Chapter 6

46 9 0
                                    

"Abang lu pulang jam berapa Ra?" tanya Nanad. Bukan Nanad mau kepo, hanya saja ini sudah pukul 5 sore. Ayahnya saja sudah pulang dari kantor, tapi kenapa Abangnya Ara belum terlihat.

"Abang gue ga bakal pulang hari ini. Dia kerja pelayaran jadi pulangnya lama. Ga usah di tunggu lah, kalo kalian mau nginap disini silahkan. Tapi kalo nggak, kalian jangan pulang terlalu lama nanti ortu kalian nyari" bukan dia mau mengusir, hanya saja Ara tak mau kalau orang tua temannya khawatir.

"Siap ibu negara" jawab mereka. Mereka tidak tersinggung, malah mereka senang Ara perhatian. Artinya, Ara sudah menerima mereka sebagai temannya.

"Kita nginap deh Ra" kata Nanad.

"Ikuttt" seru Jingga manja.

"Gue juga deh" kata Vani.

"Kalo kita ikut boleh kan Ra? Tetangga lu ga marah kan kalo kita ikut nginep?" tanya Gilang. Baru kali ini pria itu bertingkah benar.

"Gapapa, santai aja" kata Ara.

Ara senang karna dia ada teman. Dia tidak sendiri lagi, biasanya dirumah akan sunyi, namun kali ini berbeda. Sedari tadi suasana cukup riuh karna pertengkaran kecil antara Gilang dan Jingga.

***

Malam ini mereka akan mengadakan acara bakar-bakar di halaman belakang rumah Ara. Gilang dan Ali sudah mulai mempersiapkan alat yang akan di pakai nanti, sedangkan para gadis sibuk mempersiapkan bahan masakannya nya. Sudah ada daging, sosis, bakso, jagung, dan teman-temannya untuk mereka santap malam ini.

"Lu berani ya Ra tinggal di rumah Segede ini sendirian?" tanya Nanad.

"Iya Ra ga takut apa lu" sahut Vani.

"Ga lah kan ada si mbok sama mang Asep" jelas Ara.

"Ra gue lebih suka lu kaya gini deh dari pada cuek gitu kaya es batu" perkataan Jingga di benarkan oleh Vani dan Nanad.

"Gue emang terkesan dingin sama orang baru, jadi maklum ya" jelas Ara.

"Ya gapapa, setidaknya lu udah ga dingin sama kita" jawab Nanad.

Setelah itu mereka pun berpelukan. Ara senang karna ia mendapat sahabat baru sekarang, ia berharap mereka tak sama dengan sahabat lamanya yang meninggalkan Ara hanya karna kesalahapahaman.

"Woii ngapain lu pada pelukan, udah kaya teletabis aja" seru Gilang. Memang perusak suasana yang sangat baik kamu nak.

(Senja ga tau tulisan teletabis itu gimana)

"Sirik aja lu jenglot"sewot Jingga.

"Bakpao pasar kaget mah beda" Gilang tak mau kalah tentunya. Baginya mengalah dengan jingga adalah satu hal yang mustahil, dan jika itu terjadi lunturlah harga diri seorang Gilang.

"Mau berantam atau bakar-bakar?" Tanya Ali.

"Bakar nih si Jenglot biar diam" Jingga memang punya dendam sepertinya dengan Gilang.

"Bacot mane teh" Gilang.

***

Setelah kegiatan bakar-bakar yang di buat heboh dengan pertengkaran Jingga dan Gilang, mereka kini sudah mulai ke formasi untuk menuju alam mimpi. Jingga,Nanad,Ara,dan Vani tidur di kamar Ara, kamarnya cukup besar jadi muat untuk menampung mereka semua. Sedangkan para lelaki tidur di kamar tamu yang berada di bawah, sebenarnya bisa saja mereka tidur di kamar tamu yang di selah kamar Ara, tapi mereka tak mau ambil resiko jika nanti tengah malam Jingga dan Gilang akan bunuh-bunuhan.

"Ra lu pernah bosen ga sama hidup?" Pertanyaan Vani memecahkan keheningan mereka. Para gadis itu memang belum tidur, mereka masih sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Lu tanya gue Van?" Ara balik bertanya.

"Hufttt" terdengar Vani menghela napasnya. "Gue sama kaya lu Ra, gue tau pasti sepi kan tinggal di rumah sebesar ini sendirian. Bedanya gue punya kakak yang selalu stay dirumah, sedangkan abang lu jarang dirumah. Ortu gue cerai pas gue masih SMP, gue sama kakak gue milih tinggal bareng nyokap. Gue pikir itu adalah pilihan yang benar karna pasti nyokap gue bakal punya banyak waktu buat kami berdua. Ternyata gue salah, nyokap gue lebih sibuk kerja dari pada ngurusin kami" Vani memulai sesi curhatnya.

Mendengar itu Ara jadi yakin kalau bukan hanya dia saja yang menderita di dunia ini, masih banyak orang yang nasibnya hampir sama dengannya.

"Kenapa lu ga tinggal sama ortu lu Ra?  Gue yakin ortu lu ga pisah kaya ortunya Vani" kata Nanad.

"Ini pilihan gue, next time gue bakal cerita alasannya tapi ga sekarang" jawab Ara. "Dan lu benar Van hidup gue sepi, tapi gue ga pernah rasain itu. Gue punya mbok Atik sama mang Asep yang selalu nemenin gue, dan sekarang gue juga punya kalian. Jadi, apa gue punya alasan buat sedih?" tentu saja Ara berbohong, dia tetap ingin tinggal dengan keluarga yang hangat jika bisa. Jika Ara memberitahu kan yang sebenarnya pasti suasana akan semakin sendu, karnanya ia memilih berbohong.

"Setiap orang punya beban hidupnya masing-masing, yang hidup di keluarga yang sempurna juga belum tentu ga punya masalah. Jadi menurut gue sih enjoy aja, selagi kita menikmati hidup maka kita akan merasakan nikmatnya hidup" saran Nanad. Ada benarnya juga apa yang dia katakan, kita harus menikmati hidup untuk tau seberapa nikmatnya hidup ini.




















Yuhuu senja kambek!!
Jangan lupa tinggalkan jejak ya voment kalian semangat senja 🤗

RAPUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang