Hey, This is the start

43 6 3
                                    

"Hwaa," seorang gadis berusia 21 tahun sedang menguap di jam 6 pada hari senin.  Gadis imut dan lucu ini bernama Neena Bora Adhyaksa. Jika kalian ingin mengetahui lebih lanjut lagi mengenai gadis imut ini maka inilah rinciannya. 

Namanya sudah disebutkan tadi, dia bernama Neena Bora Adhyaksa. Seorang putri tunggal dari orang terkaya di negara ini. Memiliki kedua orang tua yang sangat baik dan perhatian padanya ditambah lagi dengan pundi-pundi keuangan yang terus mengalir dengan deras maka bisa dibilang hidup Neena seakan mendekati sempurna.

Baiklah, kembali pada dia yang sedang menguap tadi.

Neena membuka secara perlahan kedua matanya, nyawanya tentu saja belum terkumpul secara sempurna, mungkin masih setengahnya. Dia melihat kesekeliling untuk mencari dimana dia meletakkan hpnya tadi malam. 

"Aduh dimana lagi tu hp, kemaren siap pake masker gua letak dimana ya? apa ketinggalan di bawah?" Neena mencoba mengingat-ingat dimana dia meletakkan benda pipihnya itu.

"Bii, bibiii," dia memanggil salah satu pembantunya. Seorang wanita paruh baya dengan kain lap yang terletak di bahunya datang memenuhi panggilan gadis bepipi chubby ini.

"Ada yang bisa bibi bantu Non?"
"Bibi Ratih ada ngeliat hp Neena gak?  Ilang soalnya. Oh iya, sekarang jam berapa ya bi, belum jam 7 kan?" Begitulah Neena, sekali bertanya dia bisa sekaligus melontarkan dua pertanyaan.

"Hp non semalam bi Enun yang beresin, sekalian dicas juga sama dia non. Kalau jam, sekarang masi jam 6an non, non ada jam pagi?"

"Ada bi, tapi jam setengah 9 nanti, ayah ama bunda dibawah bi?"
"Iya non, mereka baru aja mau sarapan, non ikutan gih."
"Okedeh bi," Neena beranjak dari kasurnya, mencuci muka di wastafel lalu berjalan turun menemui kedua orang yanh paling dia sayangi di dunia ini.

"Ayahhh, bundaa," seru Neena dari bawah tangga, dengan berjalan cepat dia memeluk ayah dan bundanya secara bergantian.

"Anak ayah katanya ada kelas pagi, kok belum mandi sih, mana bau lagi," ejek sang ayah pada putrinya ini. Neena langsung memberikan muka cemberutnya.

"Ayah gaboleh jahil terus ih ama anak bunda,"
"Nah kan, omelin tuh ayah bun masa Neena seharum ini dibilang bau si."
"Tapi naa,..."
"Tapi apaan bun?" Neena penasaran dengan kalimat gantung bundanya itu.
"Tapii kalau soal bau bunda cukup setuju sih ama ayah kamu." Mereka berdua serentak tertawa puas karena melihat muka Neena kembali cemberut lagi. 

Begitulah sedikit cuplikan kehidupan gadis ini, gadis yang hari-harinya dihiasi dengan candaan dan juga kebahagiaan.

Mereka melanjutkan sarapannya, dengan Neena yang masih memasang muka bantalnya. Meja makan juga kembali dihiasi dengan canda hangat dari mereka, beberapa lapis roti tawar dengan selainya, 2 piring nasi goreng dan terakhir sepiring nasi uduk lengkap dengan telur bulat sambalnya. Nasi uduk itu adalah sarapan terfavorit Neena, dari beragam banyak makanan yang ada, dia tak bosan-bosannya memilih nasi dengan campuran santan itu sebagai sarapannya.

Jam menunjukkan pukul 8, Neena sudah bersiap pergi ke tempat kuliahnya. Kedua orang tuanya sudah berangkat duluan 20 menit yang lalu.  Neena menstarter mobilnya lalu mengendarainya untuk sampai ke tempat kuliahnya.

Hello DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang