menghentikanmu dan berhenti men...