HAPPY READING
Jika kamu bisa menutupi perkataanmu sampai akhir, maka itu bukanlah suatu kebohongan.
--¿--
Aroma antiseptic menyeruak ke indra penciuman Ruby. Gadis itu tengah berada di laboratorium Kimia kini. Berhadapan dengan sebotol antiseptic yang tergeletak di atas rak peralatan praktikum. Ruby barusan mencium aroma cairan itu sebelum mengoleskannya ke telapak tangan. Kebiasaannya ketika bertemu benda itu di mana pun.
Pelajaran Kimia baru saja selesai. Kelas Ruby mendapat jatah praktikum hari ini. Pagi-pagi sudah berada di lab dengan memakai jas putih. Serasa jadi orang penting saja tapi Ruby suka.
"By, sekarang giliran kelompok kita yang piket bersihin lab!" Teriakan salah satu teman kelas Ruby membuat aktivitas gadis itu terhenti. Ia menoleh dengan netra membulat.
"Serius, Jing?" Lawan bicaranya mengangguk lalu melipat jas praktikum yang ia pakai.
Jingga Nurita namanya. Gadis bar-bar yang suka kelayaban ke kelas tetangga demi ketemu pacar. Ruby cukup dekat dengan Jingga karena gadis itu kocak. Kalau diajak ngobrol juga nyambung. Ruby yang aslinya friendly gampang sekali berteman dengan Jingga.
"Mampus!" Ruby mengacak rambutnya frustasi.
Ia baru saja berandai-andai mengembalikan jaket Tosca semalam. Sayang, niat baiknya harus ditunda karena piket. Padahal Ruby tidak sabar melihat reaksi Tosca nanti. Secara, mereka tidak pernah mengobrol di sekolah.
Ruby turut melipat jas praktikum yang ia kenakan. Sementara netranya menjelajah sekeliling, mencari keberadaan Tosca. Aneh. Belum 5 menit, pemuda itu sudah tidak ada di lab. Secepat itukah ia pergi?
Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, Ruby lekas membersihkan lab bersama 4 orang temannya. Mereka satu grup piket di hari Selasa. Ada Jingga, Noir, dan Rogan. Mereka segera membersihkan laboratorium Kimia agar bisa pergi istirahat.
"Gan, tinggal naikin kursi di meja satunya. Gue cabut dulu. Ada perlu." Ruby melesat pergi tanpa memberi kesempatan Rogan untuk membantah.
"Rasanya asoy sekali. Berasa jadi babunya Ruby gue," dumel Rogan yang didengar oleh Noir. Pemuda itu terkekeh melihat wajah kesal milik Rogan akibat ucapan Ruby. Lagipula, ini bukan pertama kalinya Ruby bersikap demikian. Rogan memakluminya meski sering misuh-misuh tidak jelas.
"Minta traktiran dong ke Ruby," usul Noir. Untuk pertama kalinya Rogan mendapat pencerahan atas keresahannya selama ini. Ia menatap takjub temannya itu.
"Pinter juga lo. Nanti deh gue minta traktiran ke Ruby." Rogan jadi bersemangat mengerjakan tugasnya.
"Gue sekalian ya, Gan?"
"Minta aja sendiri. Punya tangan, kaki, sama mulut, kan? Gunain, gih! Jangan buat pajangan doang." Rogan menjulurkan lidahnya. Setelah itu, ia pergi keluar dari laboratorium disusul Jingga. Kedua remaja itu telah selesai menjalankan tugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Kenangan
Teen FictionTosca Vermilion dikenal sebagai pemuda cuek dan suka julid. Bukan tanpa sebab ia bersikap demikian. Kepribadian yang terbentuk pada diri Tosca adalah hasil dari sikap orang tuanya dulu. Ia anak korban broken home. Sejak kecil, ia berteman baik denga...