Musim Dingin (1)

25 5 0
                                    

"Jangan samakan sikapmu dengan musim saat ini Jia Yi"

Malam ini di kota Wenzhou, cuaca terasa dingin sekali, bintang-bintang juga enggan muncul, bulan pun hanya memberi sedikit terangnya, sangat serasi dengan keadaan Jia Yi saat ini.

"Kau belum tidur?" Tanya Zuo ye dari arah pintu, lalu berjalan menuju Jia Yi yang tengah meneguk secangkir kopi seraya membolak-balikkan selembar kertas berisi beberapa diagnosis.

Jia Yi, seorang dokter psikiater yang menjabat di salah satu RSJ kota Wenzhou, dia hidup dengan hasil jerih payahnya sendiri. Sejak kecil, Jia Yi ditelantarkan oleh orangtuanya, sampai kini, Jia Yi hanya hidup dengan kesendiriannya.

"Apa aku terlihat sedang memejamkan mataku?" Alih-alih menjawab, Jia Yi malah bertanya kembali pada Zuo Ye yang kini tengah duduk di depannya.

"Basa-basi saja" Zuo Ye mengelak. Dia terlihat tengah memperhatikan Jia Yi yang masih saja memainkan kertasnya.

"Jangan menatapku" Ujar Jia Yi tanpa melirik.

"Aku ingin bertanya."

"Katakan!" Dia tetap tak memalingkan wajahnya.

"Aku ganti. Bukan bertanya, tapi mengatakan sesuatu." Zuo Ye meralat.

Kini Jia Yi bergerak, dia menyimpan secarik kertas di meja lalu melipatkan kedua tangannya. Namun tetap saja, mata hitamnya menatap lurus ke depan, Sama sekali tak berpaling kearah Zuo Ye.

"Aku hanya ingin mengatakan-" Zuo Ye menggantungkan kalimatnya, membuat Jia Yi berpaling menatapnya perlahan. "Terimakasih sudah menumpangiku dirumah mu" -lanjutnya, dia tersenyum malu. Pasalnya, sesekali dia ingin mengobrol santai dengan Jia Yi, namun sulit, bahkan mustahil, sikap dingin Jia Yi membuat semua orang enggan bicara dengannya.

Jia Yi menghela nafas kasar. "Kau baru mengatakan itu setelah dua bulan berada disini."

"Aku baru sempat mengatakannya." Ujar Zuo Ye yang tersenyum miris, merasa malu dengan yang diucapkan Jia Yi.

"Dasar gila" umpatnya berbisik.

Dia mudah sekali mengumpat kata-kata kasar, batin Zuo Ye.

Jia Yi pergi begitu saja, meninggalkan Zuo Ye yang masih membatin ditempatnya.

"Aish, mengatai orang seenaknya saja!" Sahut Zuo Ye dibelakang Jia Yi, namun siapa sangka Jia Yi masih bisa mendengarnya.

Jia Yi menghentikan langkahnya, mendengar apa yang dikatakan Zuo Ye lalu membalikkan tubuhnya. "Kau mengatakan sesuatu?".

Zuo Ye menjadi salah tingkah, dia berusaha menetralkan semuanya dengan menjawab "Tidak ada."

* * * * *

Musim dingin masih menyelimuti kota wenzhou, embun pun bersemangat untuk menyambut pagi yang cerah kini. Matahari hadir dengan sinarnya yang masih beradu dengan fajar, awan-awan mulai terlihat, bergerak perlahan menggambarkan hadirnya angin sepoi-sepoi.

Terlihat seorang wanita dari arah pintu utama RSJ mengenakan jas putih khas dokternya, dengan setelan gaun selutut berwarna marun serta rambut di ikat tepat paling bawah bagian kepala, membuatnya terlihat seperti orang dewasa meskipun masih muda.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang