Bagian 4.

5 0 0
                                    

~~•~~
'Luka itu terasa semakin perih disaat kenangan kembali singgah.'
~~•~~

Flashback ON!

"Kate!" Pangil Wira dan Catherine yang terpanggil menoleh.

"Mhhh, sebenernya gue suka sama elo."

"Bercanda ya lo, basi tau ga," balas Catherine sambil tertawa canggung.

"Gue serius, Kate."

Catherine mencoba mencari kebohongan di mata Wira tapi hasilnya nihil.

"Wira, kita udah sahabat dari lama loh bahkan gue udah anggep seperti saudara."

"Dulu memang kita sahabat tapi sekarang beda gue ngelihat lo bukan sebagai sahabat lagi, Kate."

Catherine menghela tak percaya "udah gila ya lo, wir," Catherine berdiri dari kursi dan melenggang pergi.

Setelah Wira mengungkap perasaannya pada Catherine hubungan mereka menjadi sedikit renggang. Catherine berusaha untuk menghindari Wira. Seperti saat ini, biasanya Catherine di temani home schooling Wira tapi ia hanya ditemani seorang cewek yang sebaya dengannya.

"Kate, gue mau bilang sesuatu sama lo," ucap cewek itu. Catherine menghentikan aktivitas nya dan fokus mendengar kalimat lanjutan nya .

"Gue...gue suka sama Wira," Catherine terdiam saat itu juga, dirinya tak tau harus bereaksi seperti apa. Bahagia ataukah sedih.

Flashback OFF!

Catherine berjalan tertatih-tatih menelusuri ramai nya kota. Bodoh memang, Catherine bahkan tak sempat memakai alas kaki apapun sebelum pergi hingga membuat kakinya luka. Lalu Catherine memilih untuk duduk di bangku halte bus.

"Kosplay jadi gembel?" Tanya seseorang yang mengambil tempat duduk disampingnya. Catherine menoleh dia melihat Alfaren.

Saat itu mata sendu Catherine bertemu dengan mata tajam milik Alfaren. Keduanya sama-sama terdiam hingga Alfaren memutuskan kontak mata dengan Catherine.

Alfaren menatap Catherine dengan iba. Catherine hanya memakai setelan celana pendek dan baju oversize, ditambah kakinya yang penuh luka. Alfaren menyampirkan jaket milik nya ketubuh mungil Catherine.

Kemudian Alfaren menarik tangan Catherine "ikut gue," ucap Alfaren. Catherine hanya menurut tanpa memberontak seperti biasanya.

Sesampainya di sebuah pelataran rumah, Alfaren mematikan mesin mobilnya dan turun di ikuti oleh Catherine. Didalam rumah Alfaren menyuruh Catherine untuk duduk. Tak lama setelahnya Alfaren kembali dengan membawa kotak P3K dengan secangkir teh.

"Gue gasuka teh," tolak Catherine yang memang lebih mencintai kopi daripada teh.

Alfaren menghela nafas. "Mau apa?"

"Americano nine shot, no water."

Dengan langkah yang setengah hati Alfaren menuju ke dapur untuk membuatkan kopi untuk Catherine. Tak lama setelahnya ia kembali dengan membawa secangkir kopi. Catherine menerima uluran kopi yang diberikan oleh Alfaren untuknya dan mulai meminum nya.

"Kok beda rasanya?" Tanya Catherine yang sudah hafal dengan kopi yang biasa diminumnya.

"Lo sakit aja masih bawel," balas Alfaren datar.

"Yang sakit kaki gue bukan mulut," balas Catherine yang tak terima di bilang bawel. Alfaren tak menyahuti lagi dan mulai membereskan kotak P3K yang digunakan Catherine untuk mengobati luka di kakinya.

Setelah membereskan kotak P3K Alfaren kembali di ruang tamu dengan memakai jaket denim. "Rumah lo dimana, gue anter."

Catherine mendongak "Gausah gue bisa balik sendiri," jawab Catherine sambil menyerahkan jaket milik Alfaren.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE SECRET of CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang