Neena menoleh, manusia ketiga yang paling dia cintai tepat di depan retina matanya sekarang.
"Hei, pagi sayang," Neena menunjukkan senyum paling manisnya.
"Kamu tumben niat banget udah datang kuliah, biasanya kalau ada jam pagi gini kamu kan bolos," pria manis di depannya ini hanya tercengir kuda membalas perkataan Neena.
"Sesekali, pacar kamu ini rajin harusnya kamu mah bersyukur lah," dia mencubit pipi Neena dengan gemes.Tepat pada waktunya, guru killer itu datang, aura mencekam langsung terasa di ruang kelas itu. Tanpa banyak basa basi, guru itu telah memulai pelajarannya, begitu juga stress para siswa dimulai.
Berada di fakultas kedokteran memang membuat Neena harus memutar otaknya dengan keras bagai kerja rodi, namun menjadi dokter entah kenapa Neena selalu mengimpikannya. Membayangkan berkutat dengan organ dalam manusia dicampur dengan merahnya darah entah kenapa menimbulkan obsesi sendiri bagi Neena.
Ya, gadis imut ini memang sedikit memiliki rahasia aneh. Dia sangat menyukai cairan merah kental itu, bagaimana dia mengalir, warnanya yang pekat, bahkan Neena menyukai bau itu.
. . .
2 jam berlalu tak kurang dan tak lebih. Dosen killer ini memang sangat disiplin dalam hal waktu. Pelajaran usai, seisi kelas bubar melanjutkan aktivitas mereka lagi.
"Sayang, masuk kelas pagi ngantuk banget ya," ucap Biru pada Neena. Dia terlihat menguap menandakan bahwa dia memang terlihat ngantuk.
"Semalem ngegame sampe jam berapa emangnya?" tahu atas kebiasaan pacarnya ini, Neena sudah maklum.
"Cuma sebentar, jam 3an aku udah tidur kok," Neena membalasnya dengan tatapan malas, apanya yang sebentar, Neena jam 10 saja sudah terlelap di kasur nyamannya.Sepasang manusia yang menjalin hubungan yang namanya 'pacaran' itu kini menuju ke tempat parkir. Hubungan mereka itu telah berjalan 11 bulan dan selama ini terbilang hubungan yang sangat aman. Jarang terjadi keributan,sikap Neena yang terkadang seperti anak-anak selalu dapat dimaklumi oleh Biru Auriga. Pria tersabar yang pernah Neena temui di dunia ini, bahkan mengalahkan ayahnya. Biru selalu mengalah atas apa saja, membuat hubungan 11 bulan itu tetap berjalan 'aman'
"Kamu sekarang mau langsung pulang?"
"Hmm, kita jalan-jalan dulu yuk," Biru paham kode yang diberi Neena itu.
"Ehe, ayok, tapi pake mobil siapa?"
"Pake mobil aku aja, nanti biar aku suruh supir buat anterin mobil kamu kerumah," Neena mengangguk, berjalan dibelakang Biru menuju mobil Jeep hitamnya.Tujuan mereka sekarang adalah berjalan mengelilingi kota, tanpa pemberhentian, hanya berkeliling di dalam mobil saja. Neena selalu menyukai hal itu, berdua saja dalam waktu yang lama dengan Biru adalah hal yang sempurna. Berbincang sambil melihat suasana kota, dan mungkin akan berakhir di sebuah restoran untuk makan karena sudah lama berjalan.
"Pelajaran tadi kamu ngerti?" Biru mencomot asal topik pembicaraan.
"Setengahnya ngerti, tapi tadi ada pas materi tentang bagaimana sistem dna bekerja, nah itu aku kurang paham,"
"Ibu itu kira-kira selalu on time kayak gitu gak sih? maksud aku dia disiplin kayak gitu dari kecil gak ya? Kayaknya gak mungkin," beralih ke topik kedisiplinan guru killer itu.
"Bisa jadi Biru, disiplin itu diterapin sedari kecil, kalau dia disiplin dari kecil jadinya pas gede tetep disiplin,"
"Kayaknya enggak mungkin semua yang dia lakuin selalu disiplin, kalau pas kecil dia gak pernah sekalipun buat nakal, pasti masa kecilnya gak akan seru,"
"Bener juga, selalu ngikutin peraturan emang buat hidup jadi hambar,"Percakapan absurd seperti itulah yang sering terjadi diantara mereka berdua. Biru selalu bisa membuat Neenanya mengukir senyum bahagia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Devil
ActionBangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi~ Lagu itu lagu yang tepat untuk menggambarkan kehidupan gadis yang bernama Neena Bora Adhyaksa ini, hanya saja lagu itu sedikit memiliki kekurangan, ada beberapa yang harus ditambahkan. Seperti...