"Kau saja yang bilang."
"Kenapa tidak kau sendiri?"
"Aku tidak berani."
"Tapi kau yang menghamilinya."
"Kita sudah bahas ini dari dulu. Itu tidak sengaja. Lagi pula bayinya nanti akan jadi anaknya P'Gulf dan P'Mew."
"Lalu kau akan biarkan Tee kesana kemari dengan perut besar begitu?"
"Kan belum terlalu kelihatan."
"Iya sekarang, tapi nantinya bagaimana?"
Talay dan Fai sedang membahas soal penampilan Tee saat ini. Bukan Tee jadi keren atau semacamnya. Tee sudah keren muka dan tampilannya, tapi soal perut, dia sama sekali tidak keren. Membicarakan soal tidak keren, perut Tee membuncit. Bajunya yang semula berukuran M sekarang jadi L. Celana yang biasanya ada kancing dan zipper, sekarang Tee menggunakan celana berkaret.
Tapi dari perubahan tidak keren itu, Tee terus aktif. Dia seperti tak punya lelah. Ada saja yang dikerjakannya sepanjang hari, termasuk soal mondar-mandir demi melakukan hal sepele. Seperti sekarang saat Fai dan Talay duduk di sofa sambil mengamati gerak gerik Tee, Tee sendiri malah menyusun koleksi pajangan di dalam lemari kaca milik Gulf.
"Ngomong-ngomong, Tee apa tidak lelah dari tadi mondar-mandir terus?" tanya Talay mengalihkan pembicaraan.
"Tee makan tiga kali sehari dan dua kali semalam, dia punya banyak kalori untuk sumber tenaganya." Intinya Tee juga banyak makan. "Dia baru saja request untuk dibuatkan Aglio Olio sebelum tidur."
Talay menggaruk kepalanya kemudian menggeleng takjub untuk Tee.
"Apa tidak apa-apa kalau dia banyak tingkah saat sedang hamil?"
"Tidak, karena sekarang usia kandungannya memasuki masa stabil." Talay mengangguk. "Bahkan di usia kandungan seperti itu, ibunya sudah diperbolehkan berhubungan badan lagi."
Kali ini Talay tak mengerti. Apa Fai sedang memancingnya? Mengujinya dengan kalimat barusan supaya Fai bisa menyimpulkan bahwa kejadian hamilnya Tee itu disengaja atau tidak.
"Aku tidak bilang kau boleh menidurinya lagi."
"Aku juga tak berfikir ke sana. Aku tak mau ada dua anak di perut Tee," terang Talay dengan sok tateeya. "P'Gulf bisa marah kalau aku menghamilinya dua kali."
Fai melirik Talay. Dia mengekspresikan rasa jijiknya punya majikan bodoh seperti Talay lewat cengiran. Memang dia sudah terbiasa dengan Talay yang bodoh, tapi kali ini bodohnya kelewatan. Mana ada orang hamil bisa dihamili lagi? Kalau Talay bukan adiknya Gulf, dan Gulf itu majikannya, tak sudi Fai berdekat-dekatan dengan Talay. Untung juga Talay sering memberikan sebagian uang jajannya untuk Fai, jadi Fai lumayan betah bekerja dekat Talay.
"Eh, Tee sudah hamil ya. Pasti tidak bisa dihamili lagi," tutur Talay meralat perkataannya. "Ini sudah empat bulan, berarti menunggu lima bulan lagi dan anaknya akan lahir. Menurutmu anak itu nanti akan mirip siapa? P'Gulf atau P'Mew?"
"Kalaupun tidak mirip mereka berdua, kuharap tak mirip kau juga!"
"Kenapa? Aku kan tampan," protes Talay. "Kau tahu, di sekolah aku banyak ditaksir orang. Di jalan pun gadis-gadis cantik terpesona saat aku lewat."
Itu karena mereka tak mengenal Talay lebih jauh. Mereka tak seperti Fai yang setiap hari bertemu dengan Talay. Amit-amit kalau kata Fai. Seandainya dia punya saudara, anak atau siapa pun, tak akan diizinkannya dekat-dekat dengan Talay. Siapa tahu virus kebodohan Talay menular. Kan, berabe kalau ketularan jadi bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of My Brother's Fault
FanficAdiknya Gulf menghamili adiknya Mew, tapi Mew dan Gulf-lah yang harus bertanggung jawab.