AMUSEMENT PARK - 4

151 35 11
                                    

"Mama kamu enggak ada di sini."

Orang dewasa yang bernyanyi menoleh ke arahku, wajahnya cemberut.

Ini sudah menjadi kamar mandi yang ke sepuluh yang telah kita datangi. Dan Mama tidak ada juga di sana.

Tentu saja, tidak ada!

Karena terakhir kali aku melihat Mama. Dia ada di luar, bukan di dalam gedung.

Jadi Mama tidak akan ketemu kalau mencarinya hanya di sekitar sini.

"Cari ke mana lagi ya ...."

Mataku berkaca-kaca karena mengantuk. "Mama Zee ada di mana?"

"Aku enggak tahu," balasnya masih cemberut dan menggeleng pelan-pelan kepadaku. "Jangan nangis ya, nanti kita cari lagi Mama. Mungkin dia masih disekitar sini."

Aku tidak menangis, tapi hanya mengantuk.

"Gimana kalau kita istirahat dulu. Kamu mau makan?"

Aku cepat-cepat mengangguk. Selain mengantuk, aku juga lapar ingin makan.

"Aku juga lapar. Ayo makan."

Sebenarnya, aku tahu kalau orang dewasa yang bernyanyi tadi sudah sangat kelelahan untuk berkeliling mencari Mama di kamar mandi sekitar sini. Tangannya berulang kali mengencangkan pangkuan dan dia berulang kali menarik napas dalam.

Mungkin ini sebabnya kenapa Papa tidak ingin mengendongku. Karena lama-lama, tanganmu bisa patah, dan kalau patah, kamu tidak akan punya tangan.

Apalagi orang dewasa ini sudah lama sekali menggendongku, pasti tangannya sakit sekarang. Mungkin sebentar lagi tangannya copot seperti boneka Ken. Kalau Barbie untuk perempuan, sedangkan orang dewasa ini kan laki-laki seperti Papa, dan juga, Ken.

"Zee mau jalan kaki." kataku, mengejutkannya.

"Jangan! Jangan jalan kaki!"

Aku cemberut dan sebentar kemudian menguap. "Kenapa? Zee kan mau jalan kaki."

"Tadi katanya capek."

"Sekarang sudah tidak."

"Yakin?" tanyanya.

Aku mengangguk sambil melihat matanya yang penuh dengan cahaya.

"Oke."

Jadi aku turun.

Dan jalan kaki sambil menggandeng tangannya.

Seharusnya aku bilang juga padanya kalau aku kehilangan Mama bukan di sini, tapi di luar. Tapi, tapi, bagaimana ya, aku masih ingin berada di sini untuk melihat ada apa saja di sini.

Baru beberapa langkah, kakiku tersandung oleh kakiku sendiri.

"Eh, hati-hati."

Wajahku hampir menyentuh lantai, tapi untungnya orang dewasa ini masih menggandeng tanganku, makanya aku tidak jadi mencium lantai, hanya kedua lututku saya yang tertekuk.

"Nggak apa-apa?" Aku berdiri. Dia kembali berjongkok untuk melihat kondisiku. "Kan sudah kubilang digendong aja."

Aku mencengir.

"Mau aku gendong di belakang sini?" Dia menunjuk punggungnya sendiri dengan jari telunjuk.

Aku hanya diam sambil memanyunkan bibir.

Dia memainkan alisnya. "Bagaimana?"

"Zee jalan kaki aja."

"Jangan," tolaknya. "Aku gendong aja, ya? Sini-sini naik."

Dia maju beberapa langkah, langkah kecil seperti seekor pinguin, lalu memasang posisi berjongkok di depanku dan orang dewasa ini menoleh ke belakang sambil tersenyum. "Ayo, daripada aku tinggal sendirian di sini loh. Ih, emang kamu mau jadi anak ilang? Kalau aku sih enggak mau."

Cepat-cepat aku menggeleng dan buru-buru naik ke punggungnya.

"Tangannya ditautin sini ke leher, biar nggak jatuh."

"Kan kecekik nanti."

"Enggak bakalan kok. Ayo cepet, kita cari makan habis ini."

Jadi kedua tangan aku lilitkan di sekitar lehernya ....

"Jangan erat-eee—"

dengan erat.

"Ekhekkk ..."

December 31st 2020ニャン

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

December 31st 2020
ニャン

⑵AMUSEMENT PARK  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang