✉ 4 || Bentang Langit

52 13 0
                                    

Barusan aku melontarkan pertanyaan pada Raya. Sekarang, aku sedang menunggu jawaban Raya. Sementara cewek itu malah terdiam. Kelihatan sekali kalau dia tidak mau menjawab pertanyaanku.

Jujur saja, aku tidak pernah paham kenapa dia begitu malas berurusan denganku. Padahal aku bukan cowok yang berbahaya. Dalam artian, aku tidak pernah mendekatinya seperti cowok mendekati cewek. Kalau kami harus berdekatan, itu karena misi semata. Aku berdeham dan bicara lagi, "Kalau lo butuh bantuan, langsung bilang aja."

Raya masih tidak menanggapi. Dia masih terdiam dengan aneh.

Aku berusaha tidak mempedulikannya. Aku berjalan ke lemari penyimpanan berkas dan berkutat dengan kertas-kertas.

Lamat-lamat, aku mendengar suara percakapan. Sepertinya berasal dari rekaman audio atau video. Kemungkinan besar Raya yang tengah memutar audio atau video itu.

Aku sebenarnya ingin menoleh untuk memastikan. Tapi Raya pasti tidak menyukai hal itu. Aku akan menjadi semakin buruk di matanya.

Aku menemukan berkas yang kucari. Aku membawa berkas itu ke meja di tengah ruangan yang menghadap ke televisi.

Aku bersandar pada sandaran sofa sembari membaca-baca berkas di tanganku. Ini adalah berkas keuangan sekolah. Kebetulan misiku kemarin adalah membantu kepala sekolah dan bagian keuangan SMA Putra Bangsa untuk merekap sumbangan para donatur. Aku harus mengecek berkas ini sekali lagi sebelum nanti siang kuserahkan pada bagian keuangan.

"Kak," gumam Raya terdengar lamat-lamat.

Aku mendongak dengan ragu dan menoleh ke meja kerjanya, tempat ia sedang sibuk mengerjakan tugasnya.

Kami saling bertatapan untuk sepersekian detik. Dia lalu menunduk dan kembali fokus ke laptop yang ada di hadapannya.

Jadi dia sungguhan memanggilku atau tidak sih? Akhirnya kuputuskan untuk bertanya.

"Lo manggil gue?" tanyaku dengan alis yang naik sebelah.

Raya mendongak lalu mengangguk perlahan. Ia kelihatan ragu-ragu tapi wajahnya tetap saja judes.

"Kenapa?" tanyaku heran.

Raya berdeham, "Lo bisa cek keaslian video-video ini nggak?"

Aku mengangguk dan merangsek ke tempatnya. Raya menunjukkan video yang tengah terputar di laptopnya.

Aku mengamati video itu. Sesekali aku meringis jijik. Kenapa video pribadi bisa dipublikasikan seperti ini?

Ah, apa ini video yang membuat gempar siswa-siswi di sini? Bahkan alumni juga ada yang tahu soal hal ini. Kalau begini, bukan hanya objek dalam videonya saja yang dirugikan, tapi nama baik sekolah juga dipertaruhkan.

"Menurut lo, ini asli atau editan?" tanya Raya setelah satu video selesai diputar.

Aku menghela napas, "Menurut gue ini asli. Kalau pun editan, yang edit harus profesional banget. Mulus gitu kok videonya."

Raya ber-oh-singkat. Ia lalu kelihatan berpikir keras.

"Gue kaya kenal cewek sama cowok di foto itu," gumamnya.

"Siapa?" tanyaku.

"Cewek ini bukannya Melodi ya?" jawabnya ragu-ragu. Ia kelihatan agak tidak yakin.

Aku lebih tidak tahu lagi. Siapa itu Melodi? Apakah teman Raya? Tapi setahuku cewek satu ini tidak pernah menyempatkan diri untuk bergaul. Dia lebih sering menghabiskan waktu istirahat dan waktu senggangnya di markas ini.

Setahuku, Raya hanya sedang dekat atau menjalin hubungan dengan cowok yang tidak jelas kuketahui karena dia berniat merahasiakan hubungannya itu. Tapi aku cukup peka untuk menyadari kalau Raya diam-diam pacaran. Jujur saja menurutku kinerjanya makin menurun.

Bukannya aku melarang para pengurus Raja dan Ratu ini punya pacar. Tapi ada keharusan kalau semua pengurus Raja dan Ratu harus memprioritaskan menjalankan misi.

Raya berdeham agak keras. Sepertinya ia berniat menyadarkanku karena barusan aku melamun.

"Lo nggak dengerin ucapan gue?" tembak Raya membuatku merasa bersalah telah mengabaikannya.

Aku mengulas senyum penyesalan sambil meminta penjelasan ulang, "Gimana, lo barusan ngomong apa?"

"Dia teman sebangku gue di kelas sebelas ini," ujarnya yang sepertinya menjelaskan siapa Melodi yang ia sebut itu.

Aku mengangguk paham. Aku kembali menatapnya serius, "Jadi lo mau apa sekarang?"

"Gue mau tanya ke Melodi soal kebenaran video itu dan kenapa bisa sampai ada yang ngerekam video itu," jawab Raya mantap.

Ia mematikan laptopnya sambil membereskan barang-barang yang tercecer di meja kerjanya. Ia juga mengemasi bawaannya dengan cepat lalu pamit akan kembali ke kelas.

"Gue cabut dulu. Thanks bantuannya," ucap Raya sambil ngacir pergi.

Aku mengamati cewek itu yang berjalan tergesa keluar dari markas. Aku masih diam di tempatku hingga beberapa saat.

Hmm, aku jadi penasaran untuk melihat-lihat lebih jauh soal video itu. Di mana aku bisa mendapatkan video-video itu? Sepertinya aku harus membuat akun baru dan menyamar sebagai siswa di SMA ini. Aku yang sudah jadi alumni pasti tidak diperkenankan bergabung.

Aku baru berpikir akan menggunakan identitas siapa untuk bisa bergabung di grup siswa SMA Putra Bangsa ini. Tapi belum menemukan titik terang, pintu markas justru terbuka.

Riga berdiri di sana. Lalu di belakangnya ada Vienna yang tengah sibuk merapikan rambutnya.

Sebuah ide melintas dipikiranku. Bukan kah mereka juga bertugas membantu Raya menyelesaikan misi ini? Kalau begitu tidak masalah kan kalau aku meminjam identitas salah satu dari kedua orang itu untuk bergabung dengan grup SMA ini?

oOo

Riga dan Vienna duduk di sebelahku. Saat ini, kami sedang menonton beberapa video yang juga merupakan rangkaian video pencemaran nama baik itu.

"Siapa sih yang punya ide gila buat ngevideoin aktivitas pribadi orang-orang ini?" Riga berkomentar dengan kesal.

"Tugas kalian adalah cari tau siapa objek di video itu," perintahku pada Raja dan Ratu yang baru menjabat beberapa hari ini.

Riga dan Vienna mengangguk. Dengan ponsel masing-masing, mereka mencari informasi soal dua orang yang ada di video itu.

Aku sendiri sibuk menerka. Di video yang tadi kutonton dengan Raya, cewek bernama Melodi dan seorang cowok kelihatan berciuman di sebuah ruangan dengan banyak loker. Sepertinya itu ruang ganti. Tapi kenapa rasanya berbeda dengan ruang ganti milik sekolah ini yang biasa digunakan untuk berganti pakaian saat sebelum dan setelah olahraga? Mungkin kah ini bukan bilik ganti di sekolah ini? Oh, atau justru milik salah satu ekskul di sini? Tapi ekskul apa yang punya ruang ganti sendiri?

Lalu di video kedua, aku bisa melihat dua orang tengah berciuman dengan latar lapangan tenis. Sepertinya video itu diambil ketika sore hari karena pencahayaannya yang kemerahan.

"Kak," panggil Riga membuatku berhenti menerka.

Aku menoleh padanya, "Gimana?"

"Dari komentar yang ada, kayanya cewek ini namanya Lika," terang Riga.

"Dan cowoknya Beni," tambah Vienna.

Aku mengangguk-anggukan kepala. Pasti ada sesuatu yang mendasari pemilihan objek-objek ini. Kalau berdasarkan kesimpulan awalku setelah menonton dua video itu, semuanya berkaitan dengan club olahraga di mana melibatkan latar tempat ruang ganti dan lapangan tenis.

Tapi aku memutuskan untuk mengecek video selanjutnya. Barangkali ada yang bisa mematahkan dugaan awalku.

oOo

Thanks udah mampir.

Love you all ❤

INTERPOLASI (Pindah ke Innovel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang