『 四 』

135 39 9
                                    

“Jaehyuk!”

Laki-laki bernama Yoon Jaehyuk yang sedang menyedot susu rasa pisang itu menoleh ke sumber suara. Dari kejauhan, laki-laki bertubuh lebih pendek darinya berlari-lari sembari melambaikan tangannya.

“Oi, Mashiho!”

Sapaan Jaehyuk membuat Mashiho tersenyum lebar lalu dengan semangat duduk disamping teman lamanya itu.

“Udah lama gak ketemu, betah di Jepang lo?” tanya Jaehyuk iseng.

Mashiho nyengir. “Gue kangen lo sama temen-temen, jadi gue balik deh.”

“Gue kira lo udah lupa sama kita-kita makanya gak pulang. Asahi udah nungguin lo dari lama tau!” ucapan Jaehyuk membuat Mashiho menatap sekelilingnya.

“Ah ya, Asahi mana? Kok gak keliatan? Biasanya dia bareng sama lo kan?” tanya Mashiho sembari celingak-celinguk.

“Tadi ke warung, beli apa entah gue gak tau. Paling ntar lagi juga balik. Apa kabar? Dari yang gue liat sih lo baik-baik aja.”

Ucapan Jaehyuk membuat Mashiho terkekeh. “Ya kayak yang lo liat sekarang ini. Gue baik-baik aja kok di Jepang.”

“Betah banget ya lo di sana sampe lupa kalo lo punya temen di sini,” nyinyir Jaehyuk.

Mashiho nyengir. “Gak lupa kok. Cuman ada sesuatu hal yang harus diurus aja.”

Jaehyuk menaikkan alisnya. “Apa ada masalah?”

“Sedikit. Cuman tentang perselisihan klan, tapi untungnya itu udah kelar sekarang. Biasa, klan Kabut jadi ribut gara-gara pemimpin kosong.”

“Trus gimana?”

“Ya— Bokap gue deh yang menawarkan diri jadi pemimpin.”

“Wih, jadi anak kepala desa nih.”

Jaehyuk nyengir, Mashiho ikutan nyengir.

“Apa kabar klan lo, Hyuk?” tanya Mashiho yang masih saja penasaran seperti dulu jika menyangkut klan Kayu.

Entah kenapa Mashiho sangat ingin dilahirkan menjadi seorang klan Kayu. Padahal derajat klan Kabut jelas lebih tinggi daripada klan Kayu.

Ah ya, Mashiho sangat menyukai alam. Mungkin itu yang menjadi alasan Mashiho selalu ingin hidup dialam terbuka tanpa harus tertutupi oleh kabut tebal yang tidak akan pernah hilang.

“Klan gue baik-baik aja. Tenang, aman, damai, masih kayak dulu.”

Mashiho mangut-mangut. Tak lama setelahnya Asahi datang dengan membawa secup pop mie dan segelas es teh.

“Buset, Sa, lama banget.”

Asahi merotasikan bola matanya malas mendengar komentar Jaehyuk lalu sedetik kemudian melebarkan mata terkejut menatap laki-laki mungil disebelah Jaehyuk.

“Asahi!” pekik Mashiho.

Asahi tidak bisa menyembunyikan senyuman bahagianya lalu mendorong badan Jaehyuk— mengode agar dia pindah tempat duduk. Jaehyuk pun hanya bisa mengalah, menuruti permintaan Asahi.

Asahi duduk disebelah Mashiho sembari meletakkan makanan dan minumannya diatas meja.

“Apa kabar???” tanya Asahi excited.

“Baik!!” jawab Mashiho yang ikutan excited.

“Sahiiii, kangeeeeeeen,” lanjut Mashiho merengek membuat Asahi gemas.

“Kangen juga. Lama banget di Jepang. Gue kira lo gak bakal pulang,” celetuk Asahi membuat Mashiho mengerucutkan bibirnya.

“Yakali gue gak pulang. Gue kan masih punya temen baik di sini heheee. Ah ya, gue kangen banget sama Kak Jihoon, Kak Junkyu, sama Kak Yoshi. Kalian tau gak mereka di mana?”

mission impossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang