Hari ini terasa cukup melelahkan bagi Jungkook. Berkutat dengan dokumen dan deretan angka-angka itu membuat kepalanya terasa nyaris meledak. Ia mendengus letih, menyandarkan diri pada sandaran mobil seraya melonggarkan dasinya. Sejak dulu, ia memang tidak pernah menggunakan jasa supir untuk mengantarnya bekerja. Ia masih sanggup untuk sekedar berkendara selama kurang lebih dua puluh menit dari rumah menuju gedung kantornya.
Biasanya dalam situasi seperti ini, rumah menjadi tempat terbaik untuk beristirahat. Ditambah lagi dengan sambutan senyum hangat Serin serta pelukan nyaman yang seolah mampu menyerap habis rasa lelahnya.
Tapi kini, agaknya semua itu sudah tidak dapat lagi Jungkook rasakan. Setiap kali Serin tersenyum padanya, sama saja seperti menambah satu goresan luka dihatinya. Setiap kali Serin memeluknya, sama saja seperti menghancurkan hatinya secara perlahan. Sebab, kau tahu? Serin tak hanya melakukan hal tersebut pada Jungkook, melainkan juga bersama Taehyung.
Setelah memejamkan mata sejenak, akhirnya Jungkook mulai menginjak pedal gasnya dan berkendara ke arah yang berlawanan dengan kediamannya. Ia berniat untuk mampir ke apartemen Lisa.
Selama 28 tahun hidup didunia, rasanya baru kali ini Jungkook melakukan kesalahan besar seperti ini. Meskipun ketampanannya mampu menyihir banyak gadis, namun Jungkook tidak pernah sekalipun mempermainkan hati mereka. Bila menjalin sebuah hubungan, ia akan mencintai gadis tersebut tanpa pernah berniat untuk melirik yang lainnya. Jungkook benar-benar tipe laki-laki penyayang dan setia. Beberapa hubungan yang berakhir biasanya disebabkan oleh ketidak-cocokan sampai mereka memutuskan untuk menyudahinya, bukan disebabkan oleh perselingkuhan. Jungkook sangat-sangat menghargai cinta, berharap memiliki kisah seperti Ayah dan Ibunya yang hanya dapat dipisahkan oleh maut.
Namun ketika Jungkook merasa telah menemukan seorang wanita yang tepat--yang ia kira terbaik dan akan menemaninya sampai akhir hayat, ternyata malah menunjukkan jati diri pada tahun pertama pernikahan mereka. Jungkook tidak menyangka kalau ia akan dikhianati seperti ini. Ia sungguh-sungguh tidak menyangka kalau perasaan tulusnya akan ditukar dengan sebuah getir dari sakitnya luka dihati.
Jungkook mendecih pedih. Persetan dengan Serin. Persetan dengan perselingkuhan. Pengkhianat harus mendapatkan balasan yang sama. Jungkook tidak ingin menanggung luka seorang diri.
Setelah berkendara selama beberapa waktu, kini sepasang tungkai kakinya sudah berdiri dihadapan sebuah pintu berwarna cokelat gelap. Ia menekan bel tanpa ragu, sampai akhirnya sebuah presensi muncul dari balik pintu.
"Habis bekerja lembur?" Lisa bertanya setelah mempersilakan Jungkook untuk memasuki apartemennya. Pasalnya, sekarang sudah pukul sebelas malam, dan Jungkook masih mengenakan setelan pakaian kerja.
"Hm." Jungkook hanya berdehem singkat. Awalnya ia berniat untuk langsung merebahkan diri diatas sofa. Namun ia tertarik ketika mencium aroma manis yang menggugah selera dari dapur.
Pemuda itu lantas duduk dikursi meja makan, memerhatikan Lisa yang baru saja mengeluarkan sebuah loyang dari dalam oven. "Kau membuat kukis malam-malam begini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Require✔️
Fanfic[M] Lalisa Hwang sangat menikmati pekerjaannya sebagai wanita penghibur. Tak ada yang benar-benar ia cintai dimuka bumi ini selain uang. Baginya, mencintai seseorang tak ubahnya seperti lelucon dalam drama komedi--lucu, menggelitik, sampai terkadan...