31. Rumit

30.4K 3.5K 2.2K
                                    

OYY NUNGGUIN, NGGAK?

Okee, siapkan hati dulu sebelum baca chapter ini.

Kasih 500 comment di sini, nggak mau tau aku maksaa🤧 paragraf nya ramein juga okee💫💗

Happy reading all💜☠️

***

"Cium dulu!"

Tiba-tiba, rasa kesal yang bercampur dengan muak menguasai Anara. Suasana yang semula dingin berubah panas dengan secepat kilat. "Gue nggak lagi bercanda!" balas Anara dingin.

"Gue juga nggak bercanda."

"Yaudah balikin proposalnya!"

"Nggak."

"Balikin, kak!"

"Kalau nggak mau?"

"Yaudah terserah!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Anara melenggang pergi dari loker siswa. Langkah kakinya berlari menjauh, entah pergi kemana. Yang jelas hal itu membuat Angkasa bertanya kebingungan.

Mengapa Anara sangat sensitif sekarang? Tak ingin membuang waktu, Angkasa segera berlari menyusul Anara.

***

"ARA!"

Angkasa mempercepat langkah kakinya, Anara pun sama. Gadis cantik berambut kecoklatan itu terus berlari menelusuri koridor agaknya menghindar. Tapi mau bagaimana pun juga, langkah kakinya lebih kecil dari Angkasa. Membuat peluangnya untuk menghindar semakin tipis.

"Ra, tunggu dulu." Angkasa meraih lengan Anara secara tiba-tiba membuat tubuh sang gadis refleks berbalik. Untung saja Anara dapat menjaga keseimbangan sehingga dahinya tak menabrak dada bidang Angkasa.

"Kenapa sih?" tanya Angkasa to the point.

"LO YANG KENAPA?!" Nada bicara Anara meninggi.

Angkasa menghela napas kasar, mengusap wajahnya pelan mencoba tidak terpancing emosi pada Anara, "Apa masalahnya?"

Terdiam sesaat, Anara masih mencari alasan untuk menghindar. "Gue mau ke ruang OSIS, udah di tunggu sama pembina," kata Anara. Ia berusaha menarik pergelangan tangannya dari Angkasa.

"Gue nggak akan lepasin lo sebelum lo jelasin apa masalahnya." Anara mendadak kaku mendengar suara Angkasa yang begitu dingin. Napasnya tercekat tiba-tiba.

"Jelasin masalahnya!"

"Masalah apa sih, kak? Soal kemarin malam? Iya?!" sarkas Anara keras, "Harusnya lo sadar apa masalahnya, kak!"

"Gimana bisa sadar kalau lo aja nggak pernah jelasin ke gue?! Gue capek, Ra. Jangan nambahin beban pikiran gue. Cara lo marah kayak anak kecil, tau nggak?!"

Anara tertawa sumbang, "Iyaa, gue emang kayak anak kecil. Kenapa? Nggak suka?"

"Selesaikan hari ini!" Angkasa membalas. Sekuat tenaga ia menahan emosinya agar tidak lepas.

"Apa yang mau di selesaikan? Emang lo tau apa masalahnya?" tanya Anara angkuh.

"Gue bilang selesaikan hari ini, Anara!"

"Nggak!"

Angkasa mendekat, laki-laki itu mengeram tertahan. Ia kembali menarik satu tangan Anara dengan sedikit kasar. Refleks sang gadis terseret beberapa langkah lebih dekat dengannya.

"Lepas!" Anara memberontak, tapi Angkasa tidak peduli. Ia justru memojokkan tubuh Anara pada dinding koridor. Satu tangannya ia letakkan di samping kepala Anara. Disorotnya mata sang gadis dengan begitu tajam dan penuh intimidasi.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang