"Tae..." Suara jimin terdengar begitu lirih.
Taehyung berusaha tetap tenang. Ada begitu banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan, tetapi ia tidak tahu bagaimana kondisi Jimin di ujung sana.
"Jimin, bisa dengar suaraku?"
"Ya." Lagi-lagi jawaban lirih yang Taehyung dengar. "K-kau baik-baik saja?"
Dahi Taehyung mengerut bingung. "Tentu. Aku baik, harusnya aku yang tanya begitu. Kau dimana, Jimin-ah? Kau baik-baik saja? Sejak semalam aku menghubungimu tapi ponselmu mati."
Deru napas berat terdengar. "Aku jatuh."
"Bagaimana keadaanmu? Kau terluka? Ingat dimana kau jatuh?"
"Aku mengikutimu..."
Lama tak terdengar apapun, Taehyung khawatir Jimin kehilangan kesadaran. "Jiminie?"
"Hhhh.... Sakit, Tae."
Taehyung menghirup udara dalam-dalam, mengeluarkannya perlahan hanya demi menahan tangis. Pandangannya sudah kabur, tinggal menunggu bulir-bulir air mata itu turun dari pelupuk dan memberi jejak pada pipi Taehyung yang kedinginan.
"Apa rasanya sangat sakit? Bertahanlah sebentar lagi Jimin. Kami sedang berusaha mencarimu. Apa kau masih kuat untuk bangun?"
"Tidak..."
"Kalau begitu kau bisa menggerakkan tanganmu?"
"Ya, tapi rasanya lemas. Kepalaku pusing. Punggungku sakit. Tidak-- semua. Semuanya sakit."
Sebutir air mata baru saja turun setelah dibiarkan cukup lama di pelupuk mata. Dengan cepat Taehyung menghapusnya. Ia tidak boleh menangis di saat seperti ini.
"Jiminie, bantu kami agar bisa menemukanmu," ujarnya. "Sekarang coba ingat apa yang terakhir kali kau lihat?"
"Tidak ingat..." Jimin terdengar kepayahan. "Ada sesuatu jatuh. Kupikir kau. Aku berlari... Tanahnya licin, aku terjatuh."
"Bodoh, sudah tahu licin masih nekat berlari. Apa yang kau pikirkan, Park? Meski aku benar-benar jatuh, kau tidak boleh nekat seperti itu!" Taehyung emosi.
"Aku takut tidak sempat berbaikan. Aku takut tidak punya waktu."
Taehyung menghembuskan napas berat. "Tapi sekarang aku yang takut tidak sempat berbaikan denganmu..." kata Taehyung pelan. "Apa kau ingat terjatuh dimana? Aku tahu kau kesakitan, Jiminie, tapi kumohon cobalah ingat-ingat kejadian sebelum jatuh agar kami bisa menemukanmu."
"Tidak. Kakiku terkilir." Jimin menghembuskan napas berat beberapa kali, membuat Taehyung tidak tega. "Lalu aku terus berjalan."
Taehyung mencoba mencerna kata-kata Jimin. Jika jimin terjatuh dan terkilir, berarti yang Jimin ceritakan bukan saat ia jatuh ke lereng. Kemungkinan Jimin sempat berjalan beberapa meter sebelum akhirnya jatuh.
"Jiminie, seberapa jauh kau berjalan dengan kaki terkilir?"
"Jauh... I-itu bukan jalan seharusnya... Aku tersesat." Informasi dari Jimin tidak membantu sama sekali. Taehyung hampir menyerah ketika tiba-tiba Jimin bicara lagi. "Aku memegang batang pohon. Batangnya patah, kemudian— kemudian rasanya badanku remuk."
Mata Taehyung seketika membulat. Ia segera berbalik dan bergegas menuju van. "Itu berarti sisa patahannya masih ada di tempat, kan? Terima kasih, kerja bagus, Jimin-ah. Tolong tunggu sebentar lagi, aku akan segera menemukanmu. Kau dengar? Genggam terus ponselmu. Kalau kau sanggup, cobalah untuk membuat volumenya full dan angkat setiap kali ada yang meneleponmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
FanfictionBangtan akan pergi camping untuk merayakan ulang tahun Jimin, tetapi tiga hari sebelum rencana mereka terlaksana, Taehyung dan Jimin malah bertengkar hebat bahkan sampai camping berlangsung. Taehyung yang masih emosi mencoba menenangkan diri dengan...