Jolicia-9

4 3 0
                                    

"mereka tampan-tampan ya sya, dan temenmu yang cewek satu tuh cantik bgt" Jean terpesona dengan ke waw an wajah sahabat-sahabat cia.

"Ya karena cia cantik" jawab cia dengan wajah datar.

"Iya in biar fast "

"Eh kok tadi papa telefon mau datang besok kak?, Katanya hari Minggu?"

"Dimajuin kali, kenapa? Belum siap dimarahin kakek ya?"

"Iya banget" jawab cia sambil mengerucutkan bibirnya, Jean refleks menangkap pipi cia setelah itu memukul pelan bibir cia.

"Lucu banget sih adek akoh" gemas Jean

"Ihhhhh gasopan kak, sakit pula" protes cia.

"Udah-udah, tidur yok besok kan sekolah"

"Iya" jawab cia singkat.

Cia tidak langsung tidur, dia memfoto-foto pemandangan dari balkon kamarnya, cia sangat suka sekali memfoto pemandangan, dengan menggunakan kamera kesayangannya tentu saja.

"Hai"

"Eh ngapain kesini?" Tanya cia agak terkejut.

"Lah kamu ngapain sendiri?"

"Cuma foto-foto pemandangan aja, bagus pemandangan dari sini"

"Ohh, kamu suka sendirian?"

"Suka sekali"

Wanita itu hanya tersenyum lalu pergi begitu saja, ya itu adalah sosok hantu Belanda yang baik dan cia sangat mengenalnya, dia tinggal di halaman belakang rumah cia, tepatnya di pinggiran kolam.

Drrtt drrrtt...

Ponsel cia bergetar, dia tidak mengenali nomor telefon orang yang menelfonnya.

"Halo"

"Iya halo, cia ini gue arqam, maaf ganggu ya malem-malem"

"Iya gapapa, ada apa?"

"Gue mau nawarin Lo ikut ekstrakulikuler paskibra, mau gak?" Tawar Arqam

"Kok gue?"

"Lo tinggi sya, dan Lo waktu itu diajarin jadi pengibar bendera kan waktu MOS?" Tanya Arqam.

"Iya, besok aja deh gue jawab, gue mikir-mikir dulu"

"Yaudah besok gue ke kelas Lo, pikirin baik-baik sya, oh iya SV no ku ya sya"

"Oke, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, malam sya"

Tut.

Panggilan langsung dimatikan sepihak oleh cia, cia bingung...

"Besok kan bisa ke kelas gue buat ngomong, ngapain pake telefon segala, dasar modus" dumel cia.

.
.
.
.
.

Ke esok an paginya, cia berangkat lebih pagi lagi, mood cia sangat bagus, dan dia tidak ingin ada yang mengganggunya untuk hari ini.

Tapi harapan itu mungkin hanya berlaku beberapa menit saja.

"Syaa.."

"Hmm?"

"Mau kan ikut..."

"Ya gue mau ikut ekskul paskibra, arqam." Potong cia.

"Oke lah kalo begitu, nanti ada ekskul sya sepulang sekolah"

"Ekskulnya setiap hari Sabtu qam?"

Arqam mengangguk dengan tersenyum, yang menurut cia itu...

Emang Lo ganteng qam?, Sok imut banget gue jijik!!~teriak cia dalam hati

"Yaudah gue ke kelas dulu qam" pamit cia

"Oke syayang"

Cia bergidik ngeri mendengarkannya, mungkin kalo sahabat-sahabat nya yang manggil gitu sih,, cia Masi normal-normal aja, tapi kalau arqam yang manggil adanya cia mual banget.


.
.
.
.
.
.
.

"Aaaaaaaaaa"

Cia seketika menoleh ke UKS, teriakan singkat itu membuat cia penasaran, cia dari kamar mandi untuk buang air kecil, awalnya cia pikir itu hantu yang hanya caper kepadanya, tapi kalau hantu pasti sudah menampakkan diri di depan cia.

Cia mengantongi Hp nya dalam keadaan merekam, cia masuk perlahan kedalam UKS.

"Sial" umpat cia karena UKS di kunci dari dalam.

"Eh" cia mengintip dari tirai yang membuka sedikit, karena tidak jelas, cia menggunakan kameranya untuk di zoom.

"Astaghfirullah" bisik cia lalu merekam keadaan di dalam dengan jelas.

"Assalamualaikum, di dalam ada siapa ya?, Tolong bukain dong keburu pingsan nihh!!" Teriak cia dari luar memanggil orang yang di dalam.

Ceklek, pintu terbuka.

"Eh nak Joli" sapa pak Nilam

"Iya pak, permisi saya mau masuk" jawab cia sopan.

"Yasudah saya juga permisi mau ke ruang guru"

"Cia, gue permisi juga" jawab Alen yang baru menampakkan dirinya setelah pak Nilam pergi

"Eh Len, gue kan sakit, Lo kan anak PMR ngapain pergi?"

"Oh iya, yaudah yuk masuk" ajak Alen dengan wajah pucat dan takut.

Cklek.

"Kok di kunci sih sya pintunya?" Tanya Alen dengan wajah cemas.

"Gue bukan pak Nilam, gue cewek normal Len tenang aja" jawab cia serius.

"Lo ta-tau?" Suara Alen bergetar.

"Baru sekali apa udah beberapa kali Len?"

"Se-sekali sya" jawab Alen dilanjut dengan tangisannya.

Cia memeluk Alen, dan berharap Alen tenang dan mau cerita.

Alasan cia menanyakan itu hanya untuk memastikan, takutnya nanti Alen memang sudah sering seperti itu dengan pak Nilam.

"Gue tau Len, gue tau dari Lo teriak tadi, gue udah rekam, gue lihat kalo Lo berontak, dan gue tau Lo ga mau di gituin"

"Siapa yang mau sya?!, Gue bukan cewek kayak gitu!" Jawab Alen marah.

"Iya Len iya, gue ngerti, emang guru itu sangat menjijikan, gue tau Lo disini korban, dan gue akan nyelesain masalah ini"

"Gue takut gue hamil sya" jawab Alen sambil nangis diperlukan cia.

"Ga akan, Lo belum diapa-apain Len, gue lihat, dan gue tadi sengaja masuk kesini dengan alasan sakit karena gue mau aib Lo tertutupi dan gue nyelesain masalah ini secara diam-diam, kalau gue heboh, nanti pasti bakal runyam masalahnya"

"Tenang Len, sekarang hapus air mata Lo, bantu gue, karena disini Lo terpenting Len sebagai korban pencabulan guru itu."

"Jadi kita harus gimana sya?"

"Oke, Lo jangan sampai bilang ini ke siapapun, gue aja yang ngomong ke guru dan lain-lain, Lo cuma harus nurutin apa kata gue, janji?"

"Janji" jawab Alen saambil tersenyum.




JoliciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang