BAB.1.5

9 3 0
                                    



''Jangan terlalu cepat mengatakan jika ia adalah sahabatmu, setiap orang memiliki pemikiran sendiri...jangan membuat hatimu menyesal karena kepercayaanmu yang berlebihan...ingatlah satu hal 'dunia itu kejam' untukmu yang terlalu baik''


;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;


''jadi katakan pada ibu apa yang ia lakukan padamu hm? Apa dia memukulmu?''. Tanya Tiffany lembut, Risa menggeleng dan menatap Tiffany dengan mata yang sembab.

''tanganku sakit...kak Erik menjadi aneh hari ini...''. Tiffany mengelus pergelangan Risa yang terlihat memar karena gengggaman Erik padanya. Hati Tiffany terasa sakit melihatnya.

''aku tidak apa-apa bu...tadi hanya syok saja''. Risa menangkup pipi Tiffany dan menyeka liquid bening yang jatuh ke pipi Tiffany.

''kau baik-baik saja?''. Jaka masuk dan duduk di samping Risa. Tangannya mengelus surai lembut anaknya.

''aku baik~ dimana kak Erik?''. Jaka menunjuk keluar dengan dagunya. ''kau benar-benar baik?''. Tanya jaka sekali lagi.

''aku baik~ aku akan menemui kak Erik''. Tiffany ingin meraih tangan Risa yang akan pergi menemui Erik tapi di cekal oleh Jaka. ''biarkan saja...''. Tiffany terdiam lalu kemudian menghela nafas gusar.

...

Jantung Risa berdetak kencang sekarang, dia bisa mendengar suara pecahan kaca dari balik kamar Erik, Risa menjadi takut untuk menemui kakaknya itu. Risa mengambil nafas dalam dan kemudian memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Erik.

Tuk Tuk Tuk

''kak boleh aku masuk?''.

Cukup lama Risa menunggu tapi tidak ada balasan yang ia dapat. ''kak Erik~ aku masuk ya?''. Ulang Risa dan masih tak mendapat respon dari Erik. Risa mulai khawatir dengan keadaan kakaknya. ''kak Er_

''Risa ayo turun ada temanmu datang!!''. Panggil Tiffany dari bawah ruang tamu. Siapa yang bertamu selarut ini?. Batin Risa dan mulai berjalan menjauh dari depan kamar Erik.

''nothing can keep me from mine! If there is, I will delete it!!''. Erik menatap tajam pada pantulan dirinya di cermin yang retak dan bercampur dengan warna merah.

...

''loh kak Vara?''. Risa terkejut melihat kedatangan kakak kelasnya itu, wajah Vara tampak pucat dan ia terlihat sangat gugup.

''ibu naik dulu ya''. Tiffany meninggalkan Risa berdua dengan Vara. ''kenapa kak?''. Tanya Risa dan dapat melihat reaksi gugup di wajah Vara.

''Dek...kamu bisa bantu hubungin Dareen gak?''. Pinta Vara

'kenapa gak di hubungin sendiri?'. Heran Risa

''Dareen nggak mau angkat panggilan telponnya''. Lanjutnya dan menggenggam tangan Risa. Risa ber-oh ria dan mengangguk paham.

''bentar kak aku coba telpon''. Vara mengangguk antusias dan pindah kesamping Risa.

Diangkat!

Risa melirik Vara yang sepertinya terlihat sangat kecewa. ''Dareen...''.

'ya? Tumben nih nelpon deluan, rindu ya?'

Risa sekali lagi melirik Vara. ''idih siapa juga yang rindu! Gimana kabar kamu?''.

'baik luv...kamu gimana?'

Vara meneteskan air matanya membuat Risa panik dan merasa tidak enak, tapi memang Dareen selalu memanggilnya dengan sebutan love.

''kak Vara gimana kabarnya?''.

'...'

Melihat Dareen tidak menjawab pertanyaannya tetang Vara Risa mulai menerka-nerka sendiri . putuskah?. Batinnya. Risa dan Vara masih menunggu jawaban dari Dareen tapi sepertinya Dareen tidak akan menjawab. ''Dareen?''. Panggil Risa.

'kalau aku bilang aku putus gimana?'

'jadi beneran putus'. Risa mmelirik Vara yang sudah menutup mulutnya menahan isakannya.

''gak gimana-gimana juga sih toh kan anda memang buaya''. Terdengar suara tawa di seberang sana. Risa menatap Vara, ia sudah tidak punya percakapan lagi. Vara menyeka air matanya dan berbicara tanpa suara, dia meminta Risa untuk bertemu dengan Dareen.

Risa ingin menolak permintaan Vara tapi dia sudah sangat kepo dengan apa yang terjadi sebenarnya.''ketemuan yuk Ren...''.

'boleh...kapan?'

''emm...malam ini aja bisa?''.

'boleh...dimana?'

''cafeteria deket rumahku mau?''.

'boleh, tunggu aku jemput''.

''okey~ aku tutup ya~''. Risa memutuskan sambungan teleponnya dan menatap Vara yang matanya sudah sangat sembab. ''aku boleh minta satu hal lagi gak Sa?''. tanya Vara dan di angguki Risa

''tolong pas kamu di café teleponku jangan di matiin...boleh kan?''.

''boleh kak''. Vara memeluk Risa lalu kemudian dia pamit untuk pulang.

...

''loh mereka kok gak ada!''. Nathan melihat sekalilingnya mencari keberadaan Risa dan Jeno tapi nihil mereka sepertinya sudah pulang deluan.

''kok Risa pulang gak ngehubungin aku dulu...''. Heran Adelia dan duduk di samping Nathan, Azka melirik telponnya dan tidak menemukan pesan dari Risa. ''udahlah kita pulang aja!''. Terdapat nada kesal di bibir Azka.

...

''loh Risa ?''. Tanya Jaka, dia baru saja akan ke dapur untuk minum tapi malah menemukan Risa yang duduk sendiri di ruang tamu. ''a-ah itu..yah Risa mau ketemu sama Dareen hanya sebentar, bolehkan?''.

''ah Dareen...ya boleh! tentu saja, baik-baiklah dengannya''. Jaka mengulas senyumnya dan pergi menuju tujuan awalnya.

''ya...''. Risa merasa banyak pikiran sekarang, kepalanya benar-benar pusing.




Tbc

''Ren...kamu serius??''.

''aku gak salah Ris!!''.

''aku gak habis pikir sama kamu Ren!''.

''Ris!..Ris!!RISA!!!''.

''aku mau mati aja Ris''.

''kak! Jangan main-main kak!! Kak? Kak Vara!!!''.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DRAMA IN MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang