Victoria yakin, mata tajam hitam itu masih berada dipengelihatannya bersama kilatan kilatan lampu yang begitu menyilaukan. Terus dan terus menatapnya sampai Victoria menutup matanya yang berat karena mabuk.
Victoria bangun, lalu membuka matanya, tapi sialnya sejak masih menutup mata sampai terbangun seperti ini mata hitam itu selalu saja mengikutinya, membuat Victoria seribu persen mengigatkannya tentang kekejaman Frederick menembaknya atau ketika pertama kali lelaki itu menciumnya malu malu dengan polos dan senang. Matanya masih kelam seperti dulu dan Victoria tidak peduli dengan adanya perubahan dingin datar ataupun tajam mengintimidasi, karena bagi Victoria, Frederick dulu dan sekarang sama sama bodoh dan hanya budak cinta Victoria.
"Kau ada dimana mana ya, Frederick" Victoria terkekeh, bangkit duduk sambil memegangi kepalanya yang pening.
Melirik lagi ke depan, kebayangan Frederick yang duduk di sofa berhadapan dengannya dengan dada telanjang dan sebuah gelas kristal berkaki di antara jari telunjuk dan tengah yang terapit, "Aku tidak mungkin merasa bersalah padamu sampai melihatmu dimana mana seperti ini, kan?" Victoria menggeleng sambil berdecak. Mabuknya masih belum hilang kah? Victoria mulai kesal.
Sambil melihat sekilas bayangan Frederick, Victoria baru saja akan berbaring lagi jika tidak merasakan kulitnya merinding kedinginan dan benar saja ketika matanya turun melihat tubuhnya, Victoria sadar tubuhnya tengah telanjang dan selembar selimut tipis membungkusnya. Victoria melebarkan mata, hilang sudah rasa kantuk dan pusingnya, buru buru dia melihat ke depan, kebayangan Frederick yang mulai menarik sebelah ujung bibirnya, tersenyum sinis dengan mata dingin. Apakah sebuah bayangan harus seperti itu? Jangan berfikir macam macam Vii!.
Tapi yang benar saja, Bayangan santai Frederick disana tidak duduk kaku lagi, melainkan mulai meminum cairan kental merah keunguan di gelasnya. Victoria terbatuk, lalu menggelengkan kepalanya, tapi menatap lagi Frederick dan kali ini Victoria sudah tidak menganggap itu adalah bayangan lagi, dia sadar ini nyata!.
"Kenapa kau berada disini! Dan kenapa aku.... " Victoria menatap tubuhnya lalu secepat kilat menarik selimut itu menutupi seluruh tubuhnya, Victoria juga sadar Frederick hanya memakai bawahan celana panjang saja yang semalam dipakai, "Kau... "
Pikiran Victoria bercabang, menemukan beberapa praduga praduga yang membelit seluruh kepalanya. Tidak! Ini kesalahan. Victoria tidak seharusnya menemukan dirinya dengan Frederick di keadaan yang seperti ini!.
"Apa yang kau lakukan kepadaku?! Sial, Frederick kau tidak menyentuhku kan?!" Victoria menajamkan matanya melihat Frederick. Kesal sekaligus marah. Ini bukan kesalahan satu malam seperti dulu kan?. Victoria sangat enggan mengigatnya!.
"Keparat Adams!" pekik Victoria lagi ketika suara angin dari AC berhembus yang menjawab pertanyaannya.
Frederick memalingkan wajah kesamping, ke balkon kamar yang di biarkan terbuka, seolah amarah Victoria yang melambung tinggi hanyalah gangguan kecil tidak bermakna.
Dengan melotot marah Victoria bangkit berdiri sambil mengeratkan selimut yang melindungi tubuhnya kemudian mendekati Frederick.
"Derrick!" Victoria menjerit sambil menghentakan kaki dongkol, tidak menyadari bibirnya telah mengatakan sebuah panggilannya pada Frederick dulu.
"Ya?" Frederick menoleh cepat, sesaat Victoria melihat perubahan binar mata Frederick berbeda sebelum berubah dingin lalu menatap lagi keluar balkon.
Victoria tersenyum menang, bersedekap dada, "Ternyata kau tidak bisa melupakan aku ya, Frederick"
Keterdiaman Frederick semakin membuat Victoria berani melangkah kian mendekat, sangat dekat dengan kaki Frederick, "Aku tau, karena aku tentu pacar pertamamu, tidak, lebih tepatnya cinta pertama" lalu Victoria terkekeh.
Karena Frederick masih setia mengacuhkannya Victoria melanjutkan, "Aku bahkan tidak percaya pada cinta. Lalu Frederick bagaimana kau bisa percaya hal konyol seperti itu? Apa karena aku wanita pertama yang tidur denganmu dan mengambil...."
Victoria tidak melanjutkan, Frederick lebih dulu menatapnya tajam, dalam, ketika selanjutnya lelaki itu bangkit menghadap Victoria, membuat Victoria harus rela mendongak tinggi tinggi.
"Benar Vi, kau wanita pertama yang tidur denganku, aku mengambil sesuatu darimu, kau kesakitan, kau berdarah, tapi kau menjerit memalukan memanggil namaku" Frederick menunduk, membuat wajahnya hampir berjajar dengan kepala Victoria, menyeringai kemudian berbisik sumbang, "menyenangkan mendengarmu menjerit tidak berdaya namun menikmatinya, seperti semalam"
Rasa kepuasan karena berhasil mengolok olok Frederick lenyap sudah, Victoria mengepal tangan kuat kuat, hidungnya kembang kempis, saat Frederick menjauhkan wajahnya seperti semula Victoria menunjuk dada lelaki itu frontal, "kau! Semalam... Apa yang terjadi dengan semalam?. Apa aku.. kau?" Gagapnya
Victoria mengacak rambutnya frustasi sembari sesekali melirik Frederick kesal, tapi juga gelisah, merasa sebagian dari dirinya hancur lagi. Karena Frederick hidupnya seperti ini jadi mana mungkin dia rela tidur lagi dengan Frederick.
"Aku bukan seseorang yang akan meniduri wanita yang sudah pernah kutiduri, jadi jangan bermipi aku akan melakukannya" ucap Frederick tajam melihat seberapa tertekannya Victoria karena ucapannya.
Apa wanita itu sangat sebegitu nya tidak ingin Frederick menyentuhnya?.
Victoria tersenyum senang, "Bernarkah? Well, bagus, aku beruntung kali ini"
Sembari menatap malas Frederick yang berdiri diam tanpa ekspresi Victoria mengambil kemeja putih lelaki itu yang berada di tangan kursi di belakang Frederick, memakainya tanpa rasa malu meski Frederick memperhatikannya sampai wanita itu selesai lalu berjalan menuju pintu kemudian Victoria menoleh padanya, "aku pinjam kemejamu dan ini terakhir kali kita bertemu!"
Seusai Victoria menghilang bersamaan debum pintu yang terdengar nyaring Frederick berjalan ke balkon, menyalakan sebatang rokok yang kemudian dia hisap dalam dalam.
Wanita dengan kemeja putih kusut sebatas paha itu berlari di pekarangan mansion Frederick tanpa alas kaki hingga berakhir di luar gerbang keluar, tampak gelisah, mondar mandir kebingungan.
Frederick melirik tas merah menyala dimeja kamar, "Ralat, ini baru awal, Vi" bisiknya
_____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
FREDERICK'S Woman
RomanceLily Dealova atau Victoria Lily Heward adalah wanita iblis penipu berwajah malaikat yang akan selalu Frederick cantumkan dikepalanya sekalipun dia mati. Penghianatan, kebohongan hingga sandiwara murahan Victoria membuat Frederick Carlos Adams memben...