[1]

188 17 0
                                    

RMS Titanic

Bocah berambut pirang itu menatap takjub raksasa kapal yang bersandar megah di bibir dermaga. Ia bahkan sampai tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam karena memikirkan betapa indahnya lautan ketika menatapnya dari kapal paling megah yang jadi perbincangan banyak orang di abad ini.

Pensil milik bocah itu terus menari dengan gerakan indah membentuk lukisan  yang menggambarkan suasana pelabuhan Southampthon di mana RMS Titanic akan memulai pelayaran perdananya. Dengan kegembiraan yang meletup-letup dan rasa tidak sabar untuk berlarian di atas kemegahan Titanic, bocah pirang dengan mata sebiru samudera itu menutup buku sketsanya dan bergegas kembali sebelum ibunya mengomel.

Wanita itu pasti khawatir karena ia pamit ke toilet umum terlalu lama.

~~~

"White Starline benar-benar serius dengan si Raksasa ini." Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Uchiha Sasuke ketika kakinya baru saja menapaki tanah. Di belakangnya seorang wanita bersurai merah jambu tampak agak kesulitan keluar dari mobil karena perutnya yang semakin membesar. Sasuke dengan sigap meraih jemari istrinya.

"Hati-hati, Sayang," ucapnya khawatir. Wanita itu hanya membalas dengan senyum simpul.

Menyusul di belakang mobil ford keluarga Uchiha, seorang pria dengan mantel berwarna krem dan topi yang menutupi sebagian rambut pirangnya keluar dari mobil yang serupa. Sebuah cerutu yang mengeluarkan asap khas bertengger manis di ujung bibirnya. Melihat itu Sasuke lantas berucap sinis, "jangan merokok di dekat istriku, Naruto."

"Ah, padahal baru saja kunyalakan," ucap Naruto sambil menarik cerutu dari bibirnya, "maaf, ya, Sakura. Biar kumatikan."

"Ah, tidak apa-apa Naruto."

"Jadi ini kapal yang banyak diperbincangkan di koran-koran itu?" tanya Naruto. Mata birunya mengamati sambil menyipit karena silau cahaya matahari.

"Yeah, tempat yang bagus untuk negosiasi bisnis," celetuk Sasuke.

"Dan pamer kekayaan, begitu 'kan maksudmu?" tanya Naruto sarkas.

Sasuke hanya tersenyum remeh dan mengendikkan bahu ketika peluit Titanic sudah menggema.

"Ayo, sebaiknya kita bergegas." Sepasang Uchiha yang baru saja menikah delapan bulan yang lalu itu melenggang mendahului Naruto yang masih berdiri di tempatnya. Di belakangnya para pekerja tengah menurunkan barang bawaan mereka dari dalam mobil.

Melihat Sasuke dan Sakura sudah cukup jauh darinya, Naruto kembali menyalakan cerutu kesayangan yang telah menemaninya beberapa tahun terakhir. Pria itu merogoh saku mantel untuk mengeluarkan buku bersampul cokelat tua dari dalam sana. Ia meraih sebuah pensil yang bertengger manis di telinganya lalu mulai mencoret-coret lembaran buku itu sambil berjalan.

Southampton hari ini tampak lebih padat dari biasanya. Banyak orang berbondong-bondong datang hanya untuk menyaksikan pelayaran pertama kapal mewah yang dibangga-banggakan White Starline itu.

Para petingginya bilang adik dari RMS Olympic itu tidak akan bisa tenggelam saking kuatnya. Naruto terkekeh geli mengingat betapa sombongnya orang-orang itu. Ia harus bersabar ketika nanti bertatap muka dengan para bangsawan dan pesohor elit yang sudah jelas akan memenuhi ruangan-ruangan mewah kelas pertama.

Naruto mengepulkan asap rokok ke udara, belum apa-apa ia sudah merasa lelah dan bosan. Alur hidupnya terasa begitu monoton. Ia hanya berputar-putar dalam lingkaran bisnis yang membosankan dan penuh kelicikan.

"Hah ... ini sangat merepotkan," keluh Naruto.

Naruto masih berjalan sambil mengamati hasil karyanya di buku bersampul cokelat tua. Ah, betapa sempurna lekukakan-lekukan yang indah itu.

Bruk!

Di tengah kesibukannya, tiba-tiba dari arah depan seorang bocah laki-laki menabrak tubuh kekarnya hingga membuat buku yang Naruto pegang terjatuh.

"Aish! Gunakan matamu juga ketika berjalan," desis Naruto marah.

"Maaf, Paman. Aku terburu-buru," jawab anak itu sambil meringis karena ia terjerembab ke belakang. Siku bocah laki-laki berambut pirang itu tampak terluka.

Naruto menghela napas. "Ya sudah, lain kali berhati-hatilah. Lihat, sikumu sampai terluka," ucap Naruto. Ia berjongkok membantu bocah itu untuk berdiri. Ketika kedua netra mereka bersitatap, untuk sekian detik Naruto terperangah dengan birunya samudra dalam sepasang mata bulat itu. Namun ia segera tersadar dari keterkejutannya.

Naruto menyerahkan sebuah sapu tangan kepada bocah itu. "Pakai itu untuk lukamu."

"Terimakasih. Sekali lagi aku minta maaf, Paman," ucap bocah itu bersungguh-sungguh, dengan malu-malu ia menerima pemberian Pria di depannya. Naruto hanya mengangguk, Ia kemudian memungut buku yang tergeletak di tanah lalu menyerahkannya pada bocah laki-laki itu.

Anak itu lantas pamit karena ia takut ibunya akan marah. Naruto terkekeh dan menyuruhnya untuk bergegas sebelum ibunya mengamuk dan membelah Titanic menjadi dua. Anak kecil dan pria dewasa yang sama-sama berambut pirang itu tertawa.

Setelah bocah pirang itu berlalu, Naruto memungut bukunya yang sempat terjatuh. Ia kemudian bergegas menyusul Sasuke dan Sakura yang sudah tiba di pintu masuk kapal.

~~~

"Maaf, apa kau melihat anak kecil berambut pirang di sekitar sini?" Untuk kesekian kalinya wanita itu bertanya pada orang yang beralalu-lalang memadati pelabuhan. Namun jawabannya selalu sama. Mereka kompak menggeleng tidak tahu.

"Di mana kau, Boruto?" desahnya mulai frustrasi.

"Ibu!" Teriakan yang familier itu membuatnya terlonjak bahagia. Boruto berlari ke arahnya dengan semringah.

"Dari mana saja kau, Anak nakal, Ibu khawatir tahu!" ucapnya gemas. Ia mencubit pipi chubby bocah berambut pirang itu.

"Eh, aduh-duh ..., maaf, Bu. Aku keasyikan menggambar tadi," kilahnya pada sang ibu.

"Kebiasaan. Untunglah kita tidak ketinggalan kapal. Lenganmu kenapa?" tanya wanita itu curiga ketika didapatinya sebuah luka kecil di sekitar siku anaknya.

Boruto tersenyum lebar memamerkan deretan giginya. "Hehe ... bukan apa-apa, Bu. Hanya sedikit terjatuh tadi. Maaf membuat Ibu khawatir. Ayo naik. Nanti mereka meninggalkan kita!"

Wanita itu tidak jadi mengomeli Boruto yang kurang hati-hati, ia pasrah saja ketika bocah pirang itu menariknya penuh semangat menuju antrean.

"Atas nama Nyonya Hyuuga Hinata dan Hyuuga Boruto, tiket kelas tiga?" Seorang petugas tengah mengecek tiket mereka. Kemudian ia mengangguk dan mempersilakan ibu dan anak itu memasuki kapal.

Boruto melompat girang begitu kapal telah membunyikan peluit pelayaran. Ia menarik Hinata berlari ke haluan. Kerumunan massa di bibir dermaga melambaikan tangan mereka sebagai bentuk perpisahan.

Boruto dan Hinata turut mengikuti para penumpang yang juga melambaikan tangan mereka ke bawah. Terlihat jelas betapa bangganya mereka dapat berlayar mengarungi samudra bersama Titanic.

Kapal mulai bergerak perlahan-lahan menjauhi dermaga. Pelabuhan Southampton tampak mengecil. Titanic telah memulai perjalanannya, untuk pertama kalinya kapal bermuatan lebih dari 2.000 orang itu akan mengarungi samudera Atlantik menuju New York.

Setidaknya itulah yang dipikirkan semua orang. Sebelum Tinanic menorehkan tinta kelam dalam sejarah....

Sebuah tragedi kecelakaan pelayaran terbesar yang tidak terlupakan.

🚢🚢🚢



My Love In The Sea [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang