***
Decit kayu dan suara langkah kaki sedikit menggema di ruangan kecil berjendela satu. Cahaya hangat matahari menembus jendela yang tidak terlalu berdebu. Musim dingin yang cerah hari ini. Joseph melangkah masuk ke ruangan kecil itu sembari membawa dua cangkir teh di tangannya. Pria itu meletakkan kedua cangkir itu disisi meja yang berbeda, tak lupa ia juga merapikan taplak meja yang baru saja ia ambil dari lemari jati nya. Sembari membayangkan hari yang indah untuknya sebentar lagi, ia bernyanyi kecil sambil memperhatikan uap yang keluar dari teko di atas kompor.
.
.
Tok tokTerdengar ketukan kecil di pintu pondok kecil milik Joseph.
Joseph tersenyum tipis. Ia pun berjalan cepat dan segera membuka pintu, tak mau membuat tamu spesial nya menunggu.Laki-laki berambut abu-abu mengenakan syal besar yang menutupi leher sampai hidungnya itu muncul dari balik pintu yang dibuka Joseph.
"Halo, masuklah," kata Joseph sambil agak menggeser tubuhnya supaya tamu nya itu bisa masuk. Tamu nya menurut dan laki-laki itu masuk mengikuti sang tuan rumah.
*
"Jadi....." Joseph memulai pembicaraan. "Bagaimana kabarmu, Aesop?" lanjutnya sambil menuang teh panas ke cangkir tamu nya yang bernama asli Aesop Carl itu.
"Baik," jawab Aesop. "Bagaimana denganmu tuan Desaulniers?""Joseph. Panggil aku Joseph. Tidak perlu se sopan itu padaku," tegas Joseph.
"Aku baik, seperti yang kau lihat sekarang," tambahnya.Setelah itu, mereka diam. Suasana terasa agak canggung. Wajar, mereka sudah tidak bertemu satu sama lain kira-kira setahun semenjak Oletus Manor ditutup. Aesop terus memandang kearah kedua tangannya yang di genggam di atas paha kurusnya, sementara Joseph masih memikirkan hal apa lagi yang bisa mereka bicarakan.
"Aesop-"
"Tuan Joseph-"
".......""Kau duluan, Tuan,"
"Tidak, silahkan katakan,"
Aesop menghela napas, kemudian ia memberanikan diri menatap Joseph yang berada di jarak kurang lebih satu meter darinya.
"Kenapa tuan mengundangku kemari?" tanya Aesop, mengawali pembicaraan canggungnya.
"Tidak ada. Hanya... Butuh teman bicara. Berhubung kita tinggal di kota yang sama," jawab Joseph. Aesop menaikkan satu alisnya heran.
"Lalu kenapa tidak mengundang Grantz saja kalau begitu? Aku yakin dia pasti suka lewat disini," tanya Aesop penuh selidik.
"Aku yakin Victor tidak punya waktu untuk bicara. Ia sibuk mengantar surat-surat untuk penduduk kota," jawab Joseph sambil menyesap teh hangat di cangkirnya.
"Lalu kenapa tidak mengundang nona Fiona? Dia juga tinggal tidak jauh dari sini.. Lebih tepatnya ia ada di gereja," tanya Aesop lagi.
"Tidak. Aku.. Tidak bisa bicara dengan perempuan semudah itu," sahut Joseph.
"Lalu bagaimana dengan nona Antoniette? Dia perempuan juga kan? Tapi kalian berdua sangat dekat," Aesop terus mengintrogasi.
"Uh tidak, tidak. Mary berbeda. Dia sahabatku, tapi sayang sekali ia tinggal jauh dari sini," balas Joseph. "Yah... Intinya hari ini aku ingin menghabiskan waktu dengan teman lama ku, itu saja,"
"Kau yakin tidak punya teman lain?? Oh, oh, bagaimana dengan Valden? Ku dengar dia tinggal di sekitar sini juga,"
"Tidak, tidak, tidak. Aku tahu dia tinggal disini. Ia tinggal bersama Luca. Jadi aku tidak akan mengganggu mereka," sanggah Joseph.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me || Identity V || [Joseph x Aesop]
RomanceKematian, hal paling menyakitkan untuk Joseph. Sedangkan bagi Aesop, kematian adalah kebahagiaan kekal. Semenjak kepergian sang saudara tercinta, Joseph tidak pernah lagi bisa merasakan cinta yang hangat. Tapi dengan melihat sang perias mayat yang t...