Prologue

13 5 4
                                    

“Ish, Kak Juna! Keluar, gak?! Aku aduin Mama nih!”

“MA! KAK JUNA NAKAL IH!”

Teriakan yang cukup menggemparkan seisi rumah begitu membahana. Alyssa, orang yang disebut ‘Mama’ itu hanya menggeleng pelan mendengar suara melengking anak gadisnya. Ia tak tahu pasti apa yang kedua buah hatinya lakukan dikamar sang gadis, yang jelas itu adalah hal yang sangat menyenangkan bagi sang putra.

Terbukti dengan adanya suara gelak tawa disusul bedebum pintu yang mengagetkan entitas Alyssa dan Arya, suaminya, yang tengah duduk bersandar di sofa ruang tengah.

“Kamu apakan lagi adikmu, Jun?” Tanya Alyssa lembut.

Arjuna, putra keluarga Aryasatya yang tadi menyebabkan suara bising sebagai bentuk perlawanan adiknya. Pemuda itu kini terduduk di atas karpet lembut, bersandar pada kaki mamanya. Sisa tawanya masih terdengar dengan nafas yang tidak beraturan, seperti habis lari marathon.

“Arjuna suruh ngerjain PR Biologi, Mah. Tadi siang Airin belum selesai ngerjainnya, eh malah pasang masker,” adunya.

Kini giliran Arya menaikkan sebelah alisnya, “Terus?”

“Papa tau kan, kalo Airin udah nempel kasur matanya bakal rawan lengket?” Arjuna balik bertanya sebelum nafas beratnya berhembus lagi, “Ya udah, sebelum bener-bener lengket, Arjuna tarik aja maskernya,” gelak tawanya kembali terdengar.

Mama dan Papanya hanya menggelengkan kepala, pasrah.

“Jangan sering-sering gangguin Airin. Nanti kalo dia marah, baru tau rasa” ingat Alyssa.

Arjuna menoleh, raut wajahnya seakan tidak terima. “Tangan Airin udah macam tangan ibu tiri, Ma.  Nih, tinggal nunggu birunya,” adu Arjuna sambil menunjukkan lengan bagian atasnya yang sudah memerah di beberapa bagian. Bekas cubitan Airin bukan main sakitnya.

“Dasar tukang ngadu!”

Suara soprano terdengar sebal. Ketiga entitas itu lantas menoleh ke arah si gadis yang tengah berjalan menuruni tangga, mendekat ke arah ketiganya. Dihempaskan tubuhnya ke tengah-tengah Alyssa dan Arya sambil bersidekap dada. Menatap sinis pada sang kakak, Arjuna.

Arjuna tentu dengan senang hati meladeni ‘rasa ingin menjambak’ milik Airin. Pemuda itu kini menjulurkan lidahnya, bermaksud mengejek Airin.

Wah, rupanya Arjuna benar-benar sudah bosan menikmati masa mudanya. Sontak tangan si gadis sudah terulur sempurna. Sedikit lagi, segenggam rambut Arjuna akan tercabut dari akarnya, sebelum...

“Akh!” Airin benar-benar terlihat kesakitan seraya memegangi kepalanya.

“ARJUNA!”

“AIRIN!”

Pekikan kaget yang menyebutkan dua nama berbeda kedua orangtua itu kala melihat sang putra mengeluarkan darah segar dari hidungnya. Arjuna mimisan, Airin jatuh pingsan.

TBC

Hai..
Aku datang bawa cerita baru. Uhuu😙
Semoga suka yaa.. Vote dan komen sangat aku harapkan.

Terimakasih💜

-Iky

ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang