Sore ini Yi Fan pulang kuliah lebih awal, dia mampir ke toko roti yang sering ia kunjungi, membeli beberapa roti untuk diberikan kepada ibunya.
Yi Fan membuka pintu toko roti itu, yang langsung disambut dengan pelototan Yun Jin, terkejut. Yi Fan tidak menghiraukannya, dia langsung duduk di salahsatu bangku yang sudah disediakan pemilik toko roti.
"Zuo Ye."
"Zuo Ye." Yun Jin memanggil Zuo Ye yang tengah membuat adonan roti seraya memukul pundaknya berkali-kali, namun Zue Ye tak kunjung menatap atau sekedar menjawabnya.
"Zuo Ye lihat itu."
Kali ini Zuo Ye menurutinya, dan melihat apa yang ditunjukkan oleh Yun Jin.
"Yun Jin." Zuo Ye memanggilnya dengan nada datar seraya melipat kedua tangannya, menatap lurus ke arah Yi Fan yang tengah memainkan ponselnya.
"Hm." Yun Jin yang dipanggil segera memalingkan wajah polosnya ke arah Zuo Ye.
"Aku menyesal menuruti permintaanmu." Jelasnya masih dengan nada datar, Zuo Ye tak bergerak sedikitpun, dia seolah membeku ditempatnya, sampai akhirnya dia berjalan menghampiri Yi Fan.
"Perang dunia ketiga akan segera dimulai." Ujar Yun Jin bermonolog sendiri seraya berbisik.
Benar saja, Zuo Ye menghampiri Yi Fan dari arah belakang, yang kala itu Yi Fan masih saja memainkan ponselnya, Zuo Ye berinisiatif untuk memeluk Yi Fan dari belakang, namun dia urungkan setelah melihat layar ponsel milik Yi Fan, Yi Fan tengah saling mengirim pesan yang dia asumsi itu adalah wanita. Zuo Ye sebelumnya melihat nama yang tercantum di chatroom Yi Fan, namun, yang dia baca hanya dua huruf dari awal, yakni Dr. sebelum akhirnya Yi Fan mematikan ponselnya.
"Pesan dari siapa?" Tanya Zuo Ye yang masih berdiri di belakang Yi Fan.
"Bukan urusanmu." Jawabnya ketus.
Zuo Ye berjalan menuju kursi untuk duduk di depan Yi Fan, dia meletakkan kedua tangannya di atas meja, lalu sedikit membungkukkan tubuhnya ke arah Yi Fan.
"Kau kasmaran?" Tanya Zuo Ye.
Yi Fan tak berkutik.
"Yi Fan jawab aku!" Ucap Zuo Ye sedikit membentak.
Yi Fan akhirnya berhenti memainkan ponsel, mengangkat tubuhnya yang sedari tadi dia sandarkan ke kursi lalu melipat tangannya seraya menatap tajam ke arah Zuo Ye.
"Iya." Jawab Yi Fan tanpa dosa.
Zuo Ye berusaha untuk tak mengeluarkan air matanya, dia terdiam cukup lama, wajahnya terlihat biasa saja, meski begitu, hatinya tetaplah sakit mendengar pengakuan dari Yi Fan.
"Jika melamun mu sudah selesai, ambilkan aku tiga roti, dibungkus!" Ujar Yi Fan yang menjatuhkan kembali tubuhnya ke sandaran kursi lalu mulai memainkan ponselnya.
* * * * *
Hari sudah mulai gelap, malam kini mulai menjemput senja, diganti dengan sang pencerah malam, bulan.
"Kenapa meninggalkanku?" Tanya Jia Yi dengan nada datar seraya membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
"Kau marah?" Yi Fan bertanya kembali di telepon.
