[3.] Si Kembar

16 6 8
                                    

HAPPY READING

Yang gak ada diiri-in, yang ada disia-siain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang gak ada diiri-in, yang ada disia-siain. Maunya apa, sih?

--¿--

Terik matahari yang membakar kulit berhasil membuat mulut Ruby terus mengoceh tanpa henti. Berulang kali ia menghentakkan kedua kakinya kesal perkara jemputannya telat datang. Kaki Ruby sampai kesemutan karena kelamaan berdiri.

Awas aja kalau kakak sablengnya sampai di sini. Ia akan mencabik-cabik wajah mereka nanti. Lihat aja. Ruby tak kalah ganas dengan singa betina yang sedang hamil.

Decit mobil disusul klakson dari arah timur berhasil membuat Ruby mendengus kesal. Tanpa perlu menoleh, Ruby tau jika itu kendaraan milik kakaknya. Tepat ketika mobil itu berhenti di depan Ruby, gadis itu langsung memukul kaca mobil dengan keras. Sampai-sampai kakaknya keluar dari dalam sana dengan wajah parno demi menghentikan tingkah Ruby yang bar-bar.

"Buset, kaca mobil gue lecet," keluh pemuda yang umurnya paling tua di antara mereka bertiga. Ia memperhatikan benda kesayangannya dengan seksama, terutama kaca mobil sebelah kiri. Bagian itu yang diserang habis-habisan oleh Ruby. Pemuda itu segera mengelusnya dengan muka memelas.

Ruby bersedekap dengan bibir mengerucut. "Kalian ngerjain gue lagi, ya? Minta disentil mananya? Dada? Perut? Atau ...." Tanpa perlu Ruby sebut, kedua pemuda itu langsung menutupi aset berharga mereka.

"Maaf, By. Itu si Zian dandannya kelamaan. Gue udah ngingetin dia berulang kali padahal tapi tetep aja gak didengerin," adu Zilin sembari mengingat kejadian tadi di mana Zian asik berbicara sendiri di depan cermin. Hal itu membuat Ruby mendelik tajam ke arah Zian.

Deska Zian Auva namanya. Kakak Ruby yang pertama ini biasa disapa Zian. Mempunyai hobi yang cukup mirip dengan kembarannya—Zilin yaitu menjahili orang. Terlebih jika orang itu adalah adik mereka sendiri.

Ya, mereka kembar seiras. Keduanya suka sekali memakai pakaian sama jika keluar rumah. Beruntung Ruby sudah bisa membedakan muka mereka meski terkadang suka salah sebut nama.

Zian langsung kikuk di tempat sembari memilin ujung bajunya. Bibir merahnya yang mengerucut ingin sekali Ruby tampol pakai sepatu.

"Gue kira masih jam 1, By. Zilin-nya aja yang gak ngasih tau jam ke gue," kilah Zian membela diri. Kedua pemuda itu akhirnya saling bertatapan, siap baku hantam. Ruby yang melihat itu langsung menginjak kedua kaki kakaknya sebelum pertempuran terjadi. Mencegah lebih baik Daripada mengobati bukan?

"Aw! Sakit bege!" Zilin langsung memegang kaki kanannya yang diinjak Ruby seraya meringis pelan. Belum reda rasa sakitnya, Zian tiba-tiba memukul kepala belakang Zilin.

"Jangan ngajarin yang engga-engga ke Ruby, geblek! Nanti kalau Ruby niru, lo yang bakal gue salahin," ujar Zian kepada Zilin.

"Lo juga ngajarin yang gak bener, ngab!"

Diary KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang