•Part Two•

1K 172 4
                                    

-Matanya terbuka-
.
BxB | Romance | School-life
Don't Like, Don't Read😊

BxB | Romance | School-life Don't Like, Don't Read😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin mengemasi perlengkapan sekolahnya. Mengecup pipi lelaki cantik yang sedang berkutat di dapur.

"Aku berangkat dulu, ma. Sarapanku pasti sudah kau letakkan di samping kemudi mobilku."

Mengetahui kebiasaan putranya yang jarang sarapan di rumah. Antisipasi sudahia siapkan sejak pagi datang.

"Hati-hati. Semoga kau memiliki kawan baik hari ini" ujar Winwin sambil tersenyum hangat. Matanya menyipit saat sungingan senyum di bibirnya nampak begitu lebar dan menggelitik netra putranya.

"Senyum mama membuat aku sangat bersemangat."

Melajukan mobilnya menuju SHS. Tepat saat jam pelajaran pertama, seonggok buntalan lemak memasuki kelas. Ia mengenali buntalan itu.

"Haechan? Kenapa kau di sini? Membuntutiku?" tanya Jaemin beruntun ketika melihat Haechan masuk ke kelasnya dan tanpa babibu langsung duduk di sebelah kursinya.

"Aku baru pindah sekolah di sini. Ah iya, bisakah kau menunjukkan letak kantin saat istirahat nanti? Aku ingin membeli susu strawberry" tutur Haechan pada Jaemin.

Jaemin hanya memandang aneh pada makhluk di sampingnya ini.

Tepat setelah surat cinta terakhir yang ia terima ketika guru bahasa masuk kelas.

"Sebenarnya, kelas kita kedatangan murid baru tadi. Tetapi entah menggelinding kemana, sehingga ia tak bersamaku untuk kuperkenalkan pagi ini" ujar Pak Kim selaku guru bahasa sekaligus wali kelas Jaemin.

"Nah kau, kau yang di sebelah Jaemin adalah murid baru kan? Ditendang siapa sampai kau sudah ada di sini sekarang?" tambah Pak Kim saat melihat Haechan, murid baru bertubuh gembul sudah duduk anteng di sebelah pangeran sekolah.

"Aku menggelinding sendiri saat kau sedang mencatok kumismu tadi pak" ujar Haechan tidak ikhlas.

Sontak seisi kelas tertawa dengan perkataannya. Murid baru ini ganjil sekali tingkahnya, begitu kira-kira isi kepala siswa di dalam kelas.

"Aku Haechan. Lee Haechan. Semoga kita dapat berkawan baik nanti. Em dan jangan lupa memberiku contekan saat ulangan ya, aku ini murid baru hehe" lanjut Haechan dan agak memelankan suara pada kalimat terakhir.

'Benar-benar aneh bocah ini' batin Jaemin.

Duduk bersebelahan setelah membeli susu strawberry, Jaemin menelisik Haechan yang berada di sampingnya.

Cup–

Haechan mencium pipi Jaemin saat mengetahui ia ditatap intens oleh pria di sebelahnya. Eww. Siswa kantin memandang jijik pada mereka,

Apakah mereka sepasang gay?

"Jangan menatapku begitu. Aku jadi besar kepala kau tau. Apakah aku setampan itu sampai kau tak berkedip saat melihatku Jaem?"

Mengabaikan bisikan siswa lain, Jaemin justru mengelap sudut bibir Haechan yang agak tersemprot sedotan susu.

"Kau tidak setampan aku. Pangeran sekolah ini sudah yang paling tampan tahu" balas Jaemin berbangga diri. Karena memang, Haechan itu manis. Bukannya tampan.

"Hei kalian, setidaknya jika gay jangan tunjukkan di muka umum begini. Kami jijik dengan tingkah kalian. Apakah tidak sekalian saja 'berperang senjata' di sini? Hahahaha" ucap remeh Han Seonwoo. Rival yang ingin menyaingi Jaemin menjadi pangeran sekolah.

'Apa-apaan mereka? Bukannya tingkah ia dan Jaemin tadi adalah hal wajar? Bukannya di negara ini, bahkan tak membatasi orientasi seksual seseorang?' batin Haechan bergejolak. Secara tak langsung, mereka menghina orang tuanya yang juga sepasang gay.

"Masalah kalian jika kalian merasa terganggu dengan tingkahku dan Jaemin. Menjadi gay adalah pilihan. Dan aku dengan Jaemin tak mempunyai hubungan apa-apa" tutur Haechan membalas perkataan pedas Wonwoo.

"Kurasa, kalian juga tidak semunafik itu untuk menjadi seorang pelajar yang melakukan seks bebas" ucap telak Jaemin kemudian menarik Haechan menjauh dari kantin.

Pangeran sekolah itu tahu perbuatan mereka dan apa yang ia katakan benar adanya. Terpaku pada keadaan, Haechan mengalihkan pandangan dan menatap bangga pada Jaemin.

"Kupikir kau hanyalah seperti seorang tuan muda yang diberi bingkisan setiap hari. Ternyata kau juga mampu membuat mereka tutup mulut hanya dengan beberapa kata saja."

"Jangan lupa bahwa aku juga keturunan raja, Haechan. Tuan muda ini juga bisa menjadi bijak asal kau tau."

Seorang gadis tinggi semampai menghampiri Jaemin. Dari dandannya terlihat seperti adik kelas. 'Adik kelas centil.'

"Jaemin oppa, aku tadi membeli tteokbokki untukmu. Semoga kau suka~"

"Terima kasih." ucap Jaemin singkat.

"Haechan, kau ingin makan ini bersamaku?" tawar Jaemin yang sepertinya mengetahui bahwa Haechan masih kelaparan setelah menegak habis dua botol kecil susu strawberry.

"Ah, oppa. Mengapa tidak makan bersamaku saja? Aku yang membeli ini? Kenapa kau tidak mengajakku?" sela gadis tadi. Merasa tak terima atas perkataan Jaemin.

"Kau pamrihkah?" tanya Jaemin pada gadis di hadapannya.

Apa-apaan gadis ini? Berniat mengasih atau tidak sebenarnya. Jika memang ikhlas, harusnya tak masalah bersama siapapun ia memakannya.

"Uhm, Jaemin lebih baik kau habiskan saja bekal ini bersama dia. Aku tak lapar. Aku akan berkeliling saja dan mencari kawan baru selain denganmu" ucap Haechan kemudian meninggalkan Jaemin bersama gadis tadi.

Sudah dibilang Jaemin tahu mana cinta yang murni. Di hadapannya ini, kue beras tidak bersalah telah menjadi bukti cinta imitasi seseorang pada pangeran sekolah kita.

 Di hadapannya ini, kue beras tidak bersalah telah menjadi bukti cinta imitasi seseorang pada pangeran sekolah kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'm (not too) Late • JAEMHYUCK✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang