+ 1 +

170 26 43
                                    


"BANG HUDA! KO DIMAKAN?!! ITU SUAPAN TERAKHIR SENGAJA IAN SISAINNN!!!"

"anjeng. berisik ah lo Yan"

"muntahin anjing bang!"

"sarap lo! emang kalo gua muntahin bakal lo makan??!"

"enggaa.. tapi pokonya muntahin! itu nasi goreng udah Ian sisain satu suap lagi sengaja buat kemenangan babak ini!! Ian ga sudi kalo bang Huda yang makan!!"

Keributan pun terjadi antara Ian dan Huda. Pasalnya, niatan awal Ian menyisakan nasi goreng yang tadi ia beli sebelum datang ke sini adalah, untuk selebrasi ketika ia berhasil memenangkan babak permainan di ponselnya.

Namun naas, Huda yang sudah tahu rencana Ian dengan lancang menyuap sisa nasi goreng yang sengaja sudah bocah itu tata rapi di atas sendok.

"muntahin aja udah, Da" Ujar Badar dari atas sofa sambil terkekeh melihat pertengkaran kedua temannya.

"gila lo! udah mau diproses sama usus gue masa gue muntahin!"

"ah anjing gantiin ah!" Kini Ian merengek rencananya gagal. Masalahnya, di rooftop Kale ini tidak ada makanan lagi. Semua ludes dimakan abang-abang nya.

Jadi, rooftop rumah Kale ini ia jadikan base camp untuk nongkrong-nongkrong santai bersama teman-teman dekatnya ini. Ada ruangan tambahan yang mamih Kale buat dengan banyak jendela-jendela besar agar sirkulasi udaranya baik.

Ruangan ini bisa diakses melalui taman depan rumah Kale. Tinggal naik ke tangga yang ada di taman, langsung bisa ke rooftop.

Makanya tidak jarang Kale tiba-tiba sudah menemukan teman-temannya- apalagi Huda, sudah duduk-duduk santai di ruangan rooftop.

"gaada makanan lagi Le? berisik banget ni curut-curut" Tanya Alka kepada Kale yang sibuk menyaksikan siaran ulang acara tv kesukaannya.

"bentar, gue suruh mba ambilin lagi" Kale kini meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Mencari kontak ARTnya untuk ia telepon. Maklum, Kale ini kan duitnya mengalir tujuh turunan.

"kenapa lu, Ryl?" Nafwa yang baru naik lewat dalam setelah tadi dari toilet mengambil duduk di sebelah Derryl.

Nafwa lihat-lihat, sedari tadi Derryl itu hanya melamun. Apa jangan-jangan Derryl kemasukan penghuni rooftop Kale?

Yang ditanya masih melamun, belum sadar sudah ada Nafwa di sebelahnya.

"bajing. Derryl!" Akhirnya Derryl menengok ke arah Nafwa. Raut wajahnya malah kelihatan linglung.

"hah?"

"kenapa anjing?"

"lagi bingung gue, Na" Jawab Derryl sembari mengembalikan pandangannya seperti semula. Kini dagunya ia topang di atas tangannya.

"bingung apaasih? butuh duit? minta noh ke si Kale"

"kalo itumah udah"

"terus ngapa?"

Derryl menegakkan posisi duduknya. Menghela napasnya cukup panjang. Sudah waktunya ia beri tahu teman-temannya ini.

"lu pada kalo dikasih puisi, mikirnya gimana?" Tanya Derryl kepada keenam temannya. Dibalas dengan wajah-wajah bingung.

"ya gua mah seneng, ada yang mau buatin puisi. puisi kan ga gampang" Ujar Huda dari sofa sebrang, masih menunggu waktu yang pas untuk menjahili Ian.

"tapi kalo lu gatau yang ngasih puisinya, mau gimana?" Tanya Derryl lagi.

"kaya secret admirer dong" Ujar Badar.

"lebih ke creepy ga sih? tiba-tiba ngirim puisi tapi ga kenal orang nya" Tambah Alka.

"emang kenapa sih bang?" Kini Kale jadi ikut penasaran.

Derryl merogoh saku belakang celana ripped jeans nya. Mengeluarkan lipatan kertas berwarna biru langit dari sana. Kemudian ia simpan tepat di tengah meja.

"udah dua kali gue dapet puisi dari anonim" Ucap Derryl menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa lagi.

Alka, Badar, Huda, Nafwa, Kale dan Ian yang padahal sedang fokus main game di ponselnya kini menyerbu kertas persegi yang Derryl maksud.

Badar buka lipatannya. Diikuti manik mata teman-temannya menelusuri seluruh isi kertas itu. Dan benar, tertera jelas puisi dengan tulisan tangan yang sangat rapi di dalamnya.

Kertasnya jenis kertas untuk isian binder ukuran A5 berwarna biru langit, ditulis dengan tinta warna hitam pekat di atasnya.

"AANJRIT SI DERRYL PUNYA PENGGEMAR!" Seru Huda heboh.

"dari mana ini bang?" Tanya Kale masih mencerna kata-kata dalam kertas puisi yang kini ada di tangan Badar.

"gue nemu di loker sekolah. diselipin kayanya"

"salah masukin kali?" Nafwa menerka.

"gue juga tadinya mikir gitu, tapi ini udah dapet dua. ya masa dua-duanya salah loker?"

"yaudah anggep aja cuma pengagum rahasia Ryl. gausah resah gelisah gitu muka lo" Ucap Badar kini kembali naik duduk di sofa.

"gua takutnya tiba-tiba di teror anjing. kan ga lucu?"

"YAH JANGAN! nanti kalo bang Derryl di teror, kita juga pasti kena! kalo ini motif pembunuhan gimanaa??!!" Ujar Ian panik.

"kebanyakan nonton drama korea lu bahlul!" Huda mengelap wajah Ian ke arah bawah dengan telapak tangannya sembari kembali duduk di sofa.

"ih kan bisa jadi tau bang!"

"iya, udah denger kata Badar aja Ryl" Ucap Alka.

"kalo ternyata yang ngirim cowok gimana anjrit???? aduh alamat kiamat inimah!" Ucap Huda memperpanas.

"amit-amit anjeng!" Derryl melempar bantal sofa kepada wajah Huda namun ternyata meleset.

"jangan-jangan, yang ngirim salah satu dari kita" Huda menerka.

"geli anjeenggg! mening kasihin ke cewek" Balas Nafwa.

"dari kapan dapetnya bang?" Tanya Kale. Kini hanya bocah itu yang masih terpaku pada dua lembar puisi tadi.

"minggu kemarin sama hari ini. dapetnya sama-sama hari rabu"

"ko kaya tertarik banget lo Le" Ujar Alka

"tulisannya kaya kenal" Jawab Kale.

"rata-rata cewek mah tulisannya sama Le. mirip-mirip semua" Sahut Badar.

"iya kali ya. nih bang, dipajang. bagus isinya" Kale menyerahkan kembali kertas itu kepada Derryl.

Derryl sebenarnya tidak mau ambil pusing juga. Benar kata Badar, anggap saja pengagum rahasia biasa.

Tapi hati kecilnya juga jadi ikut penasaran dengan pengirim nya. Apa benar kata Nafwa cuma salah masukin loker? Ah, Derryl menyerah. Biarkan saja lah.
























HSHSHHSHS CERITA APA INI. semoga jadi, ga tipu-tipu.

poems, nct dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang