Pikirannya penuh sama skenario-skenario aneh. Mulai dari kenapa suaminya mengiyakan perjodohan mereka, oh tentu saja karena bisnis kan? Rose anak perempuan tunggal, nggak punya saudara. Ayahnya sudah mulai tua, mulai kewalahan mengurusi urusan kantor tentu ingin mencari penerus. Yugyeom adalah orang yang tepat, punya gelar S2, pekerjaan stabil, paling penting masih prima. Punya jalan yang masih panjang dan menjanjikan, tentu ayah tertarik dengan Yugyeom, belum lagi dia anak dari sahabat karibnya.
"Hhhh, menikah nggak menikah kok rasanya sama aja. Sendirian lagi." Keluhnya.
Rose berakhir makan malam sendirian. Ia memberesi dapur karna ingin segera tidur dikamarnya. Setelah selesai dengan dapur, tiba-tiba bel pintu depan berbunyi.
"Siapa malem-malem begini?" gumamnya pelan sambil menghampiri pintu.
Bel berbunyi sekali lagi membuat Rose sedikit berlari kedepan. "Ck, nggak sabaran banget."
"Siapa ya?" tanyanya sambil membuka pintu.
Seorang wanita yang sedikit lebih muda darinya berdiri didepan pintu. Berpakian feminim dengan rambut hitam panjang dibiarkan tergerai.
"Yugyeom ada?"
Rose mengernyit, siapa perempuan yang malam-malam begini mencari suaminya?
"Kamu siapa ya?"
"Saya Naeun, pacarnya Yugyeom." Perempuan itu mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan Rose yang mematung dibalik pintu.
"Yugyeom ada kan, mbak?"
Rose tersentak dari lamunannya. Sangat nggak sopan. Ini sudah malam, harusnya dia tahu kapan waktu harus berkunjung ke rumah orang. Apa dia nggak tahu kalau Yugyeom itu sudah menikah?
"Oh iya ada, tapi dia sudah tidur. Kamu bisa dateng lagi besok, makasih." Katanya sambil menutup pintu perlahan.
Walaupun cuma kontrak tapi ini tetap pernikahaannya. Dia nggak suka diusik sama orang luar, rasanya agak sumpek.
Sepasang tangan menahan pintu untuk tertutup, "saya cuma mau ketemu dia sebentar aja. sudah seminggu dia nggak angkat telfon saya."
"Saya nggak peduli sama urusan kamu, Yugyeom sudah tidur. Silahkan datang lagi besok ke kantor dia. Sudah ya saya mau tidur sudah jam 10."
Untung saja rumah mereka besar jadi kemungkinan Yugyeom nggak mendengar percakapan mereka. Atau malah dia nggak tahu kalau pacarnya datang kerumah tadi. Mood Rose benar-benar rusak, dia sangat tersinggung.
-
Pagi-pagi Yugyeom sudah turun dari lantai atas dan pergi jogging. Hari ini hari Sabtu, weekend jadi mereka libur. Rose memulai hari dengan menyeduh teh camomille oleh-oleh sepupunya dari London.
"Hmm wangi."
Hari ini hawanya dingin, rasanya bangun dari kasur susah banget. Tapi dia sudah jadi istri orang walaupun nggak dianggap. Harus bangun pagi.
Pintu depan terbuka lebar, suaminya baru pulang dari jogging dengan keringat bercucuran.
"Sudah pulang? Mau susu coklat nggak?" Tanya Rose menghampiri suaminya.
"Nggak." Jawabnya singkat.
Merasa sudah terbiasa dengan sikap dingin Yugyeom, Rose cuek saja pergi ke dapur untuk masak. Ada hal yang mau dia bicarakan sama suaminya nanti.
"Nanti sore kita mesti kerumah papa, hari ini papa ulang tahun."
"Lho?! Papa ulang tahun? Kok kamu nggak bilang?"
"Ya ini kan aku baru bilang."
"Ya tapi kamu bilangnya mendadak, aku kan belum beli kado buat papa."
"Ah nggak usah pake kado. Kita dateng kesana aja papa udah seneng."
Rose menyerah. Nggak ada gunanya berdebat sama Yugyeom. Kepalanya sekeras candi, susah dipecahkan.
Hari ini Rose masak stew tofu dan ikan corvina goreng. Tampilannya menggugah selera, sampai-sampai Yugyeom mengambil duduk di meja makan lebih dulu. Rose tersenyum, perlahan tapi pasti sepertinya hubungan mereka akan segera membaik.
"Tadi malem pacar kamu kesini."
Yugyeom tersedak nasi. Istrinya mengulurkan segelas air untuk menenangkan tenggorokan.
"Saya nggak masalah kamu mau punya pacar atau enggak, bukan urusan saya juga. Tapi saya nggak suka kalau kamu bawa dia kerumah saat ada saya dirumah. Rasanya kamu nggak menghargai saya sebagai istri dirumah ini. Memang di kontrak hubungan kita terbatas, tapi yang tahu kontrak itu cuma kita berdua. Jadi saya harap kamu tetap menghargai saya sebagai istri di mata orang lain. Saya nggak mau nyakitin hati keluarga saya kalau tahu anaknya cuma jadi istri-istrian."
Suasananya hening. Belum ada jawaban, tapi Rose yakin Yugyeom paham maksud pembicaraan Rose barusan. Hubungan mereka memang cuma kontrak diatas materai, tapi status mereka tetap suami istri di mata orang lain.
"Oke saya setuju."
Yugyeom selesai dengan makannya. Lalu berdiri menyingkirkan nasi ke dapur. "Kalau begitu sekarang kita latihan." Katanya seraya menghampiri Rose.
"Latihan buat apa?"
"Ya latihan pegangan tangan, biar papa sama mama nggak curiga. Kata kamu orang lain jangan sampai tahu."
"T-tapi- "
Yugyeom meraih tangan kiri Rose lalu menggenggamnya. "Kayak gini, tangan kamu lemes aja." arahnya.
Kupingnya memanas, seumur hidup Rose nggak pernah pacaran dan baru kali ini tangannya di genggam sama cowok. Bohong kalau dia nggak suka, mau gimanapun Yugyeom itu laki-laki satu-satunya yang paling dekat sama dia apalagi statusnya sebagai suami. Belum lagi parasnya yang ganteng, membuat jantungnya nggak karuan.
"Muka kamu merah? Kenapa? Nggak pernah di gandeng cowok?" tanya Yugyeom sedikit sarkatik.
Rose menarik paksa tangan kirinya, "iya memang." Jawabnya ketus lalu lanjut mencuci piring.
Yugyeom tetap berdiri disampingnya, membantu menyisihkan piring bersih ke kabinet. Mereka menikmati momen tanpa sepatah kata. Rasanya hangat.
-
TBC.
What's so wrong updating on my birthday? right?

KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract [KYG x PCY]
Fanfic"Kamu tinggal tanda tangan saja." "Apa ini? Kok pakai materai segala?" Starring: Kim Yugyeom & Park Chaeyoung (Rosé) Story & Plot: Inspired by "Wedding Agreement" movie (2018)