***
Joseph POV
Rasa pedih makin terasa ketika aku terus membaca ukiran nama Claude Desaulniers pada batu nisan yang ku pegang. Sedikit memalukan jika aku harus menangis disini, mengingat aku sedang tidak sendirian. Aesop, bocah itu ikut berjongkok di sebelahku. Ia memejamkan matanya seperti sedang berdoa."Damai ada bersamamu," ujarnya, nyaris tidak terdengar.
Aku hanya menatapnya heran. Bagaimana bisa dia hidup diantara tubuh kaku para mayat itu dan dia nampak baik-baik saja?
"Aesop,"
"Ya?"
Mata abu-abu nya menatapku, membuatku candu untuk menatapnya terus. Sungguh, itu membuatku tenang. Meskipun aku tidak mengerti kenapa setiap kali menatapnya, jantungku akan berdetak lebih cepat dari biasanya.
"...Tuan Joseph.... Kalau kau ingin menangis, itu tidak apa-apa," katanya dengan lembut. Mungkin ia berkata seperti itu karena ia melihatku berusaha menahan butiran air mata di kelopak mataku.
Seketika itu tangis ku pecah. Jujur aku sudah tidak sanggup menahan air mataku.Claude, aku merindukanmu. Aku ingin melihatmu lagi.
Tidak terasa kini aku sudah meletakkan kepalaku di pundak Aesop. Ini memalukan tapi ia nampaknya tidak keberatan. Aku mengeratkan kaitan tanganku pada punggungnya, memeluknya dengan erat.
"...M-Maaf, Aesop. Aku.... Ingin tetap seperti ini sebentar saja," kataku sambil terisak. Ia menghela napas dan sedikit mengusap kepalaku. Aku juga bisa merasakan ia mengangguk menyetujui permintaanku.
"Ekhem. U-Uhm maaf aku... Tidak bermaksud mengganggu—"
Terdengar suara perempuan yang familiar. Itu Fiona yang datang dari pintu belakang gereja. Aesop segera menoleh melihat Fiona yang berdiri tidak jauh di belakang. Aku buru-buru menyeka air mataku dan menjauh dari Aesop, lalu berbalik badan. Aku malu.
"Aesop, ada pekerjaan untukmu. Agak rumit menjelaskan keadaan mayat nya tapi aku percayakan padamu," ujar Fiona. Aesop segera berdiri dan membersihkan debu di pakaiannya. Ia menepuk pundak ku, "Tuan, aku pergi dulu. Akan ku usahakan bisa kembali kemari," ujarnya.
Dengan cepat aku menggeleng. "Tidak. Aku mau pulang. Tidak perlu khawatirkan aku," kataku. Aku pun melambaikan tangan pada Fiona dan Aesop, kemudian langsung pulang ke pondok ku.
*
Aesop POVSungguh pria malang. Dia pasti sangat terpukul atas kematian saudaranya. Apalah aku yang tidak bisa merasakan apapun saat menghadiri pemakaman sekalipun orang-orang di sekitarku menangis tersedu sedu. Aku tidak bisa.
Mungkin aku akan mengunjungi tuan Joseph nanti malam setelah pekerjaanku selesai. Oh, mungkin dengan membawa sedikit camilan akan membuatnya lebih baik. Tak mau lama-lama bergumam, aku pun segera bergegas pergi menuju ruangan ku dan bersiap untuk merias mayat. Uhh...... Aku ingin tahu seberapa parah mayat itu sampai nona Fiona berkata sedemikian rupa.
*
Fiuh, selesai juga akhirnya. Siapa sangka ada dua mayat sekaligus yang harus ku kerjakan. Beruntung aku bisa menyelesaikannya tepat waktu. Dan yah seperti yang nona Fiona katakan, aku juga tidak mendeskripsikan bagaimana bentuk para mayat itu. Setengah hancur bisa ku bilang. Tapi sudah tugasku untuk memberikan penghormatan tertinggi untuk mereka para petualang dunia yang sudah mencapai tujuan akhirnya. Aku hanya harus bekerja secara maksimal, dengan begitu aku pun akan tenang.
Apapun itu, aku berhasil pulang pukul 5 sore.
Bagus, ada waktu sekitar 1 sampai 2 jam untuk membuat biskuit untuk camilan. Lebih baik aku bergegas membeli bahan-bahannya dan mulai memasak.
Tidak perlu bertanya darimana aku belajar memasak. Dulu, di Manor, Emma dan survivor perempuan lainnya suka memasak dan kadang aku membantu mereka. Ya, akhirnya aku juga belajar sedikit demi sedikit.
Aku harap aku masih ingat caranya hehe.
*
Oh wow selesai juga akhirnya membuat biskuit ini. Beruntung aku tidak lupa cara membuatnya.
Aku melirik jam dan waktu menunjukkan pukul 18.45. Aku segera memasukkan biskuit yang ku buat ke dalam toples, kemudian aku bergegas mandi dan mengganti pakaianku. Aku mengenakan turtle neck berwarna putih dan celana jeans berwarna hitam. Uh ya, sweater ini hadiah natal dari teman-teman di Manor. Mereka bilang sekali kali aku harus mengenakan pakaian berwarna cerah. Apa boleh buat.
Sambil bersenandung, aku berjalan keluar dan menembus angin malam. Salju turun sedikit demi sedikit menambah dinginnya malam, diantaranya juga mendarat tepat di atas rambutku dan hidungku.
Brrrr.. Dingin sekali.
Untung saja, rumah tuan Joseph tidak begitu jauh dari rumahku. Mungkin hanya sekitar 800 meter atau lebih.
Setelah sampai di teras pondoknya, aku mengetuknya sebanyak tiga kali. Tak lama, ia pun keluar dan menatapku heran."Aesop? Ada apa datang kemari?"
"Tidak ada... Hanya ingin memberi biskuit ini. Aku membuatnya sendiri," kataku.
Huh, jelas aku tidak bisa mengatakan kalau aku datang kemari untuk menenangkannya karena ia nampaknya sedih sekali saat berkunjung ke makam."Hei, masuklah. Udaranya dingin, aku tidak mau kau sakit karena kedinginan," katanya sambil menarik lenganku cepat. Ia segera menutup pintu dan menguncinya. Ia menuntunku masuk ke dalam rumahnya dan mempersilahkan aku duduk di sofa dekat perapian.
Ah... Hangatnya.....
"Kau sungguh membuat ini sendiri?" katanya dengan takjub sambil membuka tutup toples. Ku jawab dengan anggukan kecil.
"Aku baru tahu kau pandai memasak. Ini enak," komentarnya usai menggigit kecil biskuit yang aku buat.
"Terima kasih.... Teman-teman mengajarkannya padaku saat kita masih di Manor," jawabku tanpa menoleh kearahnya dan fokus untuk menghangatkan diriku di depan perapian.
"Hm... Michiko juga suka membuat kue tradisional Jepang. Aku tidak seberapa suka memasak, apalagi membuat kue, jadi aku malas untuk mempelajarinya," ujarnya sambil terkekeh. Ia pun berjalan dan duduk di sampingku, ikut menghangatkan diri di perapian.
"Kau tidak merindukan teman-teman, Aesop?" tanya nya.
"Sedikit, mungkin?" jawabku.
Tapi bisa di bilang aku merindukan mereka semua termasuk para pemburu. Bermain kejar-kejaran seperti itu memanglah melelahkan, tapi aku rindu masa-masa itu. Seperti tidak ada habisnya.
"Apa kau masih ingat saat pertama kali kita bertemu?" tanya Joseph.
"Tentu saja aku ingat," Aesop terkekeh geli.
*
■□■□■□■□■
YAHO KETEMU LAGI HWHWOk mon maap chapter kali ini super dikit dan super gantung
Aku sengaja h3h3💀✨ //hehStay tuned chapter berikutnya yaw uwu!
👁👄👁✨-Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me || Identity V || [Joseph x Aesop]
RomanceKematian, hal paling menyakitkan untuk Joseph. Sedangkan bagi Aesop, kematian adalah kebahagiaan kekal. Semenjak kepergian sang saudara tercinta, Joseph tidak pernah lagi bisa merasakan cinta yang hangat. Tapi dengan melihat sang perias mayat yang t...