Ini Membingungkan

1.6K 173 22
                                    


Pagi-pagi ada sebuah taksi berhenti di depan bengkel. Tar turun dari dalamnya, membawa rantangan besar empat tingkat dan berjalan masuk area bengkel.

"P'Tum ada?" tanyanya pada seorang montir.

"Ada," jawabnya. "Dia ada di belakang. Mau kupanggilkan?"

"Tak perlu. Aku akan ke sana sendiri."

"Dia di bagian pemasangan onderdil. Masuk saja, lalu belok kanan."

"Terima kasih."

Tar mengikuti arah tunjuk montir tadi. Masuk dan belok kanan. Tar bisa melihat Tum setelah memasuki bangunan dalam bengkel. Saat berjalan ke kanan untuk menghampiri Tum, Tar melihat seseorang sedang meringkuk di sofa dalam kantor bengkel itu. Tar kenal, itu Gulf. Tar menunda menemui Tum dan memilih menghampiri Gulf untuk memastikan benar-tidaknya kalau yang dilihatnya sekarang adalah pemilik hotel tempat dia bekerja.

"Gulf!" panggil Tar sambil hati-hati masuk ke ruangan. "Gulf, itu kau?"

Tar memeriksa Gulf, mencolek pipinya agar dia bangun.

"Gulf!" panggilnya sekali lagi.

Nampaknya Gulf tak ingin bangun atau memang tak bisa bangun sekarang ini. Tidurnya terlihat lelap dan sepertinya panggilan Tar tak kedengaran sama sekali di telinga Gulf.

"Tar?"

Tum baru saja diberitahu anak buahnya kalau seseorang telah mencarinya. Tum tahu hari ini Tar akan datang, dia juga sudah menebak kalau yang datang mencarinya itu adalah kekasihnya, Tar. Menurut yang dikatakan anak buahnya, Tar sudah masuk bengkel tapi belum juga bertemu dengannya. Tum mencarinya dan menemukannya di sini.

"Kau mengenalnya?"

"Iya, Phi. Dia pemilik hotel tempatku bekerja. Namanya Gulf," terang Tar.

"Dia istri temanku."

"Mew itu temanmu?"

"Kau kenal dengan Mew?" Tar membenarkan. "Kau sudah tahu mereka menikah?"

"Tentu saja. Mew pernah datang ke restoran dan mencicipi masakan buatanku." Dan Mew tak pernah datang lagi walau Tar dan anak buahnya sering mengiriminya pesan untuk datang. "Tapi aku tak tahu kalau dia temanmu"

Gulf bahkan tak terganggu walau Tum dan Tar bicara keras. Dia masih saja tidur, matanya terpejam kuat dan napasnya berhembus teratur. Satu-satunya pergerakan yang Gulf buat adalah menggeser kepalanya lebih ke tengah bantal. Dia menghembuskan napas keras, kemudian kembali tak bergerak.

"Sejak kapan Gulf di sini, Phi?"

"Semalam. Dia datang malam sekali dan baru tidur pagi ini." Tum kasihan melihat Gulf semalam. Dia tak mau tidur meski dirinya dan Mew memaksanya. Gulf bilang sudah tak bisa tidur lagi. Dia mengatakan ingin melihat Mew dan Tum bekerja. "Aku kasihan padanya, dalam keadaan hamil tak baik kalau dia kurang istirahat"

"Gulf hamil?" tanya Tar kaget.

"Iya."

"Pantas saja dia sering terlihat tak bersemangat akhir-akhir ini."

Tar menyerahkan rantangan yang dia bawa pada Tum. Dia kemudian mendekati Gulf lagi. Berusaha mengecek keadaan Gulf karena menurutnya orang hamil itu rawan sakit. Tar meletakkan tangannya pada dahi Gulf, tapi dia tak mendapati tanda-tanda kalau Gulf sakit. Suhu kening Gulf normal seperti pada keningnya, berarti Gulf memang tidur seperti orang mati.

"Ada apa kalian berkumpul di sini?" tanya Mew yang muncul di dekat pintu.

"Mew," sapa Tar.

"Kau ada di sini?" Mew melirik ke Gulf, apa Gulf yang memanggil Tar kemari? Tapi sepertinya tidak. "Sedang apa?"

Because Of My Brother's FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang