[#4]

105 6 2
                                    

***

Aesop terkikik geli di balik masker yang dikenakannya ketika mengingat hari dimana ia pertama kali bertemu dengan Joseph. Begitu juga dengan Joseph. Suara tawa mereka menggema di ruangan nan hangat itu.
Jika ditanya apa mereka pernah dekat sebelumnya, tidak juga. Justru Joseph adalah hunter yang ditakuti oleh Aesop. Entah memang hobi nya atau bagaimana, Joseph sering kali mengagetkan survivor. Sekejap ada, sekejap tidak ada. Datang tak diundang, pergi tak diantar. Dan Aesop paling tidak suka di kagetkan.

"Aku ingat bagaimana teman-teman mengomel tentangmu, Aesop," kata Joseph. "Mereka selalu menggerutu setiap kali kau lolos dari kursi roket dan melarikan diri menggunakan peti matimu itu," lanjutnya.

"Aku..... Jadi merindukan mereka...." ucap Aesop lirih.

"Aku juga," timpal Joseph.

Mereka pun hening sambil mengingat memori masing-masing. Suasana menjadi amat tenang, ditambah perapian hangat yang membara diatas kayu kering. Joseph menyandarkan dirinya di sofa dan memejamkan matanya sedikit guna memperjelas bayangan-bayangan yang berlarian di benaknya. Joseph kembali terkekeh saat mengingat Wu Chang atau Jack yang memanggilnya pendek. Ia sebal, tapi justru ia merindukan ejekan itu sekarang.
Tak sengaja Joseph melirik Aesop yang kini menyandarkan kepalanya di pundaknya, memejamkan mata dengan tenangnya. Joseph lantas menatapnya penasaran.

"Aesop?" panggil Joseph pelan untuk memastikan. Namun tidak ada jawaban.

Keheningan nan nyaman membuat mata Aesop memberat hingga ia tak sadar bahwa ia sudah pergi ke alam mimpi. Joseph pun tak sampai hati untuk membangunkan pemuda manis itu.

Joseph POV

Astaga.. Aesop tertidur di pundak ku. Apa yang harus ku lakukan? Dia pasti kelelahan dan aku tak tega membangunkannya atau bahkan menyuruhnya pulang. Udara sangat dingin di luar.

Sejenak aku menatapnya. Matanya tertutup, dengkuran lembutnya membelai telingaku. Oh benar juga, dia masih memakasi masker putihnya. Selama ini aku tak pernah melihatnya melepas masker nya.

Bukankah akan merepotkan jika ia tidur dengan masker yang masih menutup mulutnya?

Perlahan tapi pasti, aku mulai menarik ujung bawah masker Aesop karena rasa penasaranku yang sudah tidak terbendung.
Itu dia, ujung bibir ranum milik Aesop nampak. Kini aku bisa melihat wajah Aesop seluruhnya.

Cantik.

Aku tak tahu bagaimana lagi mendeskripsikan tentang parasnya. Manik abu menghiasi iris matanya yang tegas namun hangat, bibir ranum yang entah pernah mengulas senyum di balik maskernya atau tidak. Semuanya itu membuat batin ku berteriak histeris. Ia makin sempurna di mataku.

Ini bukan pertama kalinya aku merasa seperti ini saat Aesop berada di sampingku. Bahkan di saat pertama kali aku menatap matanya, perasaan aneh bergelora di dalam dadaku. Aku ingin terus dekat, terus bersamanya, dan tak ingin ia pergi dari sisi ku. Saat kita terpaksa harus terpisah dulu, perasaan itu belum luntur juga ternyata. Aku sudah mulai melupakan Aesop karena tekanan dalam keluargaku, tapi kini ia kembali. Perasaan aneh itupun ikut kembali ke dalam hati ku.

Apakah aku menyukainya?

Perasaan yang membara dalam hati ini terus meneriakkan namamu. Aku ingin mendekapmu, dan membuatmu menjadi milikku.

Izinkan aku..

Ku kecup pelan ujung kepala pemuda nan manis yang tertidur di pundak ku. Menghirup aroma surai abu-abu nya yang membuatku nyaman.

"T-Tuan...??? A-Apa yang kau lakukan??"

Ups ia terbangun.

"A-Ah maaf—Aku... Hanya... Tidak tega membangunkanmu. Kau terlihat nyenyak," kataku.

Stay With Me || Identity V || [Joseph x Aesop]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang