🎓 Juan Sialan

35.6K 4.2K 104
                                    

Juan Alfarisy
Kerjain yang bener! Tepat waktu! Dan jaga rahasia!!

Kalo lo bisa melakukan itu semua, gue nanti kasih reawerd.

Oh iya, tulis semua jawaban dibuku khusus, nanti gue salin di sekolah.

Semangat Babu!!😁🤣

Aku memandangi layar ponsel, tertera pesan whatsapp dari bocah sialan itu. Yah sebenarnya memang aku akui, PR Juan tidak sulit-sulit banget. Bahkan banyak pembahasan yang aku bahas di Kampus, jadi aku tidak terlalu lupa tentang cara pengerjaannya. Hingga keempat bukunya sudah beres aku kerjakan.

"Sar masih ngapain di kamar? Ayo keruang tengah! Nyonya udah manggilin." Titah Fitri diambang Pintu.

"Iya Fit" jawabku.

Kemudian akupun keluar kamar, masuk keruang tengah. Disana sudah ada Bu Monica lengkap dengan jas Dokternya dan Marsya dengan seragam SD, nampaknya bu Monica sedang berbicara serius pada anaknya. Akupun mendekati mereka berdua.

"Marsya! Mulai hari ini kamu sama mbak Sari ya, Mama harus ke Rumah Sakit. Kalo Mama terus nganter Marsya ke sekolah, Mama gak kerja-kerja." Ucap Bu Monica.

Marsya tidak menjawab, dia hanya diam sambil menatap kelantai. Tiba-tiba saja aku jadi teringat perkataan Juan tadi malam, Marsya itu tidak gampang didekati. Bahkan sama Fitri aja gak mau, padahal notabenenya Fitri itu sudah bekerja bertahun-tahun disini. Nah apa kabar sama aku yang baru masuk kemarin?

"Sari, ini kartu ATM Marsya. Kamu yang pegang ya kalo Marsya butuh apa-apa. Nanti setelah saya Pulang dari Rumah Sakit, kamu boleh kembali kerja lagi sama Fitri."

"Baik nyonya" jawabku.

"Yaudah Masrya, Mama berangkat dulu ya! Dan Sari, nanti kalian diantar Mang Ujang, karena SD jaraknya tidak jauh dari sini" ucap Bu Monica sambil beranjak dari duduknya, kemudian pergi.

Akupun mendekati Marsya yang hanya terdiam sambil melamun. Entah ada apa dengan Marsya, anak itu seperti ada masalah. Namun aku tak mau pusing, aku hanya perlu akrab dengannya. Suatu hari juga dia pasti cerita padaku.

"Babu!" Teriak Juan yang sekarang turun dari tangganya yang melingkar, tampak begitu megah.

Aku memutar bola mata malas bertemu dengan anak itu. Dia berjalan menghampiriku, lalu berbisik ditelinga.

"Mana PR Matematika gue?"

Akupun langsung beranjak dari sofa. Menuju kamar untuk mengambil empat buku catatan Juan beserta satu buku jawaban PRnya. Lalu setelah sampai di ruang tengah kembali, aku menyerahkannya pada Juan.

"Nih" aku menyodorkan lima buku Juan.

Dia menerimanya, lalu membuka buku isi Jawabannya. Wajahnya langsung berbinar ketika melihat.

"Waaaaaw lo Pinter juga ternyata, semua tugas udah lo kerjain. Serius gue puas banget sama kerja lo."

Juan membolak balikan bukunya. Setelah selesai dia memasukan dua buku Jawaban dan buku Matematika kedalam tasnya. Lalu tiga bukunya dia serahkan kembali padaku.

"Nanti sisa bukunya simpen aja di kamar gue, yang matematika sama jawabannya gue bawa. biasanya gue gak suka kalo ada orang masuk kamar. Tapi khusus buat lo, lo boleh masuk kamar gue" ucap Juan sambil memberikan kunci kamarnya.

"Oh iya, gue juga gak suka ada orang yang bersihin kamar tanpa ijin. Tapi khusus lo Babu, lo boleh bersihin kamar gue" dengan sangat pedenya dia berujar. Memangnya aku bangga bisa membersihkan kamarnya, aku rasa ini adalah kutukan bukan kebanggan.

Sarjana Jadi Pembantu (Pindah Ke Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang