"Sari anaku, nanti di Jakarta jaga kesehatan ya! Jangan lupa makan, jangan lupa ibadah sama Allah!" Ucap Ibuku.
Kami sedang perpisahan di terminal Bus, yang ada di Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Bapak, ibu, Kirana adiku juga ikut mengantarkan kepergianku.
Sebenarnya aku sangat sedih, telah membohongi mereka, dengan alasan aku bekerja di Perkantoran yang ada di Jakarta. Padahal aku disana akan menjadi seorang pembantu.
Mataku berkaca-kaca melihat Ibu memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu untuk bekalku sebelum gajian. Padahal aku bekerja di Perumahan, jadi tidak mungkin kekurangan makan. Namun karena mereka mengira aku kerja di Kantor, Ibu sampai membela-belakan meminjam uang kesana kemari untuk bekalku.
Aku menerima uang tersebut. Sambil menangis aku memeluk ibu. Bapak juga ikut memeluk. Sementara Kirana hanya memainkan handphone-nya pura-pura tidak melihat kami, malu karena kelakuan keluarganya yang terlalu lebay.
"Bapak sama ibu juga baik-baik di Majalengka, Sari pasti langsung kirim uang setelah gajian pertama." Ucapku.
"NENG BURUAN!! BUS MAU BERANGKAT!" Ucap mamang knek Bus.
Akhirnya aku naik kedalam Bus jurusan Cikijing Majalengka--Bekasi. Bus mulai menyala untuk segera berangkat, namun mataku masih saja memandang ke kaca jendela untuk melihat keluargaku yang melambai-lambaikan tangannya tanda perpisahan.
Keadaan Bus cukup penuh, selama perjalanan aku tidur sambil mendengarkan lagu dari earphone. Bus juga sedang melewati Tol Cipali, beberapa kali Bus berhenti di Rest Area untuk mengisi bahan bakar. Setelah beberapa jam, aku sampai di Bekasi untuk Menuju Bus Jakarta. Kira-kira satu jam aku sampai di Jakarta.
Aku naik angkutan umum untuk menuju rumah majikanku. Mataku terus saja melihat keatas untuk memandang gedung-gedung yang menjulang tinggi. Beberapa kali aku memotret gedung itu untuk dikirimkan pada Ibu di kampung. Jujur saja, ini kali kedua aku ke Jakarta. Dulu pernah sekali aku ke Jakarta waktu SD, yaitu untuk mengantar Uwa berangkat ke Bandara untuk naik haji. Setelah itu aku tidak pernah lagi. Karena aku hanyalah anak rumahan yang jarang kemana-mana.
"Pak Saya Sari Arianti Lestari, mau ketemu ibu Monica" ucapku pada Satpam rumah, karena aku sudah sampai di alamat tujuan.
"Oh Pembantu baru ya neng dari Majalengka?" Tanya nya.
"Iya"
"Yaudah masuk neng, kebetulan nyonya lagi nganter dek Marsya ke SD. Nanti juga dateng" ucap Pak Satpam padaku, lalu dia membukakan gerbang rumah.
Mataku terus saja menekuri bangunan megah itu. Warna Catnya putih dengan rumah tiga lantai. Serta dinding yang didominasi oleh kaca, sehingga membuat kedalaman rumah bisa terlihat dari luar. Sungguh sangat indah bangunan itu, ditambah tanaman bunga dan rumput-tumput yang tertata rapi di pekarangan rumahnya. Membuat orang yang baru berkunjung begitu mengagumi rumah itu.
"SARIIIIII" teriak seorang perempuan yang seumuran denganku.
Dia Fitri, teman sebangku ku waktu SMP. Aku sering curhat padanya, tentang aku yang tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Dan pekerjaan inipun aku ditawarkan oleh Fitri. Hingga aku sekarang datang kesini juga tak luput dari bantuan darinya.
Fitri berlarian dari dalam rumah menyambutku. Dia memeluku karena sudah sangat lama tidak bertemu. Satpam disebelahku juga tersenyum, melihat betapa hebohnya Fitri menyambut kedatanganku.
"Akhirnya kamu datang juga Sar, aku kira kamu bakalan nyasar" ucap Fitri sambil memegang pundaku.
Aku terkekeh sedikit. "Gak bakalan lah Fit, kan sekarang ada mamang Google"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarjana Jadi Pembantu (Pindah Ke Dreame)
Teen FictionAku adalah wanita tanpa pekerjaan. Semua tetangga menyebut Aku pengangguran. Aku banting setir menjadi seorang pembantu meski gelarku Sarjana. Namun tanpa aku sangka, takdir mengantarkanku bertemu dengan seorang remaja laki-laki yang menyimpan berib...