[05]

8 4 30
                                    

"Mama istirahat aja sih, Ma. Biar nanti Kak Juna pamitannya ke kamar Mama aja, atau Airin yang pamitin deh," bujuk gadis ayu yang tengah menuntun sang ibunda menuruni anak tangga. Alyssa bersikeras turun ke dapur, alasannya ingin menyaksikan kedua anaknya berangkat sekolah.

"Mama pengen kayak biasanya, Sayang. Lagian kamu nggak lupa kan, pesan dokter buat Mama?" Alyssa bertanya lembut, kakinya yang tidak lagi kokoh melangkah sedikit bergetar. Airin tentu tidak menjawab lagi. Ia ingat betul, dokter sangat menyarankan Alyssa untuk berjemur dipagi hari. Dengan sedikit lesu, gadis itu dengan telaten menuntun mamanya.

"Loh, Mama kok turun?" suara Arjuna terkejut kala mendapati Alyssa menuju dapur dituntun adiknya. Arjuna bergegas membantu Airin menuntun mamanya. Alyssa tersenyum teduh, berusaha tidak membuat putranya semakin khawatir.

"Mama pengen berjemur, Boy. Tiga hari dikamar bener-bener bikin mama suntuk," Alyssa terkekeh singkat. "Kamu kok langsung kerja, Tia? Emang nggak capek, ya habis nemenin pacar kamu? Kemarin pacarmu ke Malang kan? Bolak-balik demi kamu."

Deg!

Tia mematung sempurna. Apakah majikannya ini tahu jika dirinya adalah selingkuhan suaminya? Atau itu hanya basa-basi? Tia buru-buru menetralkan ekspresinya, berusaha terlihat biasa saja.

"Ah, Ibu bisa saja. Tentu saja, kalau saya sudah disini, berarti saya siap bekerja," ujar Tia berusaha santai. Matanya sesekali melirik presensi kepala keluarga yang sudah lebih dulu berada didapur. Pria itu juga tampak gelisah. Alyssa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan anggun.

Sungguh, jika begini sebenarnya Tia merasa kecil berada disekitar Alyssa. Wanita yang menjadi majikannya itu tidak pernah terlihat seperti wanita rendahan. Apapun yang seorang ibu dua anak itu lakukan, akan selalu terlihat anggun dan elegan dimatanya.

"Berarti kamu juga siap ya, melayani suami saya?"

Sambil sesekali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, Alyssa kembali melempar pertanyaan yang sukses membuat semua orang didapur itu terkejut.

"Ma?" Airin dan Arjuna bersamaan menuntut penjelasan. Namun, Arya sudah lebih dahulu menyela, "Maksud Mama apa sih?"

Memirsa wajah-wajah tegang itu membuat perutnya terasa seperti digelitik. Alyssa meloloskan tawa anggunnya sekali lagi, seolah itu hanya pertanyaan candaan ringan.

"Ya ampun, apa yang kalian pikirin?" wanita yang terlihat pucat itu mengusap ujung matanya yang basah. "Maksud Mama, selama Mama sakit kan nggak bisa sepenuhnya menyiapkan segala kebutuhan Papa kayak biasanya. Tia bisalah bantu-bantu Mama. Duh, kalian ini kocak deh. Apalagi liat muka Papa sama Tia, kayak orang keciduk selingkuh," tawa wanita itu belum juga reda.

Alyssa sempat terbatuk beberapa kali hingga membuatnya menghentikan tawa. Semua orang pun tergesa memberi wanita itu segelas air. Airin mengusap lembut punggung ibunya, sedangkan Alyssa masih menampilkan senyum anggunnya.

Baik Arya maupun Tia, keduanya sama sekali tidak buka suara. Salah-salah, tanggapannya justru membuat kalimat Alyssa membongkar perselingkuhan yang mereka lakukan. Sudah cukup lega karena ternyata Nyonya rumah itu hanya bergurau.

Tapi hati manusia, siapa yang tahu?

---OOO---

"Kelompok yang sudah saya tentukan, tidak bisa diganggu gugat. Mengenai tugas, apa masih ada yang ditanyakan?" Suara Miss Sulli menginterupsi suara bising dikelasnya. Seketika menjadi senyap, lantas satu tangan terjulur keatas guna mengajukan diri untuk bertanya.

"Ya, silahkan Fajar."

Pemuda itu berdeham singkat, "Begini, Miss, ini kan cuma kelompok saya yang anggotanya tiga orang, jadi nanti dialog berpasangannya bagaimana?"

ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang