[7.] Kepergok

14 4 3
                                    

HAPPY READING'S

Ketika bersamamu aku merasa bahagia, kenapa harus ada jarak di antara kita?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika bersamamu aku merasa bahagia, kenapa harus ada jarak di antara kita?

--¿--

"KAKAK SABLENG! GUE GAK DIBANGUNIN! TELAT BEGE!!"

Pagi-pagi sekali, Ruby sudah berbuat onar di rumahnya. Teriak-teriak dari lantai atas disusul bunyi benda-benda yang saling terbentur satu sama lain. Pembantu yang kerja di rumahnya hanya bisa geleng-geleng kepala sembari mengelus dada. Namun begitu, beberapa pelayan wanita di antara mereka memilih untuk menghampiri kamar Ruby lengkap dengan sapu di tangan mereka.

TOK! TOK! TOK!

"GAK USAH GANGGU GUE LO! GUE GIBENG BARU TAU RASA!"

Para pelayan hanya bisa mengerjap pelan di tempatnya. Selang beberapa detik, pintu kamar Ruby dibuka keras. Mereka sontak terlonjat kaget dan hamper mengumpati majikannya sendiri. Beruntung wajah suntuk Ruby berhasil mereka tangkap terlebih dahulu. Hingga kata-kata mutiara yang bersarang di kepalanya berhasil tertahan di kerongkongan.

Mereka tersenyum dan berjalan mundur. Membiarkan Ruby melakukan apapun sesuka hatinya. Gadis itu mendengus kesal dan pergi menuruni anak tangganya dengan kaki dihentak-hentakkan.

"Bi, mana duo setan? Bisa-bisanya mereka gak ngebangunin gue," teriak Ruby begitu langkah kakinya mencapai anak tangga terakhir. Pelayan laki-laki yang hendak berjalan menuju dapur mengurungkan niatnya demi menjawab pertanyaan Ruby yang entah dilontarkan kepada siapa. Mengingat di dapur ada banyak sekali pembantu.

"Anu, Non majikan kembar sampun tindak datheng kampus tadi pagi," jawabnya lirih. Mengatakan jika kakak kembar Ruby sudah pergi ke kampus sejak tadi pagi.

Ruby berdecih tak percaya. "Bapak ndak tanya ke mereka? Harusnya Bapak curiga. Lain kali dicegat aja ya, Pak. Gedeg aku lihatnya." Ia duduk di salah satu kursi meja makan dan mengambil sepotong roti tawar di dekatnya. Dengan perasaan dongkol, ia mengoleskan selai cokelat di atas roti tawarnya.

Bohong sekali mereka. Mana mungkin mereka berangkat pagi-pagi sekali ke kampus. Daftar absennya saja hampir sebagian isinya izin semua. Semalam juga mereka bilang tidak ada tugas atau kepentingan penting lainnya. Pasti ini akal-akalan mereka seperti biasa. Suka banget buat Ruby telat berangkat sekolah.

"Ini, Non susunya." Pelayan yang umurnya paling tua di antara mereka menyerahkan segelas susu putih ke arah Ruby. Gadis itu langsung meneguknya hingga tandas.

Ia tersenyum ke arah wanita itu. "Makasih, Bi." Tatapannya mengedar lalu bangkit. "Kalian bisa istirahat setelah pekerjaan kalian selesai. Aku berangkat sekarang."

"Gak mau diantar sopir, Non?" tawar pria yang berbicara dengan Ruby tadi. Gadis itu menggeleng.

"Udah telat, Pak. Nanti malah tambah lama karena macet. Aku bawa motor aja. Kuncinya mana, ya?"

Diary KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang