Empat

2.9K 346 48
                                    

Taehyung pernah dengar, bahwa dalam situasi penuh tekanan, tubuh manusia bisa menghasilkan hormon adrenalin. Kemudian muncul respon fight or flight.

Sederhananya, ketika seseorang tertekan, akan ada dua respon yang muncul. Menghindari tekanan tersebut atau malah melawan. Seperti orang yang lari ketika berhadapan dengan anjing liar, atau malah berusaha melakukan apapun untuk melawan.

Berita terbaru soal Jimin mengaktifkan adrenalin dalam tubuh Taehyung. Detak jantungnya berpacu. Ia seolah mendapat kekuatan untuk berbalik, kemudian berjalan menuju pintu masuk hutan. Menepis tangan siapa saja yang berusaha menahannya. Ia harus menyelamatkan Jimin dengan kedua tangannya sendiri.

"Mau kemana, Tae?" Tanya Seokjin yang sadar arah tujuan Taehyung. Pemuda itu segera berlari dan menangkap lengannya.

"Tae, dengar dulu!" Seokjin memohon. Ia tahu saat ini Taehyung tidak bisa berpikir jernih. "Taehyung-ah..." panggil Seokjin lembut.

"Sudah semalam menunggu apa ada hasilnya? Aku akan lebih tenang jika tahu sesulit apa menemukan Jimin di dalam sana."

"Aku tahu, tapi kita tidak bisa ke sana. Kau tidak bisa ke sana, Taehyung. Terlalu berbahaya. Lagi pula Jimin belum pasti terjatuh. Bisa saja gelangnya lepas di dekat situ."

"Tidak ada yang peduli pada Jimin rupanya," kata Taehyung sinis. "Lepas! Biar aku yang cari sendiri."

Ia menghentakkan tangannya keras-keras sampai terbebas dari cengkraman Seokjin. Kemudian melanjutkan jalannya tanpa menggubris semua orang yang memintanya berhenti.

Di tempatnya Jungkook bergeming. Kekesalannya sudah sampai di puncak. Tanpa aba-aba, ia menyusul Taehyung, lalu menarik bahu pemuda itu kasar sebelum melayangkan kepalan tangan ke arah tulang pipinya.

"Jungkook, hentikan!" Pekik Seokjin ketika melihat Taehyung sudah tersungkur di tanah.

"Orang ini harus aku pukul biar sadar!" Katanya emosi. "Sudah tahu semua orang sedang kalut, lalu dia dengan sombongnya ingin pergi ke hutan sendirian."

"Hyung pikir hanya Hyung yang khawatir? Hyung bahkan tidak berhak khawatir. Jiminie hilang karena siapa?"

Ucapan Jungkook sukses membuat Taehyung menatapnya dengan alis bertaut. Bungsu Bangtan itu secara terang-terangan sedang memojokkannya, kan?

Pemuda itu bangkit, kemudian merangsek maju dan membalas pukulan Jungkook di tempat yang sama. "Kau juga harus aku pukul agar diam, Jeon."

"Kalian berdua, sudah!" Namjoon menengahi. "Kenapa malah bertengkar?"

Jungkook mengepalkan tangannya. "Harusnya dia sadar! Jimin Hyung hilang karena perbuatannya sendiri, dan sekarang dia berlagak paling khawatir, kemudian ingin menambah beban semua orang dengan mencari Jimin Hyung ke hutan. Lucu sekali."

"Jungkook, bicara yang sopan!" Seokjin menegur, tetapi hanya menerima tatapan kesal Jungkook.

"Apa menurutmu menyenangkan jika aku semakin merasa bersalah?" Taehyung menatap Jungkook tajam.

"Tentu saja! Biar kau tahu dimana letak kesalahanmu dan berhenti membuat keadaan semakin rumit. Sudah tahu semua orang khawatir, tapi malah mengatakan omong kosong. Kau pikir kami diam karena tidak peduli?" Jungkook mendecakkan lidah kesal.

"Pemikiran bodoh itu sangat menjengkelkan. Kami diam karena tidak ingin ada dua, tiga, atau lebih banyak masalah baru bermunculan. Jiminie hilang saja sudah membuat semua orang mengggila. Apa mereka juga harus gila karena mendapati kau terluka karena mencarinya?

"Kalau merasa punya sembilan nyawa, pergilah! Kalau tergelincir dan jatuh menggelinding pun tidak akan terluka, pergi saja sana! Cari sampai dapat. Apa kau tahu ada dua petugas yang terpaksa kembali karena terjatuh saat melewati tanjakan yang licin?"

LOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang