CB - Cerita Tamara

2.8K 59 4
                                    

Judul: Cerita Tamara - My Life Without You

Genre: Marriage / Adult Romance

Jumlah kata: 2786 kata

a/n: 

Cerita ini adalah hasil tulis ulang dari sebuah fanfiksi untuk fandom KHR yang kutulis dan publish di FFn(dot)net. Cerita aslinya dari POV suami, tapi karena Catatan Bahagia adalah kumpulan cerita wanita-wanita perkasa, kuubah jadi POV istri.

Kalau ada yang mau baca cerita aslinya bisa search 'Okuri Soji' di FFn dan pilih cerita berjudul 'My Life Without You'. 

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen, ya ;)

Beritahu aku apa kesan kalian membaca cerita ini biar aku senang dan tergerak untuk menuliskan lebih banyak cerita dengan genre seperti ini. 

Jakarta, 30 Desember 2020

Selamat membaca ;)


---------------------------------------

Tamara, apa mimpimu?

---------------------------------------


"William! William berhenti!"

William, pria dengan tinggi 180cm, menghentikan langkahnya sebelum mencapai sepasang pintu yang telah terbuka di depan matanya. Pilihannya untuk berhenti secara tiba-tiba itu tidak diperkirakan oleh wanita yang mengejarnya dan gerakannya membuat Tamara, istrinya, menubruk punggungnya.

"Aduh," rintih Tamara sambil mengusap hidungnya. "Tolong jangan berhenti tiba-tiba begitu!"

"Kau yang memintaku untuk berhenti."

"Bukan berhenti tiba-tiba seperti itu!"

William hanya diam.

Mengabaikan rasa sakit di hidungnya, Tamara berlari mendahului William dan kini berada di depan. Tingginya yang hanya mencapai bahu William membuatnya kesulitan menatap wajah suaminya, dia mendongak dan barulah dilihatnya sepasang mata dengan iris abu-abu. "Maafkan aku."

"Untuk apa?" Pria tinggi itu berujar datar.

"Kesalahpahaman," jawab Tamara pelan. Sepasang mata itu kini menatapnya lekat dan hanya karena perbedaan tinggi mereka sajalah yang membuat Tamara yakin bahwa tatapan itu bukan sebuah bentuk merendahkan. "Aku sengaja meminta Noah membantu mempersiapkan semuanya dan merahasiakannya darimu. Aku tidak tahu kau akan pulang lebih awal."

Sebelah alis William terangkat.

Merasa kalimatnya dapat menimbulkan kesalahpahaman lain, Tamara buru-buru melanjutkan, "seharusnya semalam kami menyiapkan kejutan untukmu, tapi aku tidak sempat menghias ruangan dan membuat kue. Karena itu Noah ..." Sebelum Tamara sempat menyelesaikan kalimatnya, William menarik tubuh mungilnya dan menciumnya. Tamara tidak melawan. Matanya yang membelalak perlahan menutup dan dia mulai menikmati ciuman dari suaminya. Kedua tangannya bersandar di bahu William dan mulai memberanikan diri untuk melawan ketika William semakin liar memainkan lidah di dalam mulutnya.

"Kamu milikku, Tamara," desah William di sela ciuman mereka. Nada rendahnya yang kerap berbicara tanpa emosi itu begitu menggairahkan di telinga Tamara. "Kau boleh bersama pria manapun, tapi tubuh dan hatimu milikku."

Tamara mengangguk kecil sebelum kembali mencium suaminya. 

"Ahem!" deham Noah yang memalingkan wajahnya karena merasa risi melihat dua sejoli itu tengah bercumbu. Di tempat yang bisa dikatakan lorong menuju satu-satunya pintu. Untunglah tidak banyak pelayan yang berkeliaran pagi itu, mereka sibuk dengan pekerjaan mereka. Namun, menjadi satu-satunya orang yang menyaksikan bagaimana dua insan itu nyaris lupa diri sangatlah ... hm, canggung. (Noah berani bersumpah pasangan suami istri itu nyaris menelanjangi satu sama lain dan tidak akan segan bercinta di lantai kalau tidak diinterupsi.) "I didn't mean to interrupt, but ..."

Catatan BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang