Chapter 4

36 3 0
                                    

Shofia sudah tergeletak tak sadarkan diri di lantai dengan lumuran darah di lutut, siku, serta dahi nya.

Kepingan pecahan kaca berserakan tak jauh dari tubuh Shofia. Rangga sempat berpikir bahwa Shofia mencoba mencari jalan keluar lewat ventilasi udara.

Rangga mematung seketika, lutut nya terasa lemas. Ia merasa sudah tidak berdaya melihat sahabatnya menderita seperti ini.

“Ga! Kenapa diam aja cepet bawa Shofia ke rumah sakit Ga!” seru Syaqiela panik. Rangga langsung menghampiri Shofia dan membawanya ke rumah sakit.

“Lo harus kuat Fia. Gue ada di sini nolongin lo. Fia kuat ya gue mohon.”

Sesampainya Rangga di rumah sakit, Shofia langsung dibawa ke ruangan untuk diperiksa.

Lalu Rangga menghubungi dan memberitahu semuanya kepada Fifi dan Rena.

Fifi dan Rena sudah sampai di rumah sakit. Mereka lalu menghampiri Rangga.

“Ga gimana keadaan Shofia?” tanya Fifi khawatir

“Belum ada kabar.” Singkat Rangga.

Mereka terus menunggu hasil pemeriksaan dokter. Di ruang tidak ada yang bersuara. Rangga, Fifi, Rena, dan Syaqiela larut dalam pikiran mereka masing-masing.

Hingga akhirnya pintu terbuka menampilkan wanita baruh baya.

“Dok gimana keadaan Shofia?” ujar Rangga bertanya kepada dokter.

“Tidak ada yang serius. Pasien hanya mengalami luka ringan. Kemungkinan dia akan sedikit mengalami trauma.” Jelas dokter tersebut.

Tidak terlalu buruk. Mungkin dengan adanya kejadian ini akan menjadi pembelajaran untuk Rangga agar dia lebih menjaga Shofia dan memperhatikan nya.

“Kalian sudah boleh menjenguknya sekarang. Tapi saya sarankan agar kalian membantunya untuk menghilangkan trauma pasien.” Ucap dokter memberi saran.

Rangga dan Syaqiela segera masuk ke ruangan disusul oleh Rena dan Fifi. Mereka menghampiri Shofia yang sedang terbaring di atas brankar.

Langkah Rangga melambat ketika dia mendapati Shofia yang memalingkan wajahnya.

Fifi yang menyadari pun berujar, “Ga mendingan lo telepon yang lain, nanti biar gue yang ngomong sama Shofia.”

Rena berlari dan langsung memeluk sahabatnya. Ia menangis di pundak Shofia.

“Lo baik-baik aja kan Fiaa. Lo jangan sakit Shofia, gue gak mau.” Ucap Rena sambil terisak.

“Rena udah dong lagian gue gak papa kok.” Ujar Shofia sambil melepaskan pelukannya.

“Gue minta maaf Fia, gue ngerasa gak pantes jadi sahabat.” tutur Fifi.

“Ini bukan salah kalian. Gue malah beruntung punya sahabat seperti kalian.” Balas Shofia.

“Fia, Rangga yang nyelamatin lo bareng Syaqiela,” ucap Rena membuka suara.

“Fia, gue minta maaf.” Lirih Syaqiela.

“Hm?”

“Gue minta maaf udah ngambil perhatian Rangga dari lo. Gue gak ada maksud.” Syaqiela mencoba menjelaskan supaya hubungan Rangga dan Shofia membaik.

“Gak papa La, itu wajar. Lo suka kan sama Rangga, yaudah gue juga gak papa kok.” Balas Shofia sembari tersenyum manis kepada Syaqiela.

Farel dan Arya baru saja datang menjenguk Shofia. Arya langsung menghampiri Shofia, “Cepat sembuh Fia.” Ucap Arya sambil mengelus lembut puncak kepala Shofia.

“Makasih Ar,” balas Shofia.

Jika sudah berkumpul seperti ini sudah dipastikan bahwa ruangan Shofia akan sangat ramai. Keramaian itu berhenti saat Syaqiela membuka suara.

“Gue pamit pulang ya Fia,”

“Loh kenapa?” tanya Shofia

“Udah malam, takut nya dicariin orang rumah.” Sahut Syaqiela.

“Gue minta maaf ya udah buat kalian begadang.” lirih Shofia.

“Enggak kok, gue malah senang bisa dekat sama lo.”

“Senang bisa dekat sama Shofia atau Rangga?” balas Fifi.

“Iya deh iya,” pasrah Fifi saat Shofia menatapnya, memperingati bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk berantem.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shofia Azura'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang