Bagian 2.

11 3 1
                                    

~~•~~
Tidak hanya satu yang termulai tetapi dua sekaligus.
~~•~~

"Maaf saya gak sengaja," ucap Gita sambil membersihkan baju dan wajah cowok itu. Tapi langsung ditepis oleh sang empu.

Ya, orang yang berada di hadapan Gita bukanlah Catherine melainkan orang lain yang tak sengaja lewat di depannya.

"Sekali lagi saya minta maaf," ucap Gita lagi dengan sedikit membungkuk.

Bukannya menjawab cowok dengan wajah datar nya pergi meninggalkan Gita. Namun sebelum benar-benar menghilang dari tempatnya, tanpa sengaja sorot matanya yang dingin bertemu dengan mata milik Chaterine. Hanya sepersekian detik kemudian keduanya memutuskannya.

"Ish, nyebelin banget sih tuh cowok orang udah minta maaf juga," Gita bermonolog sendiri. "Lagian ini kopi apaan pait banget gak ada manis-manisnya," ucap Gita sebal dengan membanting kopinya Alhasil seragam sekolahnya yang menjadi korban.

"Ahhh~~" Gita teriak dengan melengking.

"Budek, bege!" Omel Catherine yang terganggu dengan teriak Gita yang bisa membuat gendang telinga orang pecah. Untung saja situasi kafe sedang sepi kalok tidak Chaterine sudah pergi sedari tadi.

"Aishh, kopi sialan!" Gita mengambil tisu dan membersihkan bajunya yang terkena tumpahan kopinya.

Catherine memutar bola matanya dengan jengah. Dia paling malas kalau jalan dengan Gita ya begini. Berisik. Gak ada istilah 'ketenangan' jika bersama Gita. Meski begitu, hanya Gita lah satu-satunya sahabat Catherine dari kecil hingga sekarang. Yang faham akan sikap Catherine yang random dan kadang suka aneh.

***

Catherine membaringkan tubuhnya diatas kasur. Memejamkan mata, merasakan angin malam menerpa kulitnya, dengan pikiran yang sama setiap harinya. Kosong. Catherine sengaja membuka lebar-lebar jendela kamar agar angin dapat singgah dan menemaninya. Angin malam hari ini terbilang cukup kencang dan dingin, tapi hal itu tak menyurutkan Catherine untuk menikmati di setiap hembusannya. Tuhan itu baik karena sudah menghadirkan angin untuk dirasakan di setiap saatnya entah itu pagi ataupun malam dan Catherine menyukai itu.

Tringg!

Suara notif pesan dari handphone Catherine memecah keheningan. Dengan mata yang setia terpejam Catherine meraih handphonenya yang berada di nakas.

Candra
Kate ada kerjaan nih mau ga lo?

Catherine
Apa?

Candra
Bartender, mau ga lo?

Catherine
Otw.

Catherine bangkit dari posisinya, dan meraih jaket serta kunci mobilnya. Sambil menuruni satu demi satu anak tangga Catherine mencepol rambutnya.

"Eh, non Kate mau kemana malam-malam begini?" Tanya Bi Ningsih yang tak sengaja melihat Catherine ingin pergi keluar.

"Mau keluar sebentar, Bi. Gausah di tunggu, Kate bawa kunci cadangan kok," ucap Catherine sambil mengangkat sebuah kunci. "Catherine pergi dulu ya, Bi. Bye!" Pamit Catherine dan mengangkat tangannya di udara.

"Hati-hati ya non!" Teriak Bi Ningsih sebelum Catherine benar-benar pergi menghilang dari pandangannya.

Karena hari ini malam Minggu jalanan kota terpantau ramai. Bukan Catherine namanya kalok gak ahli dalam menyalip. Posisi sigap dengan cekatan Catherine menyalip mobil di depannya satu persatu, tak sampai 10 menit Catherine sampai di tempat tujuannya.

THE SECRET of CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang