The Man Who Can't Be Moved

32 3 0
                                    

AUTHOR POV

Sudah hampir tengah malam ketika Nat dan teman-teman se-bandnya keluar dari cafe. Mereka berjalan santai bersama melalui pintu belakang cafe. Tapi begitu ketiga laki-laki itu asyik berlarian saling kejar dan tertawa-tawa tanpa mereka sadari mereka melupakan gadisnya, Nat.  

Tapi Nat hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat aksi ketiga sahabatnya itu. Ketika hendak berlari menyusul teman-temannya tiba-tiba sebuah tangan mencekalnya dan menariknya paksa kearah sebaliknya dari ketiga laki-laki yang saling tumpang tindih dan teriak-teriak itu. 

"Follow me". 

Nat berusaha menepis cekalan tangan laki-laki entah siapa itu dan berkali-kali melirik ketiga sahabatnya berharap mereka menghentikan aksi mereka dan melihat keadaannya sekarang. "Lepas!". 

Namun tangan itu tetap menggenggam pergelangan tangannya, tidak keras namun kuat. 

"Lepasin tangan gue, denger gak?!", teriak Nat lagi. 

"Just follow me", balas laki-laki yang kini berjalan didepan Nat, setengah menyeretnya. 

"Lepas atau gue ter..." 

"NAT!", gertakan Nat diinterupsi oleh panggilan lantang dari ketiga sahabatnya yang kini tengah berdiri memandang Nat penuh tanya. 

Nat bersyukur karena ketiga sahabatnya akhirnya menyadari ancaman yang kini ada di sampingnya. Dia hendak berteriak memanggil teman-temannya tapi tiba-tiba sebelah tangan lelaki yang bebas ini malah merangkul bahunya erat. Susah ditepis. 

"Kita mau jalan-jalan bentar. Kalian duluan aja". 

Mungkin tiga laki-laki itu akan langsung mengolok gadis itu jika saja kata-kata itu terlontar dari mulutnya. Sayangnya justru laki-laki itu yang menyuarakannya. Dan melihat tangan yang memegang pergelangan tangan Nat itu membuat Evan mengerti ada yang tidak beres. Tapi Jasson justru menginterupsi langkahnya yang hendak menghampiri Nat dan laki-laki sialan entah siapa itu. 

"Jadi lo udah punya gebetan Nat. Ok, having fun deh", teriak si polem sambil cekikikan yang dihadiahi jitakan dari Evan dan tatapan membunuh Elmo. 

Diujung sana Nat menghela nafasnya frustasi, seharusnya ketiga laki-laki itu menyadari ada yang tidk beres disini, tapi mereka justru membiarkannya dimangsa oleh laki-laki sialan tanpa sopan santun ini. 

Wait. Laki-laki sialan tanpa sopan santun.  

Nat memberanikan diri menatap wajah laki-laki yang menjulang tinggi disebelahnya. Gelapnya malam membuatnya kesulitan mengetahui siapa laki-laki yang merangkulnya erat ini. 

Dia lagi? Batinnya tak percaya. Lebih ke tidak terima daripada tidak percaya sebenarnya. Siang tadi nongol, dan sekarang lagi!. Selalu saja dengan cara seperti ini. 

"Jalan-jalan sebentar, Honey", ujar laki-laki itu begitu dia tahu gadis dalam pelukannya ini sadar siapa cowok ganteng bin manis yang merangkulnya kini. 

"I'm not your Honey", bantahnya. "Dan gue mau pulang!, jadi lepasin",lanjutnya.

"Kita pulang, tapi nanti". 

Laki-laki itu berjalan menuju tiga sahabat gadis dalam pelukannya ini sambil berusaha menepis semua tindakan penolakan Nat. Semakin Nat berusaha melepaskan cekalan dan rangkulan laki-laki ini, semakin dalam pula ia terjerembab dalam dada bidang beraroma sitrus ini. 

Ditampilkannya senyum hangat terbaiknya begitu mereka sampai didepan ketiga sahabat Nat yang kini memandang mereka dengan tatapan entah apa. Laki-laki bertopi memandangnya dengan tatapan bertanya, cowok yang berdiri paling tengah justru cengar-cengir, berlawanan dengan cowok gerondong yang menggenggam stick drum yang mengintimidasi mereka dengan tatapannya. Tapi bukan Arsen namanya jika tidak bisa mengatasi mereka. 

Sweetest RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang