Musim Dingin (3)

3 3 0
                                    

Matahari kini berada tepat di atas kepala, makhluk-makhluk bumi pun enggan untuk keluar dari gubuk pelindungnya. Namun, Zuo Ye nekat menembus teriknya matahari demi keinginannya menemui seseorang.

Yun Jin yang sedari tadi mengikuti kemanapun Zuo Ye pergi, terus saja berbicara tiada henti, membuat kepala Zuo Ye pusing dibuatnya.

Keduanya mengendarai mesin roda empat yang dikemudikan oleh Yun Jin. Diperjalanan, bisa disimpulkan kalau Yun Jin dan Zuo Ye dipersatukan, lantas terjadi peperangan.

"Aku harap Yi Fan mau menjelaskan semuanya." Ujar Zuo Ye.

Hening.

Beberapa menit kemudian.

Yun Jin yang kala itu tengah menyetir, membelalakkan kedua matanya ketika melihat pemandangan yang tak bisa ia tepis. Pasalnya, lampu merah kini tengah mengendalikan mobilnya.

Apa ini? Bukankah itu orang yang menumpangi Zuo Ye?, Batin Yun Jin.

Benar, kendaraannya bersebelahan dengan kendaraan Yi Fan, Yun Jin hanya berdoa jika Zuo Ye tidak akan menyadari kenyataan yang akan membuat hatinya kembali terluka.

Dewi fortuna masih berpihak kepada Yun Jin, lampu hijau yang sedari tadi ia harapkan kini sudah menjadi kenyataan, Yun Jin mengelus dada dengan nafasnya, lantas memejamkan mata yang menandakan kalau ia lega.

* * * * *

"Kau suka?" Tanya Yi Fan begitu tiba di tempat tujuan.

Kini mereka berada di pantai, dengan matahari yang mulai tenggelam, namun masih jauh untuk bisa disebut senja.

"Tidak!" Jawab Jia Yi datar.

"Kenapa?"

Hening.

Keduanya hanya menatap garis pantai dari kejauhan, langit tampak mulai kuning, tak ada suara, hanya kicauan burung yang biasa terbang di sore hari.

"Aku tidak suka senja." Ujar Jia Yi tiba-tiba.

"Kalau begitu, akhir pekan selanjutnya, kita kesini nya pagi hari."

"Aku tidak suka senja dan pantai."

Yi Fan kelimpungan sendiri, bingung dengan keadaan yang malah membuatnya canggung seperti kini.

Jia Yi membalikkan tubuhnya ke arah Yi Fan, melepaskan lipatan tangannya yang sedari tadi ia letakkan di depan dada, lantas menatap Yi Fan.

"Lain kali, jangan sok tahu." Sahut Jia Yi santai seraya menepuk pundak Yi Fan, dan pergi meninggalkan Yi Fan dengan menghela nafas.

Yi Fan berjalan menyusul Jia Yi yang sudah jauh di depannya, tidak tahu apa yang harus dilakukan, hari ini benar-benar hancur.

* * * * *

RSJ Wenzhou, tertulis di bagian atap bangunan yang kini tanahnya tengah di pijaki dua gadis penjaga toko.

Keduanya berjalan masuk menuju lobi lantai utama, yang sering dijadikan akses keluar-masuk orang-orang, atau lebih tepatnya, para manusia.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang