🥂8

16.8K 2.2K 364
                                    

Serin dan Hyesun melangkah pergi tanpa sepatah katapun yang terucap setelah Lisa mengucapkan kalimat sarkasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serin dan Hyesun melangkah pergi tanpa sepatah katapun yang terucap setelah Lisa mengucapkan kalimat sarkasnya. Memangnya mereka mau bicara apalagi? Serin sudah terlanjur malu dan marah. Lisa juga tidak berhak menjelaskan apa yang terjadi. Kuncinya adalah Jungkook, karena pemuda itu yang menyeret Lisa ke dalam permainan ini.

Lisa sudah mencuci rambut dan wajahnya. Saat ini, ia sedang mengeringkan surai menggunakan hair dryer di toilet yang berada di mall tersebut. Kebetulan sekali ia menyimpan benda itu dimobilnya.

Namun dalam ketenangan ini, ada saja parasit-parasit yang datang menghampiri. Lihat saja bagaimana dua orang gadis yang tengah berbisik-bisik disudut ruang, memandangi Lisa dengan tatapan merendahkan.

"Tidak tahu malu. Bangga sekali menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain."

"Dia itu dibayar berapa, sih? Apa harga dirinya bisa ditukar dengan beberapa lembar uang?"

Sebagian besar orang hanya menilai dari sisi yang mereka lihat. Sekalipun mereka tidak tahu alur permasalahan yang sesungguhnya, mereka cenderung mengikuti arus yang ada. Ikut membenci apa yang sekelilingnya benci. Ikut mencaci apa yang sekelilingnya caci. Tidak punya pendirian. Tidak ada niat menoleh pada sisi yang lain. Menyedihkan sekali.

Lisa sebenarnya sudah terbiasa mendapatkan hinaan semacam ini, bahkan mungkin lebih parah lagi. Tapi tetap saja, meskipun ia tidak melawan dengan kekerasan, tapi belah bibir pedasnya seolah tak ingin mengalah begitu saja.

Rambutnya sudah sembilan puluh persen kering. Ia mematikan hair dryer itu, menyisir surainya dengan lembut. Sembari berkaca, ia mengagumi dirinya sendiri. Wajahnya yang cantik, kulitnya yang bersih, hidungnya yang menawan, matanya yang bersinar, bentuk tubuhnya yang bagus, dadanya yang berisi dan kencang. Ah, menakjubkan.

Lisa membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas Prada yang baru saja dibelinya kemarin. Satu polesan lipstick berwarna merah sudah cukup untuk membuat auranya menjadi lebih hidup dan bersemangat.

Dua orang parasit itu tak juga berhenti berbisik-bisik. Kalau mereka tahu suara itu masih bisa terdengar oleh Lisa, kenapa tidak langsung saja bicara dihadapan wajahnya? Dasar payah.

"Wah, luar biasa. Sepertinya bergosip dibelakang sana sudah menjadi kebiasaan kalian, ya?" kata Lisa. Senyumnya begitu manis, namun juga mematikan.

Dua gadis itu sempat terkesiap. Namun seolah tidak memiliki rasa takut, salah satunya menyahut pada Lisa. "Iya. Kami sedang membicarakan perempuan tidak tahu diri sepertimu!"

"Eh, benarkah? Duh, sayang sekali. Tapi aku tahu siapa diriku." Lisa berjalan mendekat dan berdiri dihadapan dua orang gadis yang lebih pendek darinya itu. Ia menunduk, menyilangkan kedua lengannya didada. "Kenalkan, aku Lalisa Hwang. Aku bersyukur sekali karena aku terlahir cantik."

Si gadis berambut sebahu terlihat kesal. "Kau menghina kami?!"

"Menghina?" ucap Lisa. "Loh, bukankah kalian yang sedari tadi menghinaku?"

Require✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang