-Sunflower-
.
BxB | Romance | School-life
Don't Like, Don't Read😊Hari ini, Jaemin mengajak Haechan bersantai kembali di tepi sungai. Tempatnya pertama kali bertemu dengan makhluk manis nan gempal yang akan ia ubah statusnya nanti.
Masih berpegangan tangan. Ketika Pak Kupu-Kupu kembali menyambut dan membuat Haechan berjaga. Pose tinjunya sudah siap menantang. Membuat pegangan erat tadi akhirnya terlepas karena tiga ekor insekta di atasnya.
"Ayo Pak Kupu-Kupu. Hajar aku, akan kubuat kau gepeng nanti, kemudian menyerahkanmu pada Mamaku untuk dibuat cookies. Matang nanti pasti cheetah kecil piaraan Mamaku akan siap memakan cookies-mu, Pak Kupu-Kupu!" seru Haechan dan mengajak Pak Kupu-Kupu tanding tinju.
"Hei, tenang Haechan. Dia hanya ingin hinggap padamu. Kenapa kau sebegitu dendamnya pada kupu-kupu itu?" tanya Jaemin mencoba menenangkan Haechan.
"Dia, ah kenapa wajahnya itu terlihat meledekku sekali?!"
"Meledek darimananya? Wajah kupu-kupu sekecil itu kau bisa melihatnya? Haechan tolong jangan –"
"Ciyaaatt"
Perkataan Jaemin terpotong karena Haechan (dengan dramatisnya) meninju Pak Kupu-Kupu yang akan menghinggapi hidung mungilnya.
Kembali. Dua ekor kupu-kupu yang lain ikut menyerang, seolah tak ingin kalah dalam mengusili Haechan. Membuatnya terlompat-lompat.
Oleng. Jaemin segera melindungi Haechan dan membuat mereka jatuh terbaring di atas rerumputan.
Dengan tak tahu malunya. Haechan justru menyamankan posisi dengan menjadikan lengan atas Jaemin sebagai bantalnya. Mendusal sepenuh hati dan agak tergelitik dengan bulu ketiak yang malu-malu mencuat di sela lengan kaus Jaemin.
"Jangan terlalu kejam pada Pak Kupu-Kupu, Haechan. Ia juga punya keluarga yang harus ia hidupi." Sembari mengelus lembut kepala Haechan. Jaemin berujar lagi.
"Jika begitu, kau tak ada bedanya dengan orang-orang yang mencemoohmu."
"Uh. Benar juga katamu. Tetapi, kurasa aku tak perlu khawatir lagi sekarang."
"Mengapa?"
"Karena kau sudah mau menjadi tamengku menghadapi cemoohan itu, Jaemin. Aku sudah sering mengalaminya. Tapi entah kenapa, ada seseorang yang melindungiku dari hujatan itu rasanya seperti aku ini istimewa sekali. Aku senang" ujar Haechan.
Merasa ini waktu yang pas. Jaemin menggenggam tangan Haechan. Masih dengan posisi berbaring. Memalingkan wajahnya menghadap wajah yang asik mendusal di ketiak.
"Kau- ah. Aku mencintaimu, Haechan."
"Lalu?"
"Lalu? Apa maksudmu dengan 'lalu'?" heran Jaemin dengan jawaban, ah bukan– pertanyaan Haechan.
"Kau mengatakan kalau kau mencintaiku, Jaemin. Apakah kau hanya akan menyatakan cinta tanpa mau menjadikanku hak milikmu?"
Gila. Agresif sekali Haechan ini.
Wajah Jaemin sudah memerah padam. Begitu pula jantung Haechan yang tak main-main debarannya. Jangan dipikir bertindak agresif adalah keinginan Haechan. Karena jujur saja, jantungnya pun meronta ingin menjadikan Jaemin sebagai hak miliknya.
"Maukah kau, menjadi kekasihku Haechan?"
Tak menjawab– Haechan justru beringsut mendekat ke wajah Jaemin dan mengusak hidung mereka. Lucu sekali.
Kemudian anggukan samar dapat Jaemin lihat setelah sesi usak-mengusak hidung selesai.
Tersenyum kemudian dua insan yang baru saja menjadi kekasih itu. Menatap langit dan yang lebih mungil berkata–
"Kau seharusnya datang lebih cepat Jaemin. Hampir saja aku menyerah dengan semua cemoohan yang aku hadapi. Kau terlambat."
Jaemin tak menjawab apa-apa, ia hanya memejamkan mata dan merasa sedang dibawa ke tempat entah dimana.
Jaemin membuka mata. Tersadar atas pingsan yang membuatnya berada di rumah sakit saat ini. Bau obat-obatan menyeruak, menerobos masuk pada indra penciumannya.
"Oh astaga Jaemin! Kau sadar sayang? Yuta-kun, Jaemin sudah sadar."
Di sana ada mamanya–Winwin, yang menggenggam tangannya penuh kasih. Kemudian, disusul sang ayah di sampingnya yang membunyikan bel agar dokter segera datang.
"Haechan."
Jaemin mengucap pelan kata itu. Pandangan Winwin kebingungan, tak jauh berbeda dengan Yuta.
"Haechan." Ia memanggilnya lagi.
Ah, ia ingat. Ia baru saja kecelakaan. Anak junior high school ini sedang bersepeda tadinya. Hingga ia sadar jika sepeda yang ia tunggangi tak terdapat rem, kemudian terserempet motor tukang pengantar ayam goreng. Berakhir ia berada di sini. Di rumah sakit dengan plester pada tulang pipi dan perban di kaki kanan.
'Jadi, pertemuanku dengan Haechan tadi apa maksudnya?' batin Jaemin keheranan.
"Bagaimana kau bisa mengenal Haechan, Jaemin? Kalian bahkan belum pernah bertemu." Beberapa saat kemudian, Winwin menanyakan hal ini pada Jaemin. Merasa janggal di satu hal.
"Bagaimana mama mengenal Haechan, jika aku saja belum pernah bertemu dengannya?" Bukannya menjawab, Jaemin justru balik bertanya pada mamanya.
"Ia anak teman mama dan otousan. Lee Taeyong dan Ten Lee."
Nama yang sama. Haechan juga pernah mengatakan nama ayahnya saat itu. "Antarkan aku pada Paman Taeyong.. Mama, otousan" pinta Jaemin pada kedua orang tuanya.
Tepat saat sang bulan menampakkan diri. Keluarga Nakamoto bertandang ke kediaman Keluarga Lee. Sang kepala keluarga terlihat antusias bertemu satu sama lain.
Pandangan Jaemin kecil tak berpaling dari sosok yang sedang memeluk ibunya di sofa ruang tengah. Sesekali mencari celah kenyamanan dan kehangatan dengan asik mendusal manja di dada sang ibu.
"Ten" panggil Yuta, membuat atensi dua makhluk yang sedang berpelukan itu teralihkan. "Haechan" ucap Jaemin lirih.
Yang dipanggil namanya hanya diam tak mengerti. Membulatkan mata beruangnya pada orang asing yang tiba-tiba saja bertamu.
"Haechan, aku- aku tidak terlambat kan?" ucap Jaemin kemudian, meyakinkan diri.
Lagi. Yang diajak bicara hanya memiringkan kepala tak mengerti.
Thank you kak 112saaaa for this enjoyable story💕
-Don't forget to visit another story_
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not too) Late • JAEMHYUCK✔️
Fanfiction나휵-잼동 Fanfiction Nahyuck Sphere #004136 Summary : "Haechan, aku- aku tidak terlambat kan?" |BxB | romance | school-life Written by : @112saaaa -DLDR- @nahyuckLab @EventNaH_ 2K21🐰🐻