Chapter 1

116 28 4
                                    

"Jadilah seperti pena yang selalu mau menulis walau kadang dilempar ia tetap tak pernah marah."

^^^

"Pak! Pak! bukain gerbang nya dong pak! Please!!" pinta Shofia kepada pak satpam yang sedang berjaga di gerbang sekolah.

Ya. Hari ini Shofia terlambat ke sekolah. Alasan Shofia terlambat sebab ia menunggu Rangga menjemput sampai pada akhirnya Shofia memutuskan untuk naik kendaraan umum, yaitu angkot.

"Yaudah mumpung kamu telat lima menit. Saya bukain gerbangnya." kali ini satpam memberi Shofia kesempatan.

"Makasih banyak pak!" ucap Shofia sambil melangkah menuju kelasnya.

Namun sayang, Shofia kalah cepat dengan gurunya. Pak Arif sudah berada di kelas sebelum Shofia.

"Permisi pak. Maaf saya terlambat." Shofia menundukan kepalanya pertanda dia sedang diampit rasa bersalah.

"Tegakan kepala kamu! Beri saya alasan yang masuk akal!" tegas Pak Arif.

"Sa_saya tadi angkot yang saya naikin ban nya bocor Pak!" ucap Shofia berbohong. Entah mengapa lidahnya terasa kelu saat ingin menjelaskan Kejadian sebenarnya.

"Yasudah sekarang kamu duduk, tapi saat istirahat kamu harus membersihkan gudang studio!" titah Pak Arif.

"Tapi Pak .... "

"Tidak ada tapi-tapi. Cepat duduk atau bapak kosongkan nilai kamu!" tegas nya.

Mau tidak mau Shofia harus menerima hukumannya. Entah apa yang akan terjadi nanti.

"Ga, lo tega bener gak jemput si Fia. Liat noh dia jadi dihukum gara-gara telat!" bisik Farel kepada Rangga yang berada di kursi depan-nya bersama Arya.

"Berisik lo!" pekik Rangga. Terdengar dari nada suaranya jika ia sedang marah kepada Shofia.

^^^

Tiga jam berlalu. Saat ini waktunya istirahat yang mengharuskan Shofia ke gudang studio.

Saat Shofia akan beranjak keluar dari kelasnya, mata Shofia tertuju pada Rangga yang membuat Shofia berniat menghampirinya.

"Ga temenin gue ke gudang yuk," ajak Shofia berharap jika Rangga menemaninya membuat rasa takut Shofia sedikit berkurang.

" ... "

"Ga?!"

"Lo bisa diem kagak?!" bentaknya. Sontak membuat Shofia terdiam kebingungan dengan sikapnya.

"Gue cuma minta lo nemenin gue. Kalo lo gak mau ya lo tinggal bilang aja Ga gausah diem sampe tiba-tiba ngebentak gue." Shofia tidak percaya jika ini adalah Rangga yang ia kenal dulu. Rangga tidak pernah membentak nya seperti ini.

"Siapa lo minta temenin sama gue?" Rangga tak sedikitpun melirik wajah Shofia. Ia terus sibuk mengemas buku-buku yang ada di mejanya.

"Ya gue sahabat lo lah!"

"Sahabat? Disaat gue kena masalah dan lu gak ada itu yang di namain sahabat?!"

"Hei! dimana-mana yang namanya sahabat itu selalu ada disaat gue lagi butuhin lo!" Rangga melangkah pergi meninggalkan Shofia yang sedang terdiam mencerna apa yang ia katakan.

"Ga dia cewe. Lo gak bisa bentak-bentak dia seenaknya." ujar Arya yang tadi menyaksikan perdebatan Shofia dan Rangga.

Rangga terus bungkam sambil bersandar di punggung kursi yang ia duduki saat ini.

Rangga, Farel, dan Arya sedang berada di kantin saat ini. Sedangkan Shofia sedang mengumpulkan keberanian untuk membersihkan gudang studio.

"Ayok Fia lo pasti bisa." Shofia terus menyemangati dirinya sendiri.

Ceklekk__

Shofia membuka knop pintu gudang studio. Dia mencari stopkontak yang tersambung pada lampu yang entah menyala atau tidak.

"Payah! Masa lampunya gak bisa nyala sih?!" decak Shofia sambil menekan tombol stopkontak berulang kali.

Dengan terpaksa Shofia membersihkan gudang tanpa penerangan.

Saat Shofia sedang merapikan alat-alat yang ada di dalam nya tiba-tiba di sudut ruangan terlihat ada secercah cahaya yang meneranginya.

Shofia pun menoleh ke belakang, mencari asal sumber cahaya itu. Shofia mendapati Zaldi yang sedang memegang senter menyala yang cahaya nya tertuju ke sudut ruangan.

"Ehh kak Zal. Ngapain di sini?!" Shofia berjalan kearah nya.

"Gue ke sini cuma mau ngasih senter ini. Siapa tau lo butuh." Zaldi menyodorkan senter nya kepada Shofia.

"Ehh iya kak gue lagi butuh senter. Tapi kok kak Zal tau kalau gue ada di sini?" tanya Shofia sambil menerima senter nya.

"Gue dikasih tau sama Rena kalo lo lagi dihukum sama Pak Arif."

"Yaudah gue mau ke perpus. Kalo ada apa-apa telpon gue!"

"Iya kak." jawab Shofia

^^^

Saat istirahat pertama berlangsung Syaqiela menghabiskan waktunya untuk membaca buku di kelas.

Saking terfokusnya Syaqiela membaca sampai-sampai ia tak sadar bahwa Rangga sedang mengamatinya di ambang pintu kelas XI Bahasa I.

Tanpa bosan Rangga terus memandang wajah yang terlihat teduh itu. Rangga merasa jika ia mungkin bisa mencoba membuka hati untuk gadis itu.

"Gue bakal berusaha buat suka sama lo La," gumam Rangga dalam hati.

^^^

Aku gak tau gak paham dengan semua ini, udah tau gak nyambung masih aja dibaca yeuu:v

Barangkali ada pemasukan boleh, silakan.

Masih ada kekurangan dalam penulisannya, maaf.

Yaudah segitu aja dari aku.

Shofia Azura'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang