Part 7 *Music Jam Session*

27 3 0
                                    

AUTHOR POV

Allan's Cafe pukul 09.00 malam cukup ramai, seluruh meja sudah terisi mulai dari pasangan muda-mudi, segerombolan remaja, sampai orang tua yang sedang asyik menyantap makanan mereka sambil menikmati musik yang disuarakan oleh grup band langganan cafe ini yang sudah cukup punya nama di kawasan antero Jakarta ini. Sekitar lima lagu dari band lokal juga lagu kenangan sudah mereka nyanyikan. Memang lagu-lagu yang mereka bawakan tidak cenderung ke satu genre, mereka selalu menampilkan lagu-lagu dari berbagai genre mengingat pengunjung cafe mempunyai selera dengar sendiri-sendiri dan mereka tidak hanya ingin memberikan suguhan hanya untuk orang tertentu melainkan untuk semuanya yang hadir. 

Seperti apa yang sedang mereka tampilkan sekarang, lagu yang sedang mereka mainkan ini mengundang para pengunjung untuk maju membentuk barisan di depan panggung dan berjoget mengikuti irama musik yang mereka perdengarkan. Sebagian dari penonton bahkan ada yang ikut naik ke panggung mengajak vokalisnya berjoget bersama.  

Sementara mereka saling berdesakan dan melenggak-lenggok di depan panggung, seorang pria dengan Jeans hitam dan T-Shirt hijau yang dipadukan dengan Hoodie Jumper hitam justru duduk dengan pandangan tak terbaca di tempat duduknya yang cukup jauh dari panggung namun tetap mendapatkan pandangan yang sempurna ke arah panggung. Duduk menyendiri dengan secangkir kopi hitam sementara pengunjung yang lainnya meninggalkan meja mereka masing-masing dan memilih berdiri di dekat area panggung.  

This is not a cafe. 

Tadi dia datang hanya untuk menemui Maurin yang tiba-tiba menelponnya dan memaksanya agar cepat datang. Akhirnya mereka makan malam bersama disana dan tepat pukul 07.30 gadis itu mendapat telpon dari Aaron dan dengan begitu teganya meninggalkan Arsen seorang diri disana. Tapi ketika dia hendak meninggalkan caffe pandangannya tertuju pada gadis yang baru saja memasuki pintu kaca dengan menggendong gitarnya. Dandanannya kasual, dia mengenakan Jeans putih, tanktop biru muda yang diikat ujungnya di pinggang kanannya dipadukan dengan Blazer berwarna Dongker yang benar-benar terlihat pas ditubuhnya. Memang kasual, tapi benar-benar menawan sebenarnya. 

Seruan-seruan dari arah panggung membuatnya merasa tidak nyaman sebenarnya, tapi entah kenapa dia enggan untuk meninggalkan mejanya, justru memesan kopi lagi untuk menemaninya. Dan pandangannya tidak pernah beralih dari panggung, lebih tepatnya dari si pemilik suara mmerdu itu, Nat Queen, yeah. 

Tiba-tiba seorang laki-laki ditengah-tengah kerumunan berteriak dari depan panggung. "Nat, I'm gutted". Yang dihadiahi sorakan dan jitakan dari beberapa pria di sekelilingnya. 

"Ok, Bob. I know what you feel", ujar Nat dari mikrofonnya. "Let us entertain him friends", Nat saling tatap kemudian mengangguk ke gitaris di ujung kanannya. 

Intro sebuah lagu yang terasa cukup asing untukku mulai menggema yang direspon dengan sorakan serta tawa gerombolan orang di depan panggung itu, mengolok laki-laki yang curcol tadi itu.

Going Back to the corner 

where I first saw you 

Gonna camp in my sleeping bag 

I'm not gonna move 

Got some words on cardboard, 

got your picture in my hand 

saying, "if you see this girl 

can you tell her where I am"

Merdu. Satu kata itu terlintas dibenak Arsen yang kini tersenyum kecil di kursinya.

Some try to hand me money, 

they don't understand 

I'm not broke, I'm just 

Sweetest RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang