"Nih, kamu tinggal tanda tangan aja."
"Apa ini? Kok pakai materai segala?"
"Ya kontrak, kan saya sudah bilang kalau pernikahan ini nggak sungguhan."
Rose mengernyit, "Nggak sungguhan gimana?"
"Gausah sok polos deh. Intinya pernikahan ini buat saya cuma sekedar kontrak aja, seperti yang saya tulis disitu. Nanti setelah satu tahun kita cerai."
"Tolong jelasin sama saya kenapa setelah satu tahun harus cerai? Saya nggak paham sama kata-kata kamu, mas."
Lelaki yang baru saja menyandang status sebagai suami sahnya itu mengambil duduk bersebrangan dengannya. "Gini ya Rose, saya nikah sama kamu itu karena kepentingan bisnis saja. Ya kebetulan mama yang jodohin saya sama kamu. Saya gamau dong jadi anak durhaka, tentu saya iayakan. Tapi saya punya pacar dan saya nggak cinta sama kamu. Jadi kamu nggak perlu memenuhi tugas kamu sebagai istri ke saya. Pernikahan ini cuma pura-pura didepan orang tua saya dan orang tua kamu."
"Oh iya, rumah ini kan besar dan kamarnya ada dua. Kamu punya kamar kamu sendiri dan lantai dua itu punya saya. Jadi kamu jangan pernah menginjakan kaki ke lantai dua tanpa persetujuan saya apapun alasannya."
-
Pukul 7 pagi Rose sudah sibuk didapur memasak sarapan sederhana untuknya dan untuk suaminya. Kepalanya pusing sekali setelah pembicaraan ngawur semalam. Surat kontrak dua lembar yang semalam diminta suaminya untuk ditanda tangani sudah rapih di meja makan. Didalam kontrak ada beberapa poin tertulis, mulai dari hubungan suami istri yang tidak wajib dan tidak perlu mereka lakukan, kemudian batas-batas yang tidak boleh dilewati untuk menghargai kehidupan pribadi masing-masing, sampai poin dimana Rose tidak perlu melaksanakan kewajiban dan tugasnya sebagai istri dan berlaku sebaliknya bagi suaminya.
Bau gosong menyadarkan Rose bahwa lamunanya sudah terlalu lama. "Astaga!" buru-buru telur mata sapi yang gosong sebagian itu ia buang ke tempat sampah. Ujung matanya melirik jam dinding, sudah jam 7 lewat 20 tapi suaminya belum turun juga. Jangan-jangan masih tidur?
Rose melepas apronnya dan berjalan menuju tangga, tapi dirinya ragu. Ia ingat betul kalau suaminya melarang dirinya naik ke lantai dua apapun alasannya dan tanpa seijin dirinya. "Mas! Sudah jam 7 lewat, sarapan juga sudah siap!" teriaknya dari bawah.
"Mas!" teriaknya lagi karena tidak mendengar suara balasan dari lantai atas.
Rose kembali ke dapur lalu duduk di meja makan. Menurutnya sudah cukup ia memanggil suaminya begitu, toh di kontrak tertulis dia tidak perlu bertindak sebagai istri kan?
Rose terlalu sibuk dengan laptopnya sampai-sampai waktu sudah berlalu dua puluh menit. Tiba-tiba suara riuh terdengar dari lantai atas. Terduga suaminya kelabakan karena bangun kesiangan. Salah siapa tidur seperti orang mati? Cuek saja, Rose memberesi dapur yang tadi dipakainya masak.
Suara hentakan kaki terburu-buru suaminya yang sekarang sibuk memakai jas terdengar dari balik punggungnya. "Nggak sarapan dulu?" tanya Rose.
Suaminya pergi begitu saja seolah tidak menganggap keberadaan Rose dirumah ini. Wanita itu menghela nafas, hatinya sedikit sakit sekarang. Seumur hidup baru kali ini dia merasa tidak dihargai oleh orang, terlebih orang itu suaminya sendiri.
-
"Heh? Kok diem aja? Kenapa pagi-pagi mukamu udah jelek aja?"
"Ck, kamu kalau ngomong bisa pakai filter nggak? Aku lagi nggak mood."
Perempuan disebelahnya tertawa. "Penganten baru kok suram amat. Kenapa ih? Pasti ada apa-apa sama suami kan?"
"Lis, aku ada salah apa ya dulu. Kok hidupku begini amat."
"Hmmm, apa ya? Kayaknya sih salahmu ya cuma ke aku aja Rose. Suka jahilin aku, suka marah-marah sama aku, suka- "
Rose menjitak jidat temannya, "Diem deh. Kamu nggak ngebantu malah nambah masalah aku."
"Hahaha, kenapa sayang? Kamu ada masalah apa sama suami kamu yang ganteng itu?"
"Dia cuek banget Lis, rasanya dia nggak nganggep aku ada dirumah." Rose mendesah sedih sambil menyeruput frappucinonya.
"Anggap aja ini momen kenalannya kalian berdua. Kan kalian nggak pake pacaran langsung gas kawin aja, aku aja kaget waktu kamu bilang mau kawin."
"Nikah Lis, nikah. Udah ah cerita sama kamu pagi-pagi gini malah bikin aku tambah pusing. Ayo buruan masuk, aku mau nyelesein laporan."
-
Kondisi lapangan hari itu cukup riuh dan padat. Banyak alat berat keluar masuk lokasi, cuaca yang cenderung panas membuat emosinya naik ke ubun-ubun. Belum lagi karena masalah bawahannya salah entry data yang berdampak pada proyek hari ini.
"Yugyeom, kalau gini terus kita bisa mundur dari schedule cuma gara-gara anak buah satu itu. kenapa nggak kamu cut dari awal aja sih?"
"Nggak gampang bang Jack, bapaknya yang ngucurin dana 40% buat proyek ini masa iya langsung aku cut gitu aja. Bisa-bisa dana kita yang di cut. Mau gimana lagi, kita kekurangan investor."
Rekannya menghela nafasnya kasar, sedikit kesal karena proyek belakangan sedikit kacau apalagi sewaktu ditinggal Yugyeom yang mengambil cuti sementara setelah menikah.
"Ya gimana caranya deh biar anak itu nggak bikin ulah terus. Kalau gini terus lama-lama mangkrak juga ni proyek."
"kamu kan kepala pelaksananya, ya kamu atur deh orang-orang kamu. Inget minggu depan orang PU bakalan dateng buat observasi, jangan sampe ada masalah lagi."
Nggak ditempat kerja, nggak dirumah semuanya bikin Yugyeom pusing. Masalah kantor yang menekan dari kemarin, belum masalah keluarga yang nggak habis-habis. Rasanya kepalanya mau pecah sekarang juga.
"Pak, excavator rute 1 offline lagi."
Astagfirullah.
-
Suara mobil yang Rose kenali terdengar di garasi. Jam 9 malam suaminya baru pulang dari kantor. Rose sendiri jam 7 baru sampai rumah setelah selesai belanja dari supermarket. Hari ini dia masak kimchi jigae yang sedikit mudah dan cepat.
"Baru pulang mas? Mandi gih, terus makan udah aku masakin."
Tidak ada jawaban dari suaminya. Yugyeom terus berjalan ke lantai tangga tanpa menghiraukan Rose. Mau sekeras apapun usaha Rose, sepertinya akan sulit diterima dengan baik oleh suaminya. Pernikahan mereka sudah terikat dengan kontrak, nggak akan mudah nantinya, Rose tahu itu.
Rose berakhir makan malam sendirian. Ia memberesi dapur karna ingin segera tidur dikamarnya. Setelah selesai dengan dapur, tiba-tiba bel pintu depan berbunyi.
"Siapa malem-malem begini?" gumamnya pelan sambil menghampiri pintu.
Bel berbunyi sekali lagi membuat Rose sedikit berlari kedepan. "Ck, nggak sabaran banget."
"Siapa ya?" tanyanya sambil membuka pintu.
Seorang wanita yang sedikit lebih muda darinya berdiri didepan pintu. Berpakaian feminim dengan rambut hitam panjang dibiarkan tergerai.
"Yugyeom ada?"
Rose mengernyit, siapa perempuan yang malam-malam begini mencari suaminya?
"Kamu siapa ya?"
"Saya Naeun, pacarnya Yugyeom." Perempuan itu mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan Rose yang mematung dibalik pintu.
'Pacarnya?'
-
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract [KYG x PCY]
Fanfiction"Kamu tinggal tanda tangan saja." "Apa ini? Kok pakai materai segala?" Starring: Kim Yugyeom & Park Chaeyoung (Rosé) Story & Plot: Inspired by "Wedding Agreement" movie (2018)